Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Mahdi as: Juru Selamat Dunia(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

15 Sya'ban, hari besar umat Islam dan hari bersejarah bagi Islam. Pasalnya di hari ini telah lahir manusia suci dan juru selamat Imam Mahdi as. Allah Swt sebelum penciptaan manusia kepada para malaikat mengatakan, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Khalifah pertama adalah Nabi Adam as dan selanjutnya adalah para nabi dan washi atau penerus mereka. Khalifah dan hujjah ini menjadi penghubung antara makhluk dan Sang Pencipta.
------------

Keberadaan khalifah di muka bumi merupakan sunnah dan hukum yang tidak pernah berubah dan tetap ada sepanjang masa. Khalifah di sini menjadi manifestasi kebenaran mutlak dan yang lebih penting, mereka memiliki hubungan istimewa dengan Allah Swt. Manusia sebagai khalifatullah di muka bumi merupakan makhluk unggul dan paling sempurna dalam mewakili dan menunjukkan kesempurnaan serta kebaikan Allah Swt.

Al-Quran telah membicarakan berbagai kaum di masa lalu dan bagaimana Allah Swt telah mengutus nabi dan khalifah di antara mereka. Sebagian kaum ini menerima seruan kebenaran para nabi dan sebagian lainnya mengingkarinya. Oleh karena itu, mereka yang menolak mendapat murka dan azab Ilahi. Kisah-kisah al-Quran ini memiliki pesan universal, yakni Allah Swt tidak akan membiarkan sebuah kaum tanpa khalifah dan wali-Nya. Ini sebuah sunnah yang pasti di sistem penciptaan. Imam Ali as di khutbah pertama Nahjul Balaghah setelah mengisyaratkan penciptaan Adam mengatakan, "Allah Swt tidak pernah membiarkan sebuah umat manusia tidak memiliki seorang nabi, kitab Samawi, dan hujjah yang jelas."

Saat ini Imam Mahdi as juga menjadi khalifah dan hujjah Ilahi di muka bumi bagi umat manusia. Hujjah Ilahi ini dilahirkan pada Jumat 15 Sya'ban tahun 255 HQ di kota Samarra, Irak. Namanya sama dengan datuknya Nabi Muhammad Saw dan gelarnya adalah Abul Qasim. Pada tahun 260 H, seiring dengan gugurnya Imam Hasan Askari, Imam Mahdi berdasarkan sunnah Ilahi diangkat menjadi hujjah dan khalifatullah di muka bumi. Tugas mulia ini tetap berlanjut setelah lebih dari seribu tahun dari kelahiran manusia suci ini.

Kedatangan Imam Mahdi dimaksudkan untuk mengubah dunia dan memperbaiki setiap urusan serta mencabut setiap peradaban yang didasarkan pada arogansi dan penipuan. Ia akan membangun peradaban baru berdasarkan nilai-nilai Ilahi sehingga janji Allah Swt akan terealisasi serta bumi dipenuhi dengan perdamaian, persabahatan dan keadilan. Sementara itu, musuh Allah yang terus menyembunyikan kebenaran dan melanjutkan pengingkaran mereka, kali ini pun mereka berencana membunuh imam dan khalifatullah tersebut. Tapi Allah Swt menyembunyikan hujjah terakhir ini dari pandangan umat manusia dan akan keluar di waktu yang tepat untuk merealisaikan janji Ilahi.

Imam Mahdi as senantiasa mengawasi kondisi umat mukmin dan pengikutnya, sehingga peluang bagi kemunculannya terpenuhi. Kemunculan imam terakhir ini membutuhkan waktu, perkembangan akal, ilmu dan akhlak manusia serta kesiapan mereka untuk mengikuti sang hujjah Ilahi ini. Imam terakhir ini akan mengambil kekuasaan umat manusia demi membimbing mereka ke tujuan yang dimaksud. Ia memerintah berdasarkan hukum Ilahi dan keadilan mewarnai pemerintahannya.

Pemerintahan seperti ini hanya mungkin terwujud ketika masyarakat siap menerima bimbingan Ilahi. Namun ketika peluang bagi pemerintahan seperti ini tidak ada, dan masyarakat tidak siap menerima pemerintahan Ilahi seperti ini, maka kemunculan hujjah Ilahi dan penyelamat manusia tidak akan bermanfaat.

Manusia membutuhkan sebuah pemerintahan dan pemimpin di kehidupan sosial mereka untuk mempertahankan eksistensinya dan kemajuan. Manusia tunduk pada seorang pemimpin sehingga mereka mampu membangun sebuah masyarakat yang sehat, tenang dan penuh keadilan. Namun bukan saja manusia meraih impiannya ini, bahkan setiap hari mereka menyaksikan maraknya beragam kezaliman. Oleh karena itu, atmosfer politik dan keamanan dunia mulai goyah, beragam fitnah menyebar ke berbagai wilayah, wabah menular mulai marak dan dekadensi moral tak dapat dihindari.