Ummul Mu`minin Aisyah ra: Rasulullah Selalu Sharing kepada Putrinya

Ibnu Shabbagh al-Maliki dalam “Al-Fushul al-Muhimmah” bagian tentang al-Batul, mengungkapkan:

و هي بنت من أنزل عليه “سبحان الذي أسرى..”, ثالثة الشمس و القمر, ينت خير البشر, الطاهرة الميلاد, السيدة بإجماع أهل السداد.

“Ia (Sayidah Fatimah Zahra) adalah putri Nabi saw yang ayat Isra turun kepada beliau; adalah ketiganya matahari dan bulan; putri sebaik-baik manusia; suci kelahirannya; pemuka wanita yang menghimpun para pengikut kebenaran.”

Sayidah Fatimah Zahra lahir delapan tahun sebelum hijrah dan wafat sepeninggal ayahnya saw beberapa bulan kemudian. Sejarah putri Rasulullah ini menyertai sejarah risalah beliau saw.

Alquran mengabadikan keutamaan-keutamaan Ahlulbait Nabi dan Sayidah Fatimah khususnya, dengan ayat-ayat sucinya yang dilantunkan oleh muslimin dalam setiap hari, siang dan malam. Di antaranya di dalam surat al-Kautsar, bahwa ia adalah kebaikan yang melimpah, yang Allah karuniakan kepada Rasul-Nya saw. Sebagaimana diterangkan oleh para mufasir mengenai sebab turunnya bahwa:

1-Kebaikan yang melimpah ini terkait dengan nilai-nilai risalah sebagaimana terkait dengan dzuriyah Rasulullah saw. Dunia pun tahu, bahwa anak keturunan beliau melalui putri agungnya ini berkesinambungan generasi demi generasi dan melimpah.

2-Kala itu ‘Ash bin Wail mengatakan kepada para pemuka Quraisy bahwa Muhammad abtar (terputus keturunannya)! Tidak mempunyai putra yang menempati posisinya.

3-Surat al-Kautsar -yang berarti adalah anak keturunan Rasulullah- turun dalam membantah orang-orang yang mengatakan, tidak ada anak keturunan bagi beliau saw. Namun lihatlah, berapa banyak dari Ahlulbait Nabi saw yang terbunuh (namun mereka tetap eksis)! Dan adakah seorang dari bani Umayah (yang memerangi mereka) hidup di dunia?

 

Kesahihan dan Makna Hadis “Fatimah Badh’atun minni”

Demikianlah satu di antara keutamaan-keutamaan Sayidah Fatimah yang diabadikan Alquran. Di dalam Sunnah pun, banyak hadis Nabi saw yang menerangkan keutamaan-keutamaan Sayidah Fatimah di sisi Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya diriwayatkan (dalam “Kasyful Ghummah” 2/94; dan lainnya) bahwa pada suatu hari Rasulullah saw meraih tangan putrinya seraya bersabda:

من عرف هذه فقد غرفها ومن لم يعرفها فهي فاطمة بنت محمد و هي بضعة مني و هي قلبي الذي بين جنبي فمن اذاها فقد اذاني و من اذاني فقد الله

“Siapa yang telah mengenai (putriku) ini sungguh telah mengenalnya, dan siapa yang belum mengenalnya, ia adalah Fatimah binti Muhammad. Ia adalah belahan diriku; adalah hatiku yang ada di sisiku. Siapa yang menyakitinya menyakiti aku dan siapa yang menyakiti aku menyakiti Allah.”

Riwayat dengan hadis semacamnya disahihkan oleh Dzahabi dalam “Mizan al-I’tidal” 2/491. Banyak sekali referensi dari Ahlussunnah dan Syiah yang menukil hadis yang serupa, di antaranya:

1-Nabi saw bersabda: “Fatimah adalah belahan diriku, siapa yang membuatnya marah telah membuat aku marah.” (Sahih Al-Bukhari 4/210 dan 219/hadis 3510 dan 3556).

2-Beliau saw bersabda kepada Fatimah: “Sesungguhnya Allah murka karena murkamu dan ridha karena ridhamu.”

Mengenai maknanya, Ayatollah Syaikh Wahid Khurasani dalam “Halaqe Washle Risalat wa Emamat” menjelaskan bahwa ridha (senang; rela) dan ghadhab (marah) berasal dari tabiat kehidupan haiwani, tetapi bisa sampai pada level insani apabila akal yang mendasari ridha dan ghadab seseorang. Yang dapat penulis tarik –dalam batas pengetahuan saya- dari penjelasan beliau, ialah bahwa dalam kehidupan manusia biasa, ridha dan ghadhab orang-orang yang saleh tidak selalu karena akal, dan adakalanya –bahkan seringkali- kehidupan mereka bersifat haiwani. Hanya orang-orang suci seperti Sayidah Fatimah yang lah yang senantiasa dalam kehidupan insani ini. Dalam satu kalimat, ialah menjadi manusia sejati.

Dari sisi ini tampak bagian dari keagungan pribadi Sayidah Fatimah. Keagungannya ditunjukkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana diterangkan dalam riwayat dari Ummul mu`minin Aisyah ra, dalam ungkapannya: “Tak kulihat seorang pun yang paling benar langgam bahasanya daripada Fatimah, kecuali (beliau saw) yang telah melahirkan dia. Bila ia datang kepada Rasulullah saw, beliau berdiri memeluknya, menyambutnya (dengan penghormatan), meraih tangannya dan memberikan tempat duduk beliau kepadanya. Nabi saw pun bila datang menemuinya, Fatimah berdiri dari tempat duduknya, memeluk beliau, meraih tangan beliau dan memberikan tempat duduknya kepada beliau.

و كان الرسول دائما يختصها بسره و يرجع اليها في امره

Rasulullah selalu mengkhususkan dia dalam rahasia beliau, dan merujuk kepadanya mengenai urusan beliau.”

 

Referensi:

1-A’lam al-Hidayah (3); Sayidatu Nisa`il ‘alamin Fatimah az-Zahra/al-Majma’ al-‘Alami li Ahlilbait, Qom.

2-Halaqe Washle Risalat wa Emamat/Ayatollah Uzhma Syaikh Wahid Khurasani.