Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Satu Bukti Mukjizat Alquran

1 Pendapat 05.0 / 5

Dalam Alquran, surat terpendek yang hanya memuat tiga ayat (selain basmalah) adalah al-Kautsar. Alquran sebagai mukjizat yang abadi, selalu menantang siapapun yang anti terhadapnya, jika mampu membuat satu surat saja seperti satu di antara 114 suratnya, termasuk yang sependek surat al-Kautsar sekalipun, mereka tidak akan mampu membawakannya.

Mukhatab atau yang diajak bicara dalam surat ini, adalah Rasulullah saw. Selain kepada beliau, ayatnya yang pertama juga mengingatkan kepada seluruh manusia bahwa betapa melimpah karunia yang Allah berikan kepada Rasulullah saw. Perintah ayat berikutnya, agar beliau bersyukur atas karunia itu. Lalu ayat yang terakhir menyinggung tentang orang-orang yang membenci beliau saw.

Masyarakat Arab khususnya, di masa jahiliyah memandang anak laki sedemikian penting. Karena anak laki lah yang bisa diandalkan, melindungi keluarga dan kabilahnya. Nasib buruk bagi mereka jika tidak mempunyai anak laki, yang berarti tidak mempunyai kekuatan. Ibarat di zaman sekarang, negara yang terkuat adalah yang memiliki bom nuklir. Tidak memilikinya, tidak mempunyai kekuatan pertahanan.

Sedangkan anak perempuan di masa itu direndahkan, tidak dipandang sebagai manusia. Yang dilahirkan oleh putri mereka tidak dipandang sebagai anak dia, tetapi adalah anak keluarga suaminya. Tak ubahnya sebagai wadah atau lahan, meski tanaman dan benih tumbuh di lahannya (wanita), bukan urusan si pemilik benih. Mereka pikir, anak yang lahir adalah dari sperma laki yang tertuang dan tumbuh di dalam rahim wanita. Seperti anak yang dititipkan di sekolah asrama, tumbuh, diajari dan diberi makan. Meskipun bertahun-tahun lamanya tinggal dalam demikian itu, pengasuh tidak berhak mengatakan: anak ini milik saya!.

Syair Arab jahiliyah mengatakan: بنونا بنو أبناءنا و بناتنا بنوهن أبناء الرجال الأباعد; Anak-anak laki kami adalah sebatas mereka yang lahir dari anak-anak laki kami. Sedangkan mereka yang lahir dari anak-anak perempuan kami adalah anak-anaknya orang-orang (asing) yang jauh.

Alquran menolak pemikiran itu, bahwa wanita juga mempunyai andil dalam benih. Hal ini dikuatkan oleh ilmu pengetahuan sekarang, bahwa satu sel dari sperma yang masuk, menyatu dengan satu sel di dalam rahim. Selain itu, wanita memiliki andil yang lebih banyak. Karena selama sembilan bulan di dalam rahimnya, dialah yang memberi makanan bagi “gabungan” itu, hingga dia melahirkannya kemudian menyusuinya selama dua tahun. Inilah alasannya bahwa hak ibu atas anak lebih besar dari hak ayah. Mengenai kemudian ayah sebagai walinya adalah alasan lain bahwa dia sebagai kepala keluarga.

 

Siapa yang Abtar?

Rasulullah saw mempunyai sejumlah anak dari Sayidah Khadijah. Yang laki-laki semuanya wafat, sedangkan yang perempuan hidup terutama putri bungsu beliau, Sayidah Fatimah. Musuh-musuh beliau merasa senang bahwa Muhammad (saw) terputus keturunannya karena tidak mempunyai anak laki, sehingga sepeninggal dia tiada seorang pun yang menjaga nama dan agamanya. Kata mereka, dia abtar (yang terputus keturunannya)! Lalu, terhadap apa yang mereka pikir itu, diwahyukan kepada Rasulullah saw:

إِنَّا أَعْطَيْناكَ الْكَوْثَرَ; “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kebaikan yang melimpah.”

Syahid Mutahari –dalam kitabnya, “Asynai ba Qur`an” (14)- menjelaskan bahwa al-kautsar yang dimaksud dalam ayat ini adalah sumber kebaikan yang melimpah. Sumber itu sendiri juga adalah kebaikan yang melimpah. Adalah mataair kebaikan yang senantiasa melimpah tanpa pernah terputus. Allah swt mengkaruniakannya kepada Rasulullah saw. Apa yang dimaksud sumber yang melimpah itu?

Satu di antara tiga pendapat yang Syahid Mutahari sampaikan, mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dzuriyah yang banyak. Pada hakikatnya, yakni adalah Sayidah Fatimah Zahra, yang Allah karuniakan kepada Rasulullah saw. Dari putri beliau inilah dzuriyah Rasul, dan di antara mereka adalah para imam suci.

Lalu ayat yang terakhir menyatakan: إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ; “ Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (keturunannya)”. Sejarah membuktikan kemukjizatan Alquran ini, bahwa orang yang menyebut Rasulullah saw abtar (yang terputus keturunannya) justru dia lah yang abtar. Dia adalah ‘Ash bin Wail as-Sahmi, ayahnya ‘Amr bin ‘Ash. Ketika melontarkan perkataan itu, dia mempunyai beberapa anak laki. Akan tetapi tak sampai satu abad atau dua-tiga generasi, anak keturunan dia terputus, tanpa tersisa seorang pun darinya.

 

Referensi:

Asyanai ba Qur`an (14)/Syahid Mutahari