Kenali Tiga Sumber Kesalahan Manusia

Setiap kesalahan pasti ada asalnya dan setiap pelanggaran pasti ada sumbernya. Apabila kita menengok pada ayat-ayat Al-Qur’an, setidaknya kita akan menemukan tiga sumber kesalahan manusia.

1. Melakukan Sesuatu Atas Dasar Keraguan.

Seringkali manusia melangkah atas dasar keraguan. Belum memiliki informasi yang pasti, ia sudah berani menuduh orang. Belum mendapatkan data yang valid, ia sudah berani mengambil keputusan.

Andaikan manusia selalu melangkah berdasarkan keyakinan, maka ia tidak akan terjerumus dalam kesalahan. Bahkan Al-Qur’an seringkali mengingatkan dalam ayat-ayat sucinya seperti ketika berkhitob kepada Nabi Muhammad saw.

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (QS.Al-An’am:116)

Dan dalam ayat lain Allah swt berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS.Al-Isra’:36)

2. Mengikuti Trend Dan Budaya Yang Menyesatkan.

Seringkali manusia mengikuti sesuatu yang dianggap baik atau benar bagi masyarakat di sekitarnya. Atau ia lebih memilih menjalankan sesuatu yang dianggap baik oleh nenek moyangnya. Sementara Al-Qur’an memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini.

Al-Qur’an selalu mengajak manusia untuk menimbang baik buruknya sesuatu dengan akal. Jangan pernah mengikuti pendapat mayoritas atau pendapat leluhur kita bila hal itu tidak sejalan dengan akal.

Apalagi di zaman digital semacam ini. Sebuah trend bisa menyebar dengan sangat cepat dan diikuti oleh banyak orang. Namun Al-Qur’an selalu berpesan agar menyaring semua trend atau budaya itu dengan akal dan ketentuan syariat. Jangan mudah ikut-ikutan untuk hanya dianggap tidak ketinggalan zaman. Bahkan sebaliknya, sesuatu yang nyata baik secara akal seringkali dianggap kolot dan sudah tidak relevan di zaman ini.

Allah swt berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk. (QS.Al-Baqarah:170)

3. Mengikuti Arahan Hawa Nafsu.

Dan sumber kesalahan yang ketiga adalah lebih sering mengikuti arahan dari hawa nafsu daripada mengikuti akalnya. Seseorang tidak akan bisa berpikir jernih ketika ia tidak mampu melawan kehendak hawa nafsunya.

Al-Qur’an menggambarkan bahaya mengikuti hawa nafsu dalam firman-Nya,

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.” (QS.Al-Mu’minun:71)

Berjihad melawan hawa nafsu memang tidak mudah namun ketika akal manusia mampu mengalahkannya, maka ia tidak akan terjerumus dalam kesalahan berulang kali.

Semoga bermanfaat…