Batang Otak, Jantung dan Ruh

Seorang dokter berkata, “Semua pengindraan dan gerakan yang datang darinya melewati batang otak, lebih tepatnya jaringan didalamnya yang disebut jaringan retikular, dan yang terbukti melalui beberapa penelitian sebagai yang bertanggungjawab terhadap tidur dan terjaganya. Tampak bagi kita bahwa otak pada umumnya adalah tempat jiwa manusia.”


Terhentinya jantung yang langsung diikuti dengan hilangnya kesadaran dan terhentinya pernafasan, yangkeduanya merupakan bagian dari-dari fungsi-fungsi otak, tidak bisa mencegah terhentinya peredaran darah, kecuali beberapa detik saja. Sel-sel pun langsung berhenti bekerja. Setelah itu kehidupan hanya tinggal beberapa menit.


Ketika semua itu terhenti, organ-organ tubuh tidak bisa memperoleh makanan. Ketika itu, terjadi beberapa perubahan kimiawi yang menyebabkan kematian. Namun, dalam waktu yang berbeda, terjadi kematian hati dan ginjal; menyusul kematian sel-sel otak. Adapun tulang dan kulit terkadang dapat hidup selama beberapa jam dalam suhu yang normal.


Saya katakan: dalam pasal ini saya memiliki dua pendapat, sebagai berikut:
Pertama, ruh adalah substansi murni (nonmateri), bukan materi. Sehingga dia tidak menempati tubuh seperti kesenangan, kemarahan, dan kesusahan yang menempati jiwa dan seperti warna yang menempati benda. Ruh tidak pula masuk kedalam tubuh, seperti surat yang dimasukkan kedalam amplop dan bukan pula seperti penunggang kuda yang menunggang kuda. Perumpamaan yang paling baik antara ruh dan jasad adalah hubungan presiden atau raja dengan negaranya. Yaitu hubungan manejerial dan organisatoris. Benar, perumpamaan ini tidak tepat seutuhnya, karena ruh terpengarhi kondisi-kondisi jasad begitu juga sebaliknya. Sedangkan hubungan raja dan negara tidaklah seperti itu. Hakikat hubungan ini belum terungkap, baik dalam tinjauan agama, filsafat dan keilmuan. Allah swt berfirman, dalam surat al-Isra ayat 85 “ Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan kecuali sedikit”.


Firman Allah swt lainnya:
“ Maka mengapa ketika nyawa sampai di (balaghat) kerongkongan (Q.S al-Waqi’ah:83)
“Sekali-kali jangan, apabila nafas telah sampai (balaghat) di kerongkongan” (Q.S al-Qiyamah:26)
Menunjukan bahwa kata ganti yang terkandung di dalam kata kerja balaghat kembali pada kata kehidupan atau nyawa (ruh). Kematian kerongkongan (hulqu atau taraq) adalah kematian seseorang. Lebih tepatnya itu adalah akhir kehidupan manusia. Dengan demikian kehidupan jantung atau gerakan otomatisnya merupakan bagian dari kehidupan insani. Jika terbukti dengan jelas bahwa organ-organ tetap hidup setelah itu, maka itu bukan kehidupan insani tetapi kehidupan organik.


Dapat dikatakan pula bahwa frase; idz balaghat (jika telah sampai) tidak menunjukan hilangnya kehidupan dari kaki terlebih dahulu dan selanjutnya ke kerongkongan. Bahkan ada kemungkinan sejak awal, kehidupan itu berkaitan dengan keduanya atau dekat pada keduanya. Lalu kehidupan itu hilang dari bagian-bagian yang lain sekaligus. Kehidupan dan detak jantung tidak termasuk dalam kehidupan insani, sebagaimana pada mulanya tidak ada tanda kehidupan insani dalam janin. Namun jika kaki menjadi dingin terlebih dahulu, lalu organ-organ badan lainnya, dan selanjutnya kerongkongan; maka kemungkinan tersebut menjadi sangat kecil.