Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Perempuan dan Penciptaannya, dari Tulang Rusukkah?

1 Pendapat 05.0 / 5

Mungkin sebagian menganggap kajian ini merupakan kajian yang basi  dan tidak up to date lagi. Atau, mungkin sebagian balik bertanya,”Emang kenapa kalau benar perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki seperti yang sudah menjadi pandangan umum?”

Sebenarnya permasalahannya bukan pada menerima atau tidaknya bahwa perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Karena, dalam kacamata Islam hal itu tidak menjadikan laki-laki ‘manusia kelas satu’ dan perempuan ‘manusia kelas dua’. Kita semua tahu bahwa tolok ukur kemuliaan manusia bukanlah dari jenis kelamin, melainkan ketakwaannya. Namun, permasalahannya adalah pandangan seperti ini biasanya dijadikan alasan untuk merendahkan perempuan, atau penjustifikasian atas perbuatan perempuan yang dianggap salah.

Karena itu, tak ada salahnya kembali mengkaji secara ilmiah masalah ini dengan merujuk pada Al-Qur’an, hadis, bahkan Bibel. Dalam Al-Quran, tidak ada satu ayat pun yang menjelaskan secara gamblang tentang masalah tulang rusuk ini. Dalam ayat yang berkaitan dengan penciptaan laki-laki dan perempuan, Allah berfirman, “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu (nafs wahidah), dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya.” [QS an-Nisaa’:1]. “Dia menciptakan kamu dari jiwa yang satu (nafs wahidah) kemudian Dia jadikan daripadanya pasangannya.” [QS az-Zumar:6].

Al-Quran menggunakan ungkapan nafs wahidah ketika menjelaskan tentang penciptaan Adam dan pasangannya, atau penciptaan manusia secara umum. “Dia yang telah menciptakan kamu dari ‘nafs wahidah’. Apakah yang dimaksud dengan “nafs” ? Nafs merupakan substansi dan hakikat manusia, dimana dengan nafs itulah manusia dapat dikatakan sebagai manusia. Ketika hidup di dunia, manusia tersusun dari dua sisi; sisi jasmani dan sisi ruhani, atau dimensi materi dan non materi. Dan, sewaktu hidup di alam barzakh ia hanya memiliki sisi ruhani, atau dimensi non materi saja. Ayat di atas seakan ingin mengatakan; Wahai manusia (lelaki dan perempuan)! Kamu sekalian diciptakan dari substansi dan hakikat yang sama.

Kemudian dalam lanjutan ayat itu, Allah berfirman, “…dan daripadanya…” Kata ‘nya’ adalah kata ganti dari ‘nafs wahidah’.  Dalam kaidah bahasa Arab kata min mempunyai beberapa makna di antaranya; ba’dhiyyah (bagian) dan jinsiyyah (jenis)”. Sebagian mufasir mengartikan min dalam kata minha adalah “bagian”. Atas dasar ini mereka memaknai bahwa Hawa tercipta dari bagian Adam, yaitu dari tulang rusuknya (meskipun kata tulang rusuk tidak dijumpai dalam ayat itu). Dan sebagian mufasir lain mengartikannya sebagai jinsiyah (jenis). Atas dasar ini, ayat itu dimaknai bahwa sebagaimana Tuhan menciptakan Adam dari jenis manusia, maka diciptakanlah pula pasangannya dari jenisnya Adam, yaitu jenis manusia.

Tafsir Kassyaf  telah mengartikan kata min sebagai min bayaniyah dengan argumen bahwa manusia diciptakan dari jenis yang satu, yaitu dari tanah,  sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah.”[QS Ar-Rum:20]. Menurut Allamah Thabathabai dalam tafsir al-Mizan, dari ayat tersebut, baik secara lahiriah maupun konteksnya, tidak dapat diambil kesimpulan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam.

Di samping itu, terdapat hadis yang menunjukkan bahwa proses penciptaan Hawa terpisah dari penciptaan Adam, seperti yang dikutip dalam kitab Nuruts Tsaqalain. Seseorang bertanya kepada Imam Baqir ,”Wahai Imam, dari apakah Tuhan menciptakan Hawa? Imam berkata, ”Apa pendapat orang-orang tentang hal ini?” Orang itu menjawab, “Mereka berpendapat bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.” Kemudian Imam kembali berkata, “Mereka berkata bohong. Apakah Tuhan tidak mampu menciptakan Hawa selain dari tulang rusuk Nabi Adam?” Orang iti kembali bertanya, “Lantas dari apakah Hawa diciptakan?” Imam menjawab, “Ayahku meriwayatkan dari kakek-kakekku bahwa Rasul bersabda, ‘Allah SWT mengambil segenggam tanah, kemudian dari tanah tersebut diciptakanlah Adam, dan sisa dari tanah tersebut diciptakanlah Hawa.’”

Hadis-hadis yang menjelaskan tentang penciptaan perempuan sebagiannya diriwayatkan oleh para penyebar hadis-hadis Isroiliyat, seperti Ka’bul Akhbar, Abdullah bin Salam, Muhammad Quraizi, dan lainnya seperti  dapat kita lihat dalam tafsir Thabari. Bahkan beberapa hadis tentang hal ini yang perawinya berakhir kepada Ka’bul Akhbar (seorang tokoh Yahudi yang masuk Islam pada masa Umar bin Khatab), isi hadisnya sama persis dengan Bibel pada bagian Perjanjian Lama. Dalam Bibel disebutkan proses penciptaan Hawa, ”Lalu Tuhan Allah itu membuat tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya,…dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunnyalah seorang perempuan…Lalu berkatalah manusia itu: Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan sebab ia diambil dari laki-laki.” [Alkitab, kejadian 2:21-23]

Intinya, mau menerima pandangan bahwa perempuan dari tulang rusuk pria, atau lebih memilih pendapat mufasir sebagaimana yang saya kutip di sini, bukanlah masalah. Apapun keyakinan Anda, yang penting, kita tidak boleh menjadikannya sebagai dalil untuk merendahkan posisi perempuan.