Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bulan Perjamuan Tuhan (16)

1 Pendapat 05.0 / 5

Misi semua nabi adalah mengajak manusia pada takwa. Takwa yaitu sebuah kondisi mawas diri, waspada, dan menjaga diri secara kontinyu. Seorang individu Muslim sudah seharusnya menjalani kehidupan ini dengan mata terbuka, hati yang terjaga, dan selalu waspada. Ia harus selalu mawas diri sehingga perbuatannya tidak bertentangan dengan kehendak Allah Swt.

Jika kondisi mawas diri ini sudah tertanam dalam diri manusia, maka seluruh tindak tanduk, perkataan, dan perbuatannya akan sejalan dengan ketentuan Tuhan dan ridha-Nya. Kebalikan dari takwa adalah kondisi lalai, tidak waspada, dan bergerak tanpa kearifan.

Ibadah puasa yang dijalankan secara berjamaa merupakan sebuah peluang untuk melatih takwa dan menahan diri sehingga bisa memperoleh bekal takwa dan menggunakan bekal ini pada masa-masa sulit. Perlu dicatat bahwa godaan dunia akan selalu menghantui manusia, dan orang-orang terutama mereka yang meraih derajat takwa di bulan Ramadhan, tentu akan lebih tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, karena kepribadiannya sudah kuat dan tahan banting.

Para muttaqin (mereka yang bertakwa) memiliki daya tolak yang kuat terhadap rayuan dan godaan yang menghancurkan. Mereka memiliki tekad yang kuat untuk mempertahankan nilai-nilai dan prinsipnya. Oleh karena itu, semua Muslim harus mensyukuri keagungan Ramadhan dan memanfaatkannya secara optimal untuk mencapai derajat takwa.

Takwa adalah meninggalkan dosa dan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Namun derajat lain dari takwa yaitu melaksanakan perintah agama dan mengerjakan perbuatan baik dan terpuji. Pada dasarnya, dua sisi mata uang takwa adalah menjaga diri, tidak mendekati dosa, dan takut kepada Allah, serta melaksanakan kewajiban agama dan berbuat kebajikan. Dengan kata lain, munculnya sifat takwa karena didorong oleh rasa takut akan siksaan dan harapan akan pahala.

Perlu diingat bahwa takut kepada Allah -- yang membuat manusia meninggalkan dosa -- berbeda dengan rasa takut yang menyebabkan kita stres dan merusak kehidupan. Di sini ada percampuran antara takut dan rindu, dan rasa takutnya bersumber dari pengharapan yang memberikan kekuatan kepada manusia. Takut jenis ini akan membuat jiwa seorang Muslim melayang dan menguatkan hatinya. Dengan kata lain, ia memilih meninggalkan dosa karena tidak ingin kehilangan perhatian Tuhan dan karena takut tercipta jarak dengan-Nya.

Ketakwaan akan memotivasi seseorang untuk melakukan perbuatan baik dan amal saleh. Motivasi ini muncul karena ingin menarik perhatian Tuhan dan memperoleh ridha-Nya. Jadi, takwa merupakan tempat berkumpulnya seluruh kebaikan dan tertolaknya seluruh keburukan. Rasulullah Saw bersabda, "Bertakwalah kepada Allah, karena ia adalah himpunan kebaikan." Dalam hadis lain beliau berkata, "Bertakwalah kepada Allah, karena di dalamnya terhimpun seluruh amal ibadah."

Derajat lain takwa adalah takwa amali (praktis), di mana individu Muslim harus meninggalkan dosa serta menjauhkan lisan dan hatinya dari keburukan. Di sini, derajat takwa harus terus ditingkatkan dengan memperbanyak perbuatan baik. Semua individu tentu saja ingin berbuat kebaikan dan mengerjakan perbuatan baik. Bedanya, orang-orang yang bertakwa menyimpan keinginan dan motivasi yang lebih besar untuk berbuat kebaikan terutama di bulan Ramadhan.

