Imam Hadi as: Dunia Bukan Akhir Kehidupan!(2)

untuk membaca artikel sebelumnya klik disini

 

Ibn Sabbagh al-Maliki, dalam buku "al-Fushul al-Muhimmah fi Ma'rifat al-Aimmah" mengatakan, "Imam Hadi as adalah manusia yang telah memenuhi bumi dan langit dengan kebajikannya dan aku tidak bisa mengatakan dengan pena dan penjelasanku hanya sebagian sisi dari keutamaan beliau. Meskipun harta diserahkan ke rumah Imam, tetapi beliau membagikan harta itu di antara orang miskin dan hidup dengan anyaman dan agar tidak dapat menjalani hidupnya sendiri, beliau memiliki sebuah peternakan di Samarra dan terkadang beliau bekerja di sana." Perawi mengatakan, "Saya melihat bahwa Imam Hadi sedang sibuk bekerja di sana dan keringat mengalir ke kakinya. Saya berkata, "Di mana teman-teman Anda? Biarkan mereka melakukannya." Imam as berkata, "Tidak, ada orang yang lebih baik dari saya dan hidup dari hasil kerjanya sendiri. Kakek saya Rasulullah Saw, Ali bin Abi Thalib dan ayah saya."

Salah satu ajaran penting dan kunci dari pernyataan Imam Hadi as yang mencerahkan adalah perhatian yang diberikan kepada dunia fana dan perannya dalam mempromosikan kebahagiaan manusia. Imam Hadi as memperkenalkan dunia sebagai pasar di mana kelompok mendapat manfaat darinya dan kelompok lainnya merugi. Di mata Imam, yang tercela adalah keterikatan akan dunia dan cinta dunia, bukan dunia itu sendiri, tetapi karena manusia mencari keuntungan di pasar akan terikat pada dunia. Keterikatan pada kesenangan duniawi ini adalah sumber kesalahan manusia dan penderitaannya karena melakukan dosa. Penderitaan ini dalam materi yan fana dan keinginan duniawi, menghancurkan manusia dan menjadi sarana bagi kejatuhan dan kemerosotannya. Keuntungan dan kerugian pasar dunia bergantung pada banyak faktor dan keadaan.

Sebagian orang melihat dunia sebagai tempat peralihan dan mencoba membangun cadangan untuk akhirat di dunia. Mereka adalah orang yang di pasar dunia menempatkan metode Nabi Saw dan Ahlul Bait as yang melangkah di jalur penghambaan diri kepada Allah dan berusaha keras di jalan kebenaran dan keadilan. Orang-orang seperti ini akan sampai pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Tetapi mereka yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang permanen dan stabil, adalah tawanan hawa nafsu dan mengikuti setan serta dunia sebagai tujuannya. Mereka menjadi mainan dunia yang berkilau dan dosa yang mereka lakukan membuat mereka merugi dan akhirnya mereka mendapat azab ilahi di akhirat.

Dalam hadis lain, Imam Hadi as mengatakan, "Allah telah menempatkan dunia sebagai tempat ujian dan akhirat sebagai rumah terakhir dan konsekuensi dunia. Ujian dan peristiwa dunia akan mendapat pahala di akhirat, sebaliknya pahala di akhirat sebagai ganti ujian di dunia."

Dalam hadits ini, dunia adalah laboratorium tempat manusia diuji. Laboratorium tidak pernah merupakan akhir dan akhir dari pekerjaan ini. Ujian adalah untuk kesempurnaan dan mendekati mendekati Allah Swt. Dalam ujian, seorang mampu memiliki pemikiran, usaha, kemauan dan kerja ganda, dan dari hari ke hari, kontribusinya terhadap pertumbuhan dan kesempurnaan masyarakat meningkat. Meskipun ganjaran dan pahala penuh dari urusan duniawi dan cobaan akan diberikan kepada umat manusia di akhirat, dunia akan berada di tengah-tengah pencobaan tanpa akhir dari manusia dalam mobilitas, dinamika dan pertumbuhan yang konstan. Menurut pandangan dunia Islam, dunia yang abadi akan datang dan sebagai kelanjutan ke dunia ini, sementara kebahagiaan dan kecelakaan manusia di akhirat adalah produk dari cobaan dan eksperimen baik dan buruknya di dunia ini.

Dalam pandangan dunia ilahi, Allah bersifat adil dan tentu saja dampak dari ujian yang membuat manusia berhasil dan melangkah di jalan yang lurus melewati segala kesulitan akan mendapat pahala dan hikmat ilahi yang tidak berakhir di akhirat. Dalam logika Imam, tidak ada kesusahan dan bencana duniawi yang sia-sia. Di mana manusia diuji dengan ketidakbahagiaan dan tragedi lalu tetap berada di jalur keadilan yang benar, itu akan menjadi hasil dari pertumbuhan dan kesempurnaan manusia dan hadiah di masa depan. Oleh karena itu, Imam Hadi as adalah cara terbaik bagi mereka yang hidup merasakan kegagalan untuk mempertimbangkan keputusan yang tepat untuk memperbaiki kembali dirinya. