Imam Hadi as: Dunia Bukan Akhir Kehidupan!(1)

Hari ini adalah hari ketiga Rajab. Pada hari itu tanah membentangkan tangannya untuk merengkuh kembali manusia suci dari keuturunan keluarga Nabi Saw dan menjanjikannya kehidupan yang lebih baik di luar dunia ini, bersama dengan para wali dan nabi. Kami menyampaikan bela sungkawa atas syahadah Imam Ali an-Naqi as kepada kaum Syiah dunia.

Imam Hadi as setelah syahadah ayahnya, diangkat menjadi Imam pada tahun 220 H serta memimpin dan membimbing umat selama 33 tahun. Beliau tinggal selama 13 tahun di Madinah dan setelah itu atas perintah penguasa Bani Abbasiah yaitu Mutawakkil, Imam Hadi as terpaksa dibawa ke Baghdad dan selama 20 tahun tinggal di sana, sehingga beliau di racun dan gugur syahid di kota Samarra.

Selama itu pula terkadang beliau disiksa di penjara dan terkadang dimasukkan di penjara biasa dan di waktu lain, beliau dibebaskan tetapi berada di bawah pengawasan ketat. Akhirnya, beliau hidup selama dua puluh tahun dalam kesengsaraan dan penindasan Bani Abbasiah. Imam kesepuluh Syiah yang dikenal dengan Imam Hadi as yang berarti petunjuk berperan besar dalam memberi petunjuk umat Islam agar Muslimin tetap terjaga dari penyimpangan, sekaligus mempertahankan dan menjaga prinsi-prinsip kebenaran Islam dari distorsi.

Salah satu pilar dasar imamah adalah pengetahuan Imam, dimana berdasarkan itu umat manusia dibebaskan dari tungku kehancuran. Karakter ilmiah Imam Hadi as dibentuk dari masa kecilnya dan sebelum mencapai keimamahan. Debat ilmiah, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang meragukan agama dan pelatihan murid-murid terkemuka adalah contoh paling menonjol dari ketinggian ilmu Imam Hadi as.

Sejak masih kecil, beliau telah memecahkan masalah fiqih yang kompleks, dimana banyak orang lebih tua dan ulama sedang berjuang untuk memecahkannya. Musuh yang berpikiran sederhana beranggapan dalam mengalahkan reputasi keilmuan beliau dengan mempersiapkan debat ilmiah, tapi yang terjadi hanya rasa malu yang diterima.

Pribadi Imam Hadi as secara inheren memiliki daya tarik sosial dan pengaruh politik yang besar dan dengan memanfaatkan karakteristik ini, beliau dapat tegar menghadapi penguasa zalim dengan kekuatan. Beliau berhasil membimbing masyarakat muslim dan menarik hati mereka. Imam kesepuluh Syiah sedunia, Imam Ali al-Hadi as mengambil kendali atas kepemimpinan dan Imamah umat ketika tekanan dan penindasan sangat luas.

Imam Hadi as juga tidak memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan budaya pada tingkat yang lebih luas, tetapi dalam kondisi yang tidak menguntungkan, selain menjawab kerancuan akidah, beliau juga punya kegiatan menerangkan masalah hadis dan fiqih serta mendidik murid-murid terpercaya. Sejumlah jawaban dan masalah fiqih beliau pada kesempatan yang ada menjadi bukti ketinggian ilmunya. Oleh karena itu, murid-murid terkenal Imam Hadi as seperti Ayyub bin Nuh, Utsman bin Said al-ahwazi dan Abdul Azhim Hassani (yang dimakamkan di kota Rey), sebagian dari mereka memiliki karya-karya ilmiah dan fiqih.

Keagungan karakter Imam Hadi as memaksa musuh dan teman mengakui dan menghormati beliau. Sebagian dari pengakuan ini berdasarkan pada kepribadian Imam itu, secara moral dan sebagian karena dimensi ilmiahnya adalah hasil dari keramat yang muncul dari dirinya. Sekaitan dengan hal ini, "Ibnu Shahr Ashoub" menulis, "Imam Hadi as adalah orang yang paling berakhlak dan jujur. Orang yang melihatnya dari dekat akan menyebutnya orang yang paling ramah dan bila mendengar apa yang diceritakan tentang beliau dari jauh, maka akan mendengarkan sifat manusia sempurna. Setiap kali Anda diam di depannya, kewibawaan dan kemuliaannya akan menarik Anda dan setiap kali Anda berbicara, kebesaran dan kemurahan hatinya terungkap kepada Anda. Beliau adalah keturunan dari Risalah dan Imamah dan pewaris kekhalifahan bak pohon penuh berkah risalah..."

Bersambung ...

klik disisni untuk membaca artikel selanjutnya