Para muttaqin melakukan perbuatan baik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Swt, jauh dari pencitraan, dan dikerjakan dengan tulus. Sementara orang lain mungkin memiliki motivasi lain dalam mengerjakan kebaikan. Dalam pandangan al-Quran, nilai perbuatan baik terletak pada keikhlasan yaitu; dikerjakan hanya untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk pamer atau pencitraan kepada publik.

Para muttaqin melakukan aktivitas secara kontinyu dan tak kenal lelah demi ridha Allah dan untuk menebarkan kebaikan kepada orang lain. Di sepanjang Ramadhan, mereka akan berlomba-lomba untuk berbuat baik termasuk menyediakan takjil kepada orang lain, menginfakkan hartanya di jalan Allah, mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, dan memberikan pengabdian lain.

Setiap orang berakal ingin menghiasi dirinya dengan sifat-sifat para muttaqin. Mereka menyadari bahwa tanpa modal takwa mustahil bisa mencapai kedudukan apapun, karena selama jiwa masih ternodai dengan dosa dan terbelenggu oleh hawa nafsu, manusia tidak akan mencapai kesempurnaan spiritual dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah), yang menjadi tujuan penciptaan mereka.

Para muttaqin akan memperoleh banyak keistimewaan dan salah satunya adalah mendapatkan kasih sayang dan bimbingan dari Allah Swt. Mereka bisa menyaksikan rahasia semesta dan diberi kemudahan untuk memilih jalan yang lurus. Dalam surat al-Anfal ayat 29, Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil).”

Dalam hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Jika ketakwaan ada, petunjuk Ilahi juga ada bersamanya. Dan jika tidak ada ketakwaan, petunjuk Ilahi tidak akan diberikan secara utuh kepada individu dan masyarakat. Berpuasa adalah awal menuju pada ketakwaan."

Dalam al-Quran, syarat untuk menjadi penghuni surga dan menikmati semua kenikmatan lain adalah menyandang predikat takwa. Dalam banyak ayat, al-Quran menganggap surga dan nikmat-nikmatnya sebagai milik orang-orang yang bertakwa; mereka yang meninggalkan semua larangan dan memilih jalan kesempurnaan.

Mengenai nikmat surga yang diberikan untuk kaum Mukmin, Allah dalam surat al-Hijr ayat 45-48 berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka); "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman, Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.”  

Momentum Ramadhan harus mampu meningkatkan derajat takwa dan keimanan setiap individu Muslim kepada Allah Swt, sehingga dimasukkan dalam golongan para muttaqin. Orang-orang yang bertakwa adalah pemilik keutamaan di dunia; perkataan mereka tegas, tidak menyombongkan diri, menutup mata dari perkara haram, dan tidak mendengarkan ucapan yang sia-sia. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa para muttaqin mencintai semua orang dari agama yang berbeda.

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Takwa adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Kemanusiaan yang tersesat – yang menderita segala macam kesulitan dan penderitaan individu dan sosial – mereka telah berpaling dari takwa, larut dalam kelalaian, dan terperosok dalam godaan hawa nafsu. Masyarakat yang tertinggal, kondisi mereka sudah diketahui. Sedangkan masyarakat maju meskipun mereka menikmati sebagian kebahagiaan, namun mereka juga terjebak dalam sebuah celah yang mematikan, sebagaimana yang dijelaskan oleh para penulis, orator, dan seniman mereka."

Pada dasarnya, hidup adalah pergerakan di sebuah lintasan yang licin di mana kedua sisinya terbentang jurang yang terjal. Kelalaian sekecil apapun akan membuat manusia terjatuh, kecuali ia punya pengangan yang kuat untuk menyelamatkan hidupnya. Di sini diperlukan takwa sehingga Allah akan menjaga mereka dari kejahatan syaitan dan menghapus kelalaian dari hatinya. Dalam surat al-A'raf ayat 201 Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.