Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Zainab, Teladan Heroisme Perempuan(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Lembaran sejarah mencatat manusia-manusia agung, termasuk perempuan yang memainkan peran penting di berbagai bidang dari sosial, politik hingga budaya yang mengubah sejarah dunia. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai para wanita penentu sejarah. Dari sekian nama, Sayidah Zainab Kubra salah satu yang mengemuka.

Hari ini tepat tanggal 15 Rajab, kita memperingati wafatnya Sayidah Zainab al-Kubra binti Ali bin Abi Thalib as. Jejak sejarah Islam menorehkan catatan yang ditulis dengan tinta emas mengenai peran besar wanita agung ini dalam membela keadilan, kebenaran dan ajaran Allah dengan penuh cinta dan kesabaran. Ketabahannya menghadapi berbagai musibah dan bencana sangat mengagumkan.

Putri  Ali bin Abi Thalib ini dilahirkan pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun kelima Hijriah di Madinah. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab berada di pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Sayidah Zainab mewarisi ilmu dan marifat Rasulullah Saw. Martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, dan kesucian serta kesederhanaan serta kesopanannya bak Sayidah Fatimah as. Kezuhudan, kefasihan dan retorika Zainab dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as. Beliau juga memiliki kelembutan dan kesabaran seperti Imam Hasan, serta keberanian dan keteguhan hati sebagaimana Imam Husein.

Ketika Sayidah Zainab  mencapai usia perkawinan, beliau kemudian menikah dengan Abdullah bin Jakfar, saudara sepupunya. Abdullah dikenal sebagai orang kaya Arab. Namun Sayidah Zainab menjadi istri Abdullah bukan karena hartanya.

Sayidah Zainab dalam pernikahannya dengan Abdullah yang kaya raya, mensyaratkan untuk tetap bisa mendampingi Imam Husein di seluruh perjalanannya, termasuk saat terjadi peristiwa Asyura. Beliau menjadi pembela dan penyambung misi Imam Husein di Karbala. Tanpa peran Sayidah Zainab, misi Karbala sulit tersampaikan kepada umat saat itu. Bahkan kunci kemenangan gerakan Imam Husein as terletak pada Sayidah Zainab.

Sayidah Zainab mampu menyampaikan pesan-pesan gerakan Imam Husein dengan bahasa lugas dan jelas. Dengan berbagai statemennya, Sayidah Zainab mampu menciptakan revolusi di Kufah dan Syam. Kecerdasan dan kepiawaian Sayidah Zainab as merupakan faktor keberhasilan misi dan visinya dalam melanjutkan perjuangan Imam Husein.

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Sayidah Zainab mendapat makrifat dan ilmu langsung dari Allah Swt. Imam Ali Zainal Abidin dalam salah satu perkataannya kepada Sayidah Zainab, mengungkapkan, "Wahai saudari ayahku, engkau adalah seorang alim tanpa pernah belajar dari seorang guru. Engkau telah memiliki pemahaman hakikat."

Beliau adalah wanita besar dunia Islam, orator dan guru besar yang menjelaskan peristiwa penting Asyura kepada masyarakat. Zainab juga hadir dalam peristiwa Asyura, baik ketika tragedi itu terjadi dan setelahnya, serta pembelaan beliau terhadap kebenaran yang dibawa Imam Husein merupakan teladan sepanjang sejarah.

Suara perlawanan Sayidah Zainab melawan kezaliman dan menegakkan keadilan senantiasa tertancap di jantung sejarah. Ketika beliau menjadi perempuan yang ditawan oleh pasukan Yazid, bersama tawanan lainnya pasca terjadinya tragedi Karbala memasuki Istana Yazid, semua orang menanti putri Sayidina Ali ini meminta maaf kepada putra Muawiyah yang membantai Imam Husein. Tapi, Sayidah Zainab dengan keberanian dan keahlian retorikanya menunjukkan kesalahan Yazid di istananya sendiri.