Pertemuan Akbar Sedunia: 27 Juta Peziarah Arbain Mengekspresikan Cinta Kepada Pemuda Penghulu Surga (Bagian 1)

Arbain adalah 40 hari peringatan mengenal kembali gugurnya Imam Husein di Karbala.  Acara Arbain dimulai dengan tradisi jalan kaki menuju Karbala. Kebiasaan dan tradisi jalan kaki menuju Karbala mula-mula dimulai tanggal 12 Shafar dan kemudian dimajukan tanggal 11 Shafar dan sekarang rata-rata dimulai dari permulaan bulan Shafar. Tahun ini peringatan Arbain dilakukan pada hari selasa 20 Shafar 1440 atau 30 oktober 2018.

Puncak acara ini di peringati di kota Karbala, Irak. Arbain merupakan perkumpulan dan perhelatan terbesar umat Islam di dunia di masa sekarang dan merupakan manifestasi hakiki dari persatuan Islam karena yang datang di acara ini, bukan hanya mewakili satu kelompok dan golongan saja tetapi hampir seluruh mazhab dan aliran Islam bahkan minoritas agama-agama lain pun ikut hadir.

Selama acara Arbain terjadi mukjizat dan keajaiban yang luar biasa. Ada yang sakit keras menjadi sembuh dari penyakitnya. Tidak hanya para pencinta Imam Husein yang merasakan manfaat Arbain ini, beberapa orang dari non-Muslim pun ikut hadir dan bertawasul kepad Imam Husein dan mendapatkan kesembuhan dari penyakit dan pemenuhan hajat. Ini memberikan pesan bahwa Imam Husein bukan hanya kebanggaan kelompok tertentu bahkan miliki seluruh umat manusia. Sebab, Imam Husein berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan bagi seluruh umat manusia.

Tercatat 20 juta lebih orang turut serta dalam peringatan Arbain. Tahun 2017 jumlah peziarah Arbain yang berasal dari Iran saja tercatat tidak kurang dari 2 juta 320 ribu. Adakah pertemuan akbar atas nama apapun di dunia ini yang melampaui angka ini?

Peringatan ini menandakan betapa umat Islam dari beragam aliran dan mazhab memiliki ikatan emosional dan cinta kepada Sayyidina Husein, meskipun para musuh dan para pembenci persatuan umat Islam berusaha keras untuk menghalang-halangi supaya acara tahunan ini tidak berlangsung dengan lancar dan mereka berupaya melakukan serangkaian serangan melalui antek antek dan kaki tangan mereka, tetapi tahun demi tahun jumlah para peziarah semakin bertambah.

Sebagaian para pencinta Sayidina Husein berjalan kaki dari Najaf ke Karbala melalui sungai Furat dan melewati celah-celah pohon kurma, sehingga sampai kepada tujuan. Sebagian dari mereka mandi dengan menggunakan air sungai Furat. Dan selama perjalanan, mereka duduk di samping sungai Furat dan mencoba mengingat kembali syuhada yang gugur bersama Sayidina Husein dalam keadaan kehausan. Dan karena kenangan sejarah pilu ini, air mata para peziarah pun tak terasa tertumpah.

Kelompok-kelompok peziarah yang datang dari pelbagai negara melakukan tradisi jalan kaki menuju Karbala dan menempuh jarak ratusan kilo. Dan setelah memasuki area Karbala, mereka larut dalam kesedihan dan membacakan syair-syair duka dengan bahasa mereka yang beraneka ragam tapi semuanya bersatu dan menyebut satu nama: Husain.

Yang menarik adalah peringatan Arbain ini terjadi di kawasan konflik yang selama ini dibangun sebuah opini bahwa konflik di Timur Tengah, tepatnya di wilayah Suriah dan Irak adalah konflik mazhab, khususnya antara Syi’ah dan Ahli Sunnah tetapi peringatan Arbain justru menunjukkan bahwa konflik sektarian adalah skenario dan propaganda serta “dagangan” musuh untuk memecah belah umat Islam.  Arbain membuktikan bahwa jutaan orang Islam berkumpul dengan latar belakang mazhab, budaya dan negara yang berbeda-beda tapi mereka bersatu di bawah poros cinta kepada Sayyidina Husein.

Di sepanjang jalan menuju Karbala, ada maukib-maukib (semacam tenda jamuan dan pelayanan yang membagikan makanan dan minuman gratis). Roti dan dan buah berlimpah ruah dibagi-bagi di jalan menuju Karbala.

Memang bangsa Irak terkenal dengan kecintaan kepada tamu dan kedermawanannya. Orang-orang Irak yang sedang diuji oleh peperangan-peperangan dan banyak infrastrukturnya yang rusak, tetapi mereka tetap membuka pintu selebar-lebarnya untuk para peziarah dan masing-masing mereka berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk para peziarah. Di antara mereka ada yang member jasa pijat untuk mengurangi keletihan perjalanan para peziarah; di antara mereka selama setahun menyimpan harta mereka dan seberapa pun yang terkumpul akan mereka berikan dan sumbangkan untuk kegiatan Arbain. Dan selama peringatan Arbain, banyak mobil yang membagikan makanan dan minuman secara cuma-cuma sehingga para peziarah tidak kekurangan makanan dan minuman.

Para pelayan peziarah berkomitmen untuk memberikan segalanya demi kenyamanan dan kesejahteraan peziarah. Terdapat ribuan maukib di sepanjang jalan antara Najaf dan Karbala yang membagi-bagi makan siang dan minuman gratis. Banyak juga dokter yang memberikan layanan kesehatan gratis. Tahun ini relawan pelayanan peziarah Arbain asal Iran yang bernama Setod ‘Atabat Karbala setiap hari memberi tempat tinggal gratis untuk 700 ribu peziarah, membagikan 3 juta 350 ribu nasi (sarapan, makan siang dan makan malam) dan 1 juta 370 ribu roti di Karbala.

Najaf al-Aasyraf adalah kota Marja’iyyah. Di sini banyak Marja’-Marja Syiah yang ternama hidup dan mengajarkan makrifat ahlul bait. Dan salah satu yang terkenal adalah keluarga al-Hakim, terutama Ayatullah Sayed Muhsin al-Hakim pada dekade 70. Dan tidak kurang dari 700 Maukib  atas nama keluarga al-Hakim yang melayani para peziarah yang dikoordinasi oleh Sayed Hadi al-Hakim.

Perlu dicatat bahwa keluarga al-Hakim yang notabene memiliki silsilah nasab dengan Rasulullah saw sangat berjasa dalam menghidupkan syiar Islami Arbain. Mereka termasuk yang mula-mula mengadakan tradisi ziarah berjalan kaki ke Karbala dan juga mengadakan majelis-majelis al-Husaini, bahkan di zaman diktator Saddam Husein. Beberapa dari keluarga al-Hakim  ditangkap dan disiksa oleh rezim penguasa saat itu.

Bersambung…