Bulan Perjamuan Tuhan (18)

Ramadhan adalah bulan kebaikan dan keberkahan, bulan kemenangan, dan bulan diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang hak dan batil. Ada banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan dan ia telah mengubah perjalanan sejarah. Perang besar Badar terjadi di bulan ini, sebuah pertempuran yang menjadi awal kemuliaan kaum Muslim. Allah Swt menyebut peristiwa itu sebagai hari Furqan yaitu; pemisah antara kebenaran dan kebatilan.

Perang Badar adalah pertempuran pertama dan terpenting antara kaum Muslim dan kaum musyrikin Quraisy, yang terjadi di Lembah Badar pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Meskipun kaum Muslim berjumlah sedikit dibandingkan musyrikin, namun mereka dapat memenangkan pertempuran tersebut. Dalam surat Ali Imran ayat 123, Allah Swt berfirman, "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya."

Pemicu Perang Badar kembali pada periode ketika kaum Muslim terpaksa harus berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Kala itu kaum Muslim harus meninggalkan seluruh harta bendanya di Mekkah. Harta benda ini telah dikuasai oleh kaum kafir Quraisy. Abu Sufyan – yang memimpin kafilah dagang – dalam perjalanan pulang dari Syam ke Mekkah mendapat informasi bahwa kaum Muslim akan menghadang kafilahnya. Oleh karena itu, dia mengutus Dhamdham bin Amr al-Ghafiri untuk menggalang bantuan Quraisy di Mekkah.

Dengan kembalinya kafilah dari Syam menuju Mekkah, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk keluar dari Madinah demi mengalahkan kafilah atau pasukan kaum musyrikin. Menurut pendapat masyhur, Rasulullah Saw pada tanggal 12 atau 13 Ramadhan bersama 313 sahabatnya keluar dari Madinah. Dari sisi lain, Abu Sufyan yang telah mengabarkan persiapan kaum Muslim untuk menghadang kafilah Quraisy, bergegas ke Mekkah dan meminta bantuan penduduknya untuk menyelamatkan harta bendanya. Masyarakat Mekkah kemudian bergerak menuju Badar dengan kekuatan 950 pasukan.

Rasulullah Saw dan kaum Muslim dihadapkan pada dua kemungkinan. Mereka percaya bahwa pihaknya akan menghadapi kafilah dagang Abu Sufyan yang tak bersenjata. Kemungkinan lain, mereka akan berhadapan dengan pasukan Quraisy bersenjata lengkap, dan hal ini tidak mereka inginkan. Akan tetapi, karena kehendak dan ketetapan Allah Swt lebih tinggi dari keinginan hamba-Nya, maka pecahlah sebuah perang yang bersejarah antara hak dan batil.

Perang Badar telah menegaskan kemenangan hak atas batil dan membuktikan kebenaran agama Islam. Allah Swt pada ayat 7-8 surat al-Anfal berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Allah berjanji kepada kalian bahwa salah satu dari dua golongan (yang kalian hadapi) adalah untuk kalian, sedang kalian menginginkan bahwa golongan yang tidak bersenjata yang diserahkan kepada kalian, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir, supaya Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan perkara batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.”

Dalam peristiwa Badar, kekuatan iman menyinari wajah para pejuang Islam dan fenomena ini telah mempengaruhi psikologis musuh. Ibnu Hisyam dalam kitab sejarahnya menulis, “Kaum musyrikin Mekkah setelah menggelar pasukan di Udwatul Quswa di Badar, memerintahkan salah seorang intelijen andalannya, Umair bin Wahab al-Jumahi untuk mengumpulkan informasi dan menaksir seberapa besar kekuatan pasukan Muslim. Ia kemudian melakukan patroli dengan kudanya di sekitar lokasi perkemahan kaum Muslim dan menyerahkan laporannya kepada komandan perang.”

Menurut kesaksian Umair al-Jumahi, pasukan Muslim sekitar 300 orang, tapi iman, tekad, dan semangat terpancar di wajah mereka. Mereka tidak memiliki tameng dan benteng kecuali pedang-pedang mereka. Demi Tuhan, tidak ada seseorang di antara mereka yang terbunuh, melainkan dia telah membunuh salah seorang di antara kalian. Jika jumlah mereka yang terbunuh sama dengan jumlah kalian, maka tidak ada artinya hidup setelah itu. Maka pikirkanlah hal ini!  

Ramadhan adalah bulan diterimanya doa dan terbukanya pintu rahmat Allah Swt untuk manusia. Berdoa di bulan ini memiliki banyak pengaruh dalam perjalanan hidup manusia. Dalam Perang Badar, al-Quran menyinggung pengaruh besar doa sehingga kaum Muslim mencapai kemenangan.

"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu; "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS: al-Anfal ayat 9)

Doa Rasulullah Saw di tengah kaum Muslim langsung diijabah oleh Allah pada saat-saat genting seperti itu. Beliau mengangkat kedua tangannya ke langit dan memohon pertolongan kepada Allah sampai terjatuh selendangnya dari kedua bahunya. Ketika itu Rasul berseru, "Ya Allah, penuhilah bagiku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang telah engkau janjikan kepadaku…"

Rasulullah Saw mengambil inisiatif dalam kondisi tersulit ketika itu. Beliau bukan orang yang mencari kenyamanan dan membiarkan para sahabatnya dalam kesulitan. Beliau justru tampil sebagai seorang pemberani yang berhadap-hadapan langsung dengan musuh. Ali bin Abi Thalib – yang dikenal sebagai sosok yang paling berani di semua perang – menuturkan, "Ketika peperangan berkecamuk, kami berlindung dengan Rasulullah. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan orang yang paling susah. Tidak ada seorang pun yang lebih dekat posisinya dengan orang musyrik dibandingkan Rasulullah."

Beginilah cara Rasulullah Saw menanamkan nilai-nilai perjuangan, perlawanan, dan kepahlawanan dalam membela Islam kepada sahabatnya dan kaum Muslim.

Pada 2 Ramadhan tahun 8 Hijriah, Rasulullah bergerak ke kota Mekkah bersama sebuah pasukan besar yang berjumlah 10 ribu orang. Beliau sangat berhati-hati agar mobilisasi pasukan ini tidak diketahui oleh kaum Quraisy. Penduduk Mekkah dan intelijen mereka tidak mengetahui rencana serangan pasukan Islam. Ketika Rasulullah tiba di Juhfah, beliau bertemu pamannya, Abbas bin Abdul Muththalib yang sedang melakukan perjalanan ke Madinah.

Rasul kemudian memerintahkan Abbas untuk kembali ke Mekkah dan di tengah jalan, ia bertemu dengan beberapa pembesar Quraisy seperti, Abu Sufyan, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Warqa.' Abbas mengabarkan rencana serangan pasukan Islam dan membawa Abu Sufyan untuk bertemu Rasulullah. Beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam dan mengucapkan syahadatain. Mereka berdua menerima ajakan itu, namun Abu Sufyan menunda keputusannya.

Rasul Saw menggabungkan antara taktik militer dan diplomasi untuk menaklukkan kota Mekkah (Fathu Mekkah). Beliau meminta Abu Sufyan untuk membujuk penduduk Mekkah agar menyerah dan tidak melakukan perlawanan. Diplomasi ini telah membuka peluang penaklukan Mekkah tanpa pertumpahan darah. Dengan demikian, Allah Swt memuliakan agamanya, memberikan kemenangan kepada pasukan Islam, dan membersihkan Masjidil Haram dari berhala dan kesyirikan.

Penaklukan Mekkah di bulan suci Ramadan telah membuka babak baru dalam sejarah Islam. Dengan penaklukan ini, Islam menjadi lebih kuat dan setelah itu, kaum musyrik sama sekali tidak menunjukkan perlawanan terhadap Islam. Orang-orang kafir datang dari berbagai bagian Jazirah Arab untuk menemui Rasulullah dan memeluk Islam.

Kemenangan ini diabadikan dalam surat an-Nasr dengan ungkapan, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat."

Kemenangan ini disambut oleh kaum Muslim dengan bertasbih, memuji Allah Swt, dan beristighfar; memohon ampunan atas segala kekurangan dan kelalaian. Inilah salah satu keberkahan besar yang diberikan kepada kaum Muslim di bulan Ramadhan.