Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Faktor Pemicu Stres (Tipe Kepribadian)

1 Pendapat 05.0 / 5

Jenis kepribadian seseorang memiliki peran dalam menyulut stres. Sebab setiap orang akan mengalami tekanan jiwa yang sesuai dengan karakter masing-masing. Dalam al-Qur’an disebutkan:

Katakanlah bahwa tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya (perilaku dan kepribadiannya) (Q.S Al-Isra:84)

Kejiwaan seseorang serta kebiasaan-kebiasaannya membuat setiap orang terikat pada koridor yang disebut syakilah. Imam Ja’far Shadiq as menafsirkan istilah syakilah sebagai niat seseorang yang merefleksikan kejiwaan dan kepribadiannya.
Kepribadian seseorang dapat dibagi dua tipe; tipe A dan tipe B. Pada sebagian individu, tipe kepribadian jenis A, yakni kebiasaan negatif suka terburu-buru, dapat memicu stres dan tekanan jiwa. Dua ahli jantung bernama Friedman dan Rey Rezman, pada tahun 1974, berhasil menjelaskan soal keterikatan antara tipe kepribadian seseorang dengan penyakit kejiwaan yang diakibatkan stres. Berdasarkan beberapa penelitian mereka, orang-orang berusia 39 hingga 49 tahun yang memiliki kepribadian tipe A enam kali lipat lebih rentan terserang penyakit ketimbang yang memiliki pribadi tipe B. Berikut ciri-ciri individu berkepribadian tipe A adalah:

1. Merasa waktu yang dimilikinya sangat sedikit. Karenanya, dengan tergesa-gesa, ia berusaha sekuat tenaga megerjakan banyak pekerjaan dalam tempo amat singkat.

2. Agresif dan gampang marah. Individu tipe ini sangat kompetitif, tidak pernah tenang, dan sangat menikmati aktivitas yang mnyibukkan mereka. Api amarah dan emosi mereka mudah berkobar hanya dikarenakan masalah kecil.

3. Sibuk dengan dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu secara tidak tepat

4. Mengejar tujuan tanpa perencanaan dan program yang benar. Cenderung memutuskan segala sesuatu tanpa dasar perhitungan yang cermat, serta mudah menyataka batas akhir waktu kerja tanpa memperingatkan situasi dan kondisi.

Adapun pribadi tipe B kebalikan dari Tipe A. Mereka selalu tenang dan jarang tergesa-gesa. Memiliki kecendrungan bersaing lebih rendah. Mereka lebih memahami nilai dan harga diri sndiri, serta melakukan segala pekerjaannya berdasarkan perhitungan, perencanaan, dan program yang cermat.

Akhir-akhir ini banyak peneliti yang berkeyakinan bahwa orang yang hanya sekedar memiliki kepribadian tipe A, tanpa menyandang faktor-faktor buruk lain, tidak akan menimbulkan akibat apa-apa.

Al-Qur’an memuji orang-orang yang bergegas dan dengan segera melakukan amal baik, seraya menyebutnya sebagai ciri-ciri orang shaleh dan suci. Dalam islam, persaingan yang sehat merupakan kemuliaan dan ihwal berharga, seraya menyebut al-sabiqun (orang-orang yang terdahulu) dari Muhajirin dan Anshar termasul al-awwalun (lebih awal masuk islam) sebagai muqarrabin (kalangan dekat). Persaingan dapat dikatakan sehat manakala semua syaratnya terpenuhi. Jika tidak persaingan akan menimbulkan tekanan jiwa dan stres yang tidak dapat dihindari.