Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bersyukur: Tradisi dan Islam

1 Pendapat 05.0 / 5

Syukur merupakan kewajiban setiap manusia sebagaimana firman Allah 2: 152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.  Namun apakah Syukur itu?

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendapat bantuan dari teman, kolega, saudara, orang tua dan semua yang telah berjasa pada kita, kemudian kita mengungkapkan rasa terima kasih lewat ucapan “Terima Kasih“ atau ungkapan lain yang semakna seperti “Hatur Nuhun” atau “Matur Nuwun” dan lain-lain. Ungkapan tersebut tidak salah dan bagus saja, namun bagaimana ungkapan kita pada air, pohon, jalan, tanah, makanan yang telah memberikan kepada kita kenikmatan dan memenuhi hasrat kita baik karena lapar maupun haus. Kita pula hendaknya berterima kasih pada udara , dan semua yang ada di lingkungan kita. Lantas bagaimana kita berterima kasih kepada mereka?

Rasa syukur yang kita ungkapkan tidak hanya sebatas kepada sesama manusia tetapi juga kepada seluruh makhluk memberikan kita manfaat dan kegunaan. Ungkapan syukur yang biasa kita lakukan hanya lewat kata-kata atau bahasa lisan maupun tulisan. Ungkapan syukur kita pada selain manusia seperti yang diungkapkan di atas lewat lisan dan tulisan mungkinkah? Pantaskah? Sesungguhnya alam semesta termasuk benda langit dalam keyakinan Islam adalah memiliki jiwa atau ruh tertentu yang mungkin saja berbeda dengan ruh dan jiwa manusia. Sebagaimana firman Allah dalam al Qur’an: “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maha Raja, Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al Jum’ah:1).

Kalaupun ada yang mengucapkan rasa terima kasih (syukur) lewat lisan atau tulisan mungkin tidak dapat dipersalahkan karena memang air, tumbuhan, hewan dan seluruh alam memiliki kesadaran tertentu. Namun yang lebih penting dari itu bagaimana sesungguhnya syukur itu?

Hakikat Syukur

Dalam Sifat Allah SWT yang terdiri dari 99 Asma ada sifat Allah yang bernama Asy Syakur. Asy Syakur memiliki sifat mubalaghah yang artinya Maha Bersyukur. Tidak ada yang syukurnya lebih tinggi kecuali Allah SWT. Lantas apa makna syukur bagi Allah. Dalam beberapa referensi seperti pendapat Shahid Muthahari yang mengatakan bahwa kata syukr memiliki arti taqdir (penghargaan). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Syakur artinya Maha Menghargai. Sebagaimana firman Allah SWT.

“ Sesungguhnya Allah tidak menyianyiakan pahala orang-orang  yang berbuat baik.” (QS. At Taubah: 120).

Allah menghargai setiap perbuatan baik sebesar apapun. Allah tidak menyamakan antara perbuatan baik dengan perbuatan buruk, antara yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui. Sebagaimana firman Allah:

“Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS. Shaad: 28).

Di ayat lain Allah berfirman:

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az Zumar: 9).

Lantas bagaimana Syukur yang sebenarnya?

Syukur bukanlah hanya sebuah ungkapan bahasa lisan maupun tulisan. Dalam hal ini makna syukur dan tobat memiliki kesamaan dengan tobat lisan atau tulisan. Syukur dan tobat tidaklah cukup dengan ungkapan kata-kata syukur dan tobat memiliki arti ungkapan lisan serta perbuatan. Bersyukur ialah menggunakan berbagai kenikmatan dan anugrah Ilahi yang digunakan sesuai dengan tujuan penciptaan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah pada Allah SWT.  Bersyukur artinya menggunakan sesuatu sesuai dengan perintah dan bimbingan Allah.

Dalam surat an Nahl ayat 78 Allah berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur”. Allah menciptakan semua itu tidak lain agar manusia dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bisa belajar, bisa mengetahui bagaimana keagungan Allah SWT.

Bersyukur berarti mengikuti dan taat pada perintah Allah. Pendengaran, penglihatan, aql bersyukur dengan mengamati, mempelajari, dan membuktikan keberadaan Allah hingga taraf yakin. Perhatikan firman Allah:

Katakanla: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” (QS. Yunus: 101).