Hati Orang Mukmin yang Putih dan Bercahaya

Diriwayatkan bahwa Imam Ash-Shadiq berkata:
Kalian melihat sekelompok manusia yang sangat fasih berbicara akan tetapi hatinya lebih gelap dari gelapnya malam yang gulita dan sebagian manusia tidak dapat memberitakan isi hati dengan lidahnya, sedangkan hatinya bercahaya bak pelita yang gemerlapan.

Hati orang mukmin bergerak pada jalan manusia yang lurus, yaitu suatu perjalanan spritual yang lurus menuju nilai-nilai kemanusiaan.

Pertama, karena sejak semula hati orang mukmin tidak keluar dari garis fitrahnya yang telah ditetapkan oleh Allah dengan kedua Tangan fitrah tauhid yang tertuju kepada kesempurnaan yang tak terbatas dan keindahan yang Maha Sempurna.

Tidak ada jalan lain dalam perjalanan spiritual ini, kecuali bergerak dari tahapan fitrah yang ditetapkan menuju tahapan puncak kesempurnaan yang mutlak tanpa mengalami penyimpangan. Dan inilah jalan ruhani yang lurus dan jalan supranatural (ghaibiyyah) yang benar. Tetapi hati yang selain itu terpaksa harus keluar dari garis fitrah serta keluar dari jalan yang tidak ditetapkan

Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membuat garis lurus di atas tanah dan di sekeliling garis lurus tersebut ada garis lain, beliau bersabda; “Garis lurus di tengah-tengah ini adalah jalanku”.

Kedua, seorang mukmin mengikuti manusia yang sempurna dan karena manusia sempurna adalah manifestasi dari seluruh nama dan sifat serta merupakan didikan Allah Swt di dalam nama-nama Nya yang jami’. Maka tidak satupun dari Nama-Nama tersebut yang lebih menonjol dari yang lainnya di dalam jiwa manusia sebagaimana Tuhannya Yang Maha Agung yang merupakan eksistensi yang sempurna tanpa kelebihan fenomenal antara satu nama dengan nama yang lain, di samping juga mencakup maqam wasathiyat dan barzakhiyah kubra. Ia akan mengakhiri jalannya pada shirat al-mustaqim, jalan tengah yaitu ismul jami’.
Adapun makhluk yang lainnya merupakan satu manifestasi dari salah satu nama saja, baik nama yang muhitah (mencakup) atau ghairu muhitah (tidak mencakup, dan manifestasi nama tersebut adalah nama itu sendiri. Adapun nama-nama yang lain tersembunyi dan tidak menguasai fenomena tersebut kecuali melalui penyatuan ke seluruh nama.

Adapun Allah swt di dalam maqam ismul jami’ dan Rabbul Insan (Tuhan manusia) berada pada jalan yang lurus sebagaimana tersirat dalam al-Qur’an; Sesungguhnya Tuhanku berada pada jalan yang lurus (Q.S hud:56) dengan arti maqam wasathiyat dan jam’iyyat tanpa ada satu sifat yang melebihi lainnya., dan tak satupun manifestasi sifat yang satu melebihi lainnya.

Sehingga didikan Allah swt yang berada pada maqam wasathiyat dan jam’iyyat ada di jalan yang lurus, tanpa adanya kelebihan maqam atas maqam yang ainnya dan perkara yang satu dnegan perkara lainnya. Didikan ini berada dalam mi’raj su’udi dan puncak pencapaiannya pada maqam al-qurb ketika memohon pada Allah swt. Dengan ucapan Iyyaka na’budu waiyyakanasta’in (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan). Setelah ia menyerahkan segala penghambaan dan mengembalikan segala sesembahannya hanya kepada Allah serta membatasi permohonannya dari seluruh maqam al-qabd dan bast dengan mengatakan ihdina sshiratal mustaqim (Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus).

Jalan ini adalah jalan dimana Allah berada dalam bentuk Rububiyyah dan Zhahiriyyah-Nya, al-Izhhar dan Penciptaan, serta peran manusia sempurna disini adalah dalam bentuk didikan dan penjelmaan yang diciptakan-Nya.
Adapun makhluk lain dan yang bergerak menuju Allah, namun tidak melewati jalan yang telah ditentukan oleh-Nya, maka dia akan tergelincir, terkecuali mereka mendapakan rahmat Allah dan jamal-Nya atau ia akan menuju ke arah murka dan jalalNya. Adapun orang mukmin karena mengikuti manusia dan melangkah di belakang manusia yang sempurna dengan cahaya hidayah dan pelita makrifat serta pasrah kepada manusia sempurna tersebut dan tidak melangkah menurut kehendaknya sendiri dalam perjalanan jiwanya ini –maka jalan orang mukmin ini lurus dan mereka kelak akan dibangkitkan bersama manusia sempurna yang lain,

Syarat mengikuti manusia sempurna adalah dapat menjaga hatinya serta berlindung dari tipu daya setan dan juga membersihkan diri dari sifat egoisme dan memasrahkan sepenuhnya perjalanan jiwanya ini kepada manusia sempurna dan pada maqam khatimiyyah (maqam Rasulullah).