Pengaruh Iman pada Kebahagiaan dan Kesengsaraan Abadi

Berdasarkan kenyataan bahwa kesempurnaan hakiki manusia itu terwujud dalam qurb ilahi, dan bahwa terjerumusnya manusia akibat jauh dari Allah swt, dapat kita nyatakan bahwa iman kepada Allah swt, kepada pengaturan-Nya secara cipta dan cinta yang menuntut keyakinan terhadap kenabian dan ma’ad, akan membentuk kesempurnaan hakiki seseorang. Adapun perbuatan yang diridhai Allah swt lebih merupakan cabang dan daun sebuah pokok, dan buah hasilnya adalah kebahagiaan abadi yang akan dijumpai di hari akhir kelak.


Dengan demikian, apabila seseorang tidak menyemai benih keimanan di dalam hatinya, dan tidak menanamkan pokok yang berkah ini, atau ia malah menaburkan benih-benih kekufuran dan maksiat yang beracun di dalam hatinya, sungguh ia teah menyia-nyiakan nikmat illahi yang diberikan kepadanya. Bahkan, ia menanam pohon yang mendatangkan buah zaqun jahannam. Orang yang menyimpang seperti ini tidak mendapatkan jalan kebahagiaan abadi yang dapat ditempuh. Sementara amal kebajikannya tidak melampaui batas-batas dunia ini.


Mengapa demikian?Pada hakikatnya, setiap perbuatan dan usaha bebas merupakan proses dan gerak ruh menuju satu tujuan yang diinginkan oleh pelakunya. Maka seseorang yang tidak percaya akan alam akhirat yang abadi dan derajat qurb illahi, bagaimana ia akan dapat menyadari dan menatap akhirat dan qurb illahi sebagai tujuannya, dan bagaimana ia akan dapat mengarahkan usaha dan aktivitasnya itu searah dengan tujuan tersebut? tentu orang seperti ini tidak mempunyai harapan untuk mendapat pahala abadi dari Allah swt. Maksimal, amal kebajikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir hanya berpengaruh dalam meringankan siksa mereka saja. Karena bisa jadi kebajikan itu melemahkan semangat pengingkaran dan penyembahan terhadap hawa nafsu.