Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Jawad, Teladan Kedermawanan Sejati

1 Pendapat 05.0 / 5

Hari-hari bulan Rajab, satu per satu terlewati. Bulan Rajab yang penuh berkah merupakan bulan mulia yang dianugrahkan Allah kepada hambanya. Bulan ini merupakan salah satu moment terbaik untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa. Bulan Rajab juga dihiasi dengan pelbagai peristiwa bersejarah penting yang erat kaitannya dengan Ahlul Bait Nabi as.

Dengan mempelajari kembali sejarah Islam, peran konstruktif Ahlul Bait as dalam memperkaya pemikiran Islam tampak begitu jelas. Ahlul Bait merupakan khazanah ilmu dan makrifat ilahi. Mereka adalah pasangan tak terpisahkan al-Quran. Merekalah penafsir hakiki al-Quran yang menjaga al-Quran dan Sunnah Nabi dari berbagai penyimpangan dan bidah.

Tiap kali kesucian agama terancam, Ahlul Bait as merupakan pihak pertama yang senantiasa bangkit mematahkan ancaman yang ada. Tanggal 10 Rajab, merupakan hari kelahiran salah seorang tokoh utama Ahlul Bait as. Pada tanggal ini tahun 195 H, Imam Muhammad Taqi al-Jawad lahir di kota Madinah.

Imam Jawad as hidup dalam suasana politik yang sangat sulit. Dalam keadaan itu, beliau gigih mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam yang murni di tengah masyarakat Muslim. Kesulitan yang dibuat oleh penguasa Bani Abbas tidak membuat beliau mundur dari misi ini. Beliau dengan keberanian yang tak terlukiskan mengungkapkan hakikat kebenaran dalam kondisi sesulit apapun. Imam Jawad benar-benar laksana mentari yang bersinar terang di tengah umat. Kebijakan ketat yang diterapkan penguasa tidak menghalangi sampainya sinar ilmu dari sosok suci pemimpin agung ini ke tengah masyarakat.

Imam Jawad memang berumur belia saat meninggalkan dunia yang fana. Namun usia 25 tahun yang beliau lewati telah meninggalkan warisan ilmu dan khazanah hikmah yang tak terbatas. Sejarah menyebutkan nama 150 orang yang pernah berguru kepada Imam Jawad as dan mendapat bimbingan beliau. Diantara mereka, nampak nama-nama para tokoh yang dikenal figur besar di bidang keilmuan dan fiqh.

Imam Jawad as punya kepedulian yang besar kepada masalah ilmu dan pendidikan. Beliau pernah berkata, "Tuntutlah ilmu sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi semua orang. Ilmu mempererat jalinan antara saudara seagama dan simbol kemuliaan. Ilmu adalah buah yang paling sesuai untuk hidangan sebuah pertemuan. Ilmu adalah kawan dalam perjalanan dan penghibur dalam keterasingan dan kesendirian."

Beliau dalam sebuah riwayat mengatakan, "Empat hal yang menjadi faktor keberhasilan orang dalam melakukan perbuatan baik dan amal salih adalah kesehatan, kekuatan, ilmu dan taufik dari Allah Swt."

Tak syak bahwa sebagian besar masa hidup manusia berhubungan dengan urusan duniawi. Dunia adalah tempat yang penting untuk mengaktualkan potensi manusia. Jatidiri manusia yang baik maupun yang buruk terbentuk dalam kehidupan dunia. Karena itu, kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat penting. Dari sinilah, orang bisa melayang tinggi ke alam kesempurnaan atau terjun bebas ke lembah kehancuran dan kesengsaraan.

Sayangnya, banyak orang yang lalai sehingga tidak memandang dunia sebagai peluang bagi menyempurnakan insaniah dan spiritualitasnya. Akibatnya mereka tidak memanfaatkan kehidupan ini dengan benar dan merugi kelak di hari akhir. Imam Jawad berkata, "Dunia ibarat pasar tempat orang bertransaksi, ada yang untung dan ada yang merugi."

Imam Jawad as sama sekali tidak mempedulikan penampilan luar. Meski beliau dipandang sebagai insan pemimpin dan punya pengaruh yang sangat besar di tengah umat, namun beliau tidak menaruh minat sama sekali kepada dunia. Beliau sangat dermawan dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah. Diriwayatkan bahwa setiap tahunnya beliau membagi-bagikan ribuan dinar di antara kaum fakir kota Madinah. Tak salah bila masyarakat menyebut beliau dengan sebutan al-Jawad yang berarti dermawan. Gelar ini abadi dan beliau dikenal dengan gelaran itu.

Imam Jawad berkata, "Allah Swt menganugerahkan nikmat-Nya yang berlimpah kepada sekelompok orang untuk disalurkan lewat derma kepada orang lain. Jika menolak berinfak, maka Allah akan menarik rezeki-Nya dari mereka."

Menurut beliau, harta adalah amanat yang diberikan Allah kepada sebagian hamba-Nya sebagai perantara atau untuk menjadi ujian bagi mereka. Karena itu, siapa saja yang mendapatkan harta dari Allah hendaknya memandang harta itu sebagai titipan Allah untuk mengabdi dan membantu orang lain. Dalam hadis yang lain, beliau berkata, "Anugerah pemberian Allah kepada hamba-Nya tidak akan bertambah banyak kecuali ketika kebutuhan orang lain kepadanya meningkat. Karena itu orang yang tidak sanggup menerima amanat ini dan tidak bersedia membantu orang lain, maka Allah akan menarik rezeki dari tangannya."

Sebagaimana yang telah diketahui, para penguasa Bani Abbasiah sangat membenci keluarga Nabi dan para Imam Ahlul Bait as. Salah satu yang mereka lakukan untuk mengawasi gerak-gerik dan membatasi aktivitas Ahlul Bait adalah dengan mengasingkan para Imam dari Madinah ke dekat pusat pemerintahan. Bahkan diantara Imam yang dijebloskan ke dalam penjara, yaitu Imam Kazhim as. Dengan cara itu, khalifah bermaksud menjauhkan Imam dari masyarakat. Hal itu juga dilakukan khalifah terhadap Imam Muhammad Jawad as.

Khalifah Makmun memaksa Imam Jawad untuk meninggalkan kota Madinah menuju ke ibukota pemerintahan Bani Abbasiah. Kondisi itu memudahkan khalifah untuk mengawasi dan mengontrol gerak gerik dalam langkah Imam. Masyarakat menjadi sulit untuk menjalin kontak dengan pemimpin agung dari Ahlul Bait ini.

Namun kondisi itu tidak membuat Imam putus hubungan dengan umat. Beliau terus menjalin kontak dengan masyarakat lewat wakil-wakilnya yang tersebar di berbagai pelosok. Karena itu, sejarah menyebutkan bahwa hubungan antara Imam Jawad dan masyarakat umumnya terjalin dalam bentuk surat. Imampun setelah menerima surat-surat itu menjawab apa yang diperlukan umat lewat surat. Saat ini sejarah masih menyimpan 157 surat yang dinisbatkan kepada Imam Muhammad Jawad as.

Di zaman ketika pemikiran sesat dan bidah tersebar di mana-mana, dan orang mulai menjauh dari ajaran murni Nabi Muhammad Saw, Imam Jawad as menyebarkan dan mengajarkan pemikiran dan ajaran suci Rasulullah Saw. Jelas, penguasa Bani Abbasiah geram mendengar keterangan Imam tentang ajaran Nabi Saw yang sesungguhnya, karena bertentangan dengan kebijakan para penguasa yang zalim. Akibatnya, Imam dan para pengikut setianya semakin ditekan dan disiksa oleh Bani Abbas. Imam juga selalu menasehati khalifah dan para pejabat pemerintahannya untuk tidak menghambur-hamburkan harta baitul mal.

Ibnu Sabbagh, ulama besar mazhab Maliki mengenai Imam Jawad berkata, "Apa yang hendak saya katakan tentang orang yang usianya lebih muda dibanding yang lain tapi kemuliaannya melebihi yang lain. Dengan usianya yang belia, ia telah menunjukkan kebesaran dan karamah sementara ia juga berpengaruh besar karena ilmunya. Dia adalah orang yang membungkam musuh-musuhnya dengan kata-kata logis, benar, dan lembut. Semua sastrawan dan ulama nampak kerdil di hadapannya."

Imam Jawad as berkata, "Pengetahuan agama adalah barang yang sangat berharga dan anak tangga menuju ke puncak yang tinggi."

Beliau juga mengatakan, "Sedikit bicara akan menutupi kekurangan dan mencegah orang dari kesalahan. Manusia tersembunyi di balik lisannya."

Dalam riwayat lain beliau berkata, "Siapa saja yang bersandar kepada Allah, maka ia telah mendapat kekayaan hakiki. Siapa saja yang menjaga ketakwaan maka orang akan mencintainya secara mendalam."