Imam Sajjad as, Penerus Risalah Asyura(1)

Suatu hari Allamah Thabathabai dalam pertemuan dengan professor Henry Corbin, berkata, “Kami orang-orang Syiah bermunajat, berdoa dan menangis! Jika kami ditimpa kesulitan, kami mencoba berbicara dengan Tuhan dan hati kami tentram. Bagaimana dengan Anda ketika ditimpa masalah di Perancis ?”.

“Saya juga menangis. Saya pun memiliki kitab Sahifah Sajadiyah. Ketika ditimpa masalah, saya membuka dan membacanya disertai terjemahan. Saya menangis. Munajat menentramkanku,” jawab Corbin.

Jawaban filsuf Perancis ini memperlihatkan bagaimana perhatiannya terhadap kitab Sahifah Sajadiyah. Tentu saja, ini hanya satu dari sekian pengakuan sarjana Barat yang tertarik terhadap karya Imam Ali Zainal Abidin. Di luar dari apresiasi para sarjana Barat terhadap kitab Sahifah Sajadiyah, kandungan isinya sangat tinggi dan agung, dengan gaya bahasa yang fasih dan menawan. Semua itu buah dari kebesaran sang empu kitab, Imam Sajjad. Dan di hari ini kita memperingati kesyahidannya.

Salah satu peran dan jasa berharga Imam Sajjad pasca tragedi Asyura ialah penyebaran risalah doa dan munajat yang sangat luhur. Kini kumpulan doa-doa dan munajat beliau itu dihimpun dalam satu kitab bernama Sahifah Sajjadiyah. Kendati doa dan munajat imam Sajjad merupakan naskah doa, namun di dalamnya mengandung muatan ajaran Islam yang sangat luhur mengenai filsafat hidup dan penciptaan, keyakinan, etika pribadi dan sosial, serta masalah politik.

Salah satu kandungan penting dalam doa beliau ialah semangat menentang kezaliman, dan upaya menegakkan keadilan, penyebaran nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan. Di salah satu doanya, Imam Sajjad berkata, "Ya Allah berilah kami kekuatan untuk mampu menjaga sunnah Nabi-Mu, dan berjuang melawan penyelewengan, serta melaksanakan kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar."

Tanggal 12 Muharam merupakan hari syahadah Imam Sajjad as. Dua hari pasca peringatan Asyura. Imam Sajjad as sebagai saksi mata pembantaian Karbala setelah peristiwa itu bertanggung jawab memimpin umat Islam. Beliau adalah Ali bin al-Husein as yang lebih dikenal dengan panggilan Sajjad. Pada peristiwa Karbala, beliau ditakdirkan oleh Allah Swt sebagai salah satu orang yang hidup demi melanjutkan pesan Asyura.

Imam Sajjad as adalah putra Imam Husein as yang lahir pada tahun 36 Hijriah. Beliau hidup hingga usia 57 tahun. Periode penting dalam hidup beliau dimulai di masa Imamah-nya pasca syahadah Imam Husein as. Ketika peristiwa Karbala terjadi, beliau dalam keadaan sakit. Itulah mengapa beliau waktu itu tidak pergi ke medan perang.

Hamid bin Muslim, sejarawan Karbala menulis, “Di hari Asyura, pasca kesyahidan Imam Husein as, pasukan Yazid mendatangi Ali bin Husein as yang tengah berada di atas pembaringan karena sakit. Mereka mendapat perintah untuk membunuh seluruh laki-laki dari keluarga Imam Husein as. Kedatangan mereka dengan niat membunuhnya. Tapi ketika melihatnya dalam kondisi sakit, mereka kemudian membiarkannya. Jelas di balik penyakit beliau di hari Asyura tersimpan rahasia ilahi, agar dapat melanjutkan jalan ayahnya.”