Antara Mahkamah Hati dan Mahkamah Tuhan (Bag 1)

Setiap sisi dalam Al-Qur’an memiliki makna, termasuk bergandengnya dua kalimat didalamnya. Seperti dua ayat dibawah ini yang menggandengkan antara sumpah demi hari kiamat dan sumpah demi nafsul lawwamah (jiwa yang menyalahkan).

Allah swt berfirman,

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ – وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Aku bersumpah dengan hari Kiamat. Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).” (QS.Al-Qiyamah:1-2)

Setiap manusia memiliki mahkamah di dalam hatinya. Ketika kita berbuat sesuatu yang buruk atau keji, spontan mahkamah dalam hati ini bergejolak dan menyalahkan diri kita. Muncul kegelisahan dan perasaan bersalah yang mendalam. Disaat itu kita sedang di adili oleh mahkamah hati dan fenomena ini adalah bukti bahwa kelak akan ada mahkamah yang lebih besar di Hari Kiamat.

Apa hubungan antara mahkamah hati dengan mahkamah di Hari Kiamat?

Adanya pengadilan di hati kita adalah salah satu bukti tentang adanya hari pembalasan. Didalam hati yang terdalam terdapat sinyal baik yang mendukung dan memberi kepuasan kepada hatimu disaat engkau berbuat baik. Dan didalam hati yang sama terdapat sinyal peringatan yang keras ketika engkau berbuat keburukan. Ada hujatan, peringatan dan penyesalan yang menghantui disaat langkahmu keluar dari jalan-Nya.

Ketika mahkamah kecil di dalam hatimu telah berjalan, lalu bagaimana mungkin di alam semesta ini tidak memiliki mahkamah yang besar?

Dari sini kita bisa membuktikan adanya hari kebangkitan dengan adanya mahkamah kecil dalam diri kita. Apabila kehidupan ini akan berakhir sia-sia tanpa ada pertanggung jawaban, lalu mengapa ada teguran dalam hati setiap manusia ketika ia berbuat keburukan? Darimana munculnya semua itu? Darimana datangnya penyesalan? Dari mana munculnya angan-angan untuk kembali ke masa lalu demi memperbaiki kesalahan?

Semua ini bermuara dari fitrah di dalam diri manusia. Sebelum kita menghadapi hari perhitungan, kita telah di adili oleh hati kita sendiri.

Perasaan ini adalah peringatan dari Allah swt didalam hati setiap manusia. Setiap kali peringatan ini diabaikan, maka sinyalnya akan semakin meredup dan terus meredup hingga pada saatnya hati telah mati dan tak pernah lagi memberi sinyal peringatan disaat manusia berbuat keburukan.

بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ

“Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus-menerus.” (QS.Al-Qiyamah:5)

Simak bagian kedua tentang persamaan antara Mahkamah Hati dengan Mahkamah Akhirat.

Semoga bermanfaat…