Fitnah dalam Al-Qur’an (Bag 1)

Zaman telah mendekati detik-detik terakhirnya. Bumi mulai menua. Kerusakan merajalela. Kemajuan tekhnologi tak terbendung lagi. Manusia telah mampu terbang menembus langit dan menyelam ke dasar lautan. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi bersama dengan moral manusia yang semakin luntur. Banjir informasi begitu dahsyat hingga kebenaran dan kebatilan semakin samar terlihat. Bersama dengan itu semua, benih-benih fitnah ditaburkan. Api perpecahan tampak disetiap penjuru.

Musuh-musuh Allah bekerja 24 jam untuk menghancurkan para kekasih-Nya. Sejuknya pagi disambut dengan panasnya api fitnah di media televisi. Aib orang diumbar dan konflik dibesar-besarkan.

Zaman ini memang zaman fitnah. Zaman ketika hati seorang dipenuhi dengan keimanan di pagi hari, kemudian kembali membuang keimanan itu disaat malam. Zaman ketika malam harinya dipenuhi dengan munajat dan tangisan sementara paginya kembali mencampakkan iman.

Sebenarnya, apa fitnah itu? Darimana dia berasal? Siapa yang mencetuskan fitnah? Apa bahayanya? Perlahan kita akan membuka sedikit demi sedikit tabir fitnah sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an.


♦ Arti Fitnah

Dalam Kitab Mufrodat, fitnah berasal dari kata Fatana-Yaftunu yang memiliki arti meletakkan emas di tempat yang panas hingga terpisah emas yang murni dengan logam yang lain.

Jika kita perhatikan, proses fitnah dalam kehidupan nyata pun demikian. Kondisi yang begitu panas sehingga memisahkan orang yang berpegang teguh dengan kebenaran dan orang yang hanyut dalam fitnah itu.

Fitnah adalah sesuatu yang panas yang masih samar dan kabur. Sulit mengenali hakikat aslinya. Dan Allah swt menyebut kata fitnah dengan segala bentuknya sebanyak 56x di dalam Al-Qur’an.

 

Namun, fitnah disini memiliki arti yang bermacam-macam.

Pertama, fitnah memiliki arti ujian. Allah swt berfirman,

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ -٢٨-

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.” (Al-Anfal 28)

 

Kedua, tipu daya.

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ -٢٧-

“Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga.” (Al-A’raf 27)

 

Ketiga, bencana dan siksaan.

ذُوقُوا فِتْنَتَكُمْ هَذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ -١٤-

(Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.” (Adz-Dzariyat 14)

 

Ke-empat, kesesatan.

وَمَن يُرِدِ اللّهُ فِتْنَتَهُ فَلَن تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللّهِ شَيْئاً -٤١-

“Barangsiapa Dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya).” (Al-Ma’idah 41)

 

Ke-lima, syirik, kufur dan penyembahan berhala.

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلّهِ -١٩٣-

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.” (Al-Baqarah 193)

 

Ke-enam, menghalangi agama Allah swt.

وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ-٤٩-

“Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah Diturunkan Allah kepadamu.” (Al-Ma’idah 49)

 

Jika kita perhatikan, semua arti di atas adalah efek dari fitnah. Ia dapat menjadi cobaan, bencana bahkan dapat memalingkan seseorang dari agama Allah swt. Begitulah gambaran Al-Qur’an mengenai fitnah.