Tafsir Surat Al-Qadr (Bag 2)

Pada bagian pertama, kita telah membahas makna-makna Al-Qadr. Malam yang begitu mulia hingga bumi ini menjadi sempit karena sesak oleh banyaknya malaikat yang turun.

Dan sampailah kita pada pertanyaan berikut ini,

Pada tanggal berapa Laylatul Qadr itu?

Riwayat menyebutkan bahwa malam Laylatul Qadr itu disembunyikan. Ada yang menyebutkan bahwa Laylatul Qadr ada di antara malam-malam ganjil di akhir Ramadhan. Mulai tanggal 21 sampai 29.

Riwayat lain menyebutkan bahwa kita dapat mencarinya di 3 malam yaitu malam 19, 21 dan 23.

Jika Laylatul Qadr adalah malam turunnya Al-Qur’an, harusnya Laylatul Qadr hanya ada di satu malam. Mengapa kita harus mencarinya di beberapa malam itu?

Apakah Laylatul Qadr itu ada di salah satu malam atau ada di semua malam itu?

Lalu kenapa Allah menyembunyikannya?

 

Perlu diingat bahwa tidak hanya Laylatul Qadr yang disembunyikan oleh Allah swt. Banyak hal lain yang disembunyikan pula. Dan tentunya ada tujuan dan maksud tertentu dibaliknya.

Allah menyembunyikan para walinya dari pandangan manusia, tujuannya agar kita selalu berbaik sangka pada semua hamba Allah. Siapa tau mereka adalah para kekasih Allah.

Allah juga menyembunyikan waktu ajal tiba. Tujuannya agar kita selalu menyiapkan diri di sepanjang kehidupan untuk menyambut kedatangannya.

Sementara pada Laylatul Qadr, Allah menyembunyikannya agar kita lebih banyak taqarrub kepada Allah. Dimulai dari hari pertama di bulan Ramadhan sampai hari-hari terakhirnya. Khususnya di 3 malam yang mulia yaitu malam 19, 21 dan 23. Allah menyembunyikannya diantara malam-malam ini agar kita semakin banyak berbuat kebaikan dan meminta ampunan sepanjang malamnya.

 

Dan tahukah engkau apakah malam qadar itu? (وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ)

 

Pada ayat kedua Allah bertanya kepada nabi, Dan tahukah engkau apakah malam qadar itu?

Setelah Allah memberikan informasi tentang turunnya Al-Qur’an pada Laylatul Qadar, Dia tidak langsung menyebutkan tentang keutamaan malam itu. Allah masih bertanya kepada Rasulullah dengan pertanyaan diatas. Hal ini menunjukkan sesuatu yang akan disampaikan begitu besar dan agung nilainya.

 

Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. (لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ)

 

Malam ini lebih baik dari seribu bulan. Kiranya 1000 itu angka yang paten atau hanya menunjukkan jumlah yang banyak?

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa 1000 hanyalah ungkapan untuk menunjukkan hal yang sangat banyak. Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa 1000 adalah jumlah paten dan pasti.

Jika 1000 bulan adalah angka yang pasti, satu ibadah malam Laylatul Qadr setara dengan 83 tahun. Tentu ini bukanlah hal yang kecil.

Disinilah letak keadilan Allah, umat-umat terdahulu memiliki umur panjang untuk memperbanyak ibadah dan amal baik. Sementara umat Rasulullah memiliki umur yang amat singkat. Namun Allah memberi bonus Laylatul Qadr yang jika dimanfaatkan dapat melebihi umur umat terdahulu.

Nabi Muhammad hanya berumur 63 tahun, tapi umur beliau bisa melebihi para nabi sebelumnya karena beliau memiliki malam Laylatul Qadr di setiap tahunnya. Kemuliaan ini hanya dimiliki oleh umat Muhammad saw.

 

Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur semua urusan. (تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ)

 

Sebagian Ahli Tafsir memaknai Ruh dalam ayat ini adalah Malaikat Jibril. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Ruh adalah makhluk Allah yang lebih mulia dari seluruh Malaikat bahkan Jibril itu sendiri.

Imam Ja’far pernah ditanya apakah Ruh yang dimaksud adalah Jibril?

Beliau menjawab, “Jibril termasuk Malaikat dan Ruh lebih mulia dari malaikat. Bukankah Allah berfirman Pada malam itu turun Malaikat dan Ruh.”

Makna turun dalam ayat ini memakai kata Tanazzal dengan bentuk fi’il mudhori’ yang memiliki makna terus menerus. Artinya Laylatul Qadr tidak hanya terjadi sekali tapi akan terus terulang setiap tahunnya hingga Hari Kiamat.

 

 

Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ)

Di malam ini setan tidak bisa melakukan apapun. Yang ada hanya ketentraman dan ketenangan. Malaikat turun memenuhi bumi dan mengucapkan salam pada orang-orang yang sedang beribadah di malam ini.

Ketentraman, kebahagiaan dan ketenangan meliputi seluruh alam hingga terbitnya fajar pagi.

Jika kemudian umat Muhammad mempraktekkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan teguh dengannya maka yang ada dalam kehidupan ini hanyalah Salam, yaitu ketentraman dan ketenangan.

Tiadanya kedamaian diantara umat Muhammad disebabkan oleh jauhnya mereka dari Al-Qur’an dan pendampinya.

Siapapun yang berpegang pada Al-Qur’an, maka kehidupannya akan tentram hingga masuk ke liang lahat dan disambut di alam akhirat.

Semoga kita mendapatkan anugerah untuk meraih Laylatul Qadr disetiap tahunnya hingga amal kita akan terus belipat ganda di sisi-Nya.