Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hukum Allah selalu Yang Terbaik (Bag 1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Sejak kecil kita sudah akrab dengan kata Halal dan Haram. Kita juga terbiasa dengan perintah dan larangan. Kita telah di didik oleh orang tua kita untuk menghindari hal-hal yang haram sejak dini. Agar nantinya, ketika sudah dewasa bisa menjaga diri dari hal-hal yang haram.

Sebenarnya, kenapa Islam memiliki aturan yang begitu banyak? Atau lebih dulu kita bertanya, kenapa harus ada hukum Allah? Seakan agama ini begitu sempit, penuh dengan aturan-aturan yang mengikat.

Mengapa harus ada hukum atau aturan?

Pertama, manusia tidak diciptakan sia-sia. Allah sebagai Penciptanya pasti memiliki tujuan ketika menciptakan manusia. Mustahil, Allah Yang Maha Bijak itu mencipta hanya sebagai guyonan belaka.

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ -١١٥-

“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami Menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwakamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

(Al-Mukminun 115)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ -٥٦-

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

(Adz-Dzariyat 56)

Apabila manusia diciptakan memiliki tujuan, harus ada peta penunjuk jalan agar bisa sampai kepada tujuannya. Peta itu adalah hukum dan aturan Allah. Dengan mengikuti arah peta yang telah Allah berikan, pasti manusia dapat sampai kepada tujuan sebenarnya.

Kedua, manusia adalah makhluk sosial. Mereka hidup bermasyarakat. Ketika manusia harus hidup bersama orang lain setiap harinya, dia butuh pada aturan yang mengatur. Jika tidak, pasti terjadi kekacauan disana sini.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا-١٣-

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”

(Al-Hujurat 13)

Setiap harinya manusia berhubungan dengan 3 hal. Dia berhubungan dengan Tuhannya. Dia berhubungan dengan dirinya sendiri. Dan dia selalu berurusan dengan orang lain. Karena manusia harus selalu berhubungan dengan selainnya, maka harus ada aturan yang bisa menjaga agar hubungan itu tetap harmonis. Agar semua memperoleh haknya masing-masing.

Seorang yang berakal pasti menyetujui keharusan adanya aturan yang mengatur hidup manusia. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi jika sehari saja manusia hidup tanpa aturan?

Kita telah sepakat bahwa manusia butuh pada hukum atau aturan. Pertanyaan selanjutnya, siapa yang berhak memberi aturan?

Siapa yang berhak memberi aturan?

Jika ada seorang yang menciptakan mobil. Kemudian mobil itu dipasarkan ke seluruh Indonesia. Kira-kira, siapa yang paling berhak memberi aturan cara pemakaian dan perawatan mobil itu? Layakkah seorang ahli kesehatan memberi penjelasan tentang aturan pemakaian dan cara perawatan mobil? Ataukah, si pencipta mobil yang paling tau seluk beluk mobil ciptaannya itu? Maha Suci Allah dari segala contoh.

Manusia adalah makhluk yang terbatas. Kita tau bahwa manusia selalu menemukan teori dan temuan baru. Tapi tak sedikit pula teori baru yang mematahkan teori sebelumnya. Kita juga melihat banyak buku baru yang terbit. Berapa banyak buku yang harus di revisi pada cetakan selanjutnya?

Ini membuktikan bahwa ilmu manusia sangat terbatas. Dia butuh proses untuk menjadi lebih baik. Sementara disana da Dzat yang menguasai semua ilmu dari awal sampai akhir. Karya-Nya tak akan pernah di revisi kembali. Kira-kira siapa yang lebih layak memberi aturan?

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيراً -٨٢-

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) al-Quran? Sekiranya (al- Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”

(An-Nisa’ 82)

Yang berhak membuat hukum adalah yang Maha Mengetahui sehingga tidak ada lagi revisi atau temuan baru yang lebih bagus.

وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْماً -١٢-

“Dan ilmu Allah benar-benar Meliputi segala sesuatu.”

(At-Thalaq 12)

Selain ilmu Allah tidak ada ilmu yang mutlak. Kecuali ilmu para nabi yang diberi langsung oleh Allah. Selain mereka, pasti ada yang lebih berilmu diatasnya.

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ -٧٦-

“Dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.”

(Yusuf 76)

Karena itu, hanya Allah Sang Pencipta yang paling tau kebaikan bagi manusia. Dia lah yang paling berhak memberi hukum dan aturan.

Allah pun berulang kali mengingatkan bahwa siapapun yang mengikuti aturan-Nya akan dijamin bahagia. Tidak akan ditimpa kesedihan dan ketakutan. Dan siapa yang berpaling, dia akan mendapatkan kesedihan dan kerugian. Seperti ketika Adam as turun ke bumi, Allah mengingatkannya dengan berfirman:

قُلْنَا اهْبِطُواْ مِنْهَا جَمِيعاً فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ -٣٨-

Kami Berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

(Al-Baqarah 38)

Kenikmatan terbesar yang dimiliki manusia adalah terhindar dari rasa takut. Betapa buruknya hidup dalam penjara rasa takut dan kesedihan. Allah menjamin keamanan dari rasa takut bagi mereka yang mau mengikuti hukum dan aturan yang Dia berikan.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ -١٥٥-
“Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah 155)

Bencana terbesar bukanlah kekeringan atau kekurangan harta. Sebelum semua itu, Allah menyebutkan bahwa bencana terbesar bagi manusia adalah rasa takut. Dan Allah ingin melihat manusia bahagia dengan terhindar dari rasa takut itu.

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى -١٢٣-

“Maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”

(Thaha 123)

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ -٣- الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ -٤-

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”

(Qurasiy 3-4)

Manusia tidak akan hidup bahagia hanya dengan rasa kenyang. Mereka juga butuh kepada rasa aman dari ketakutan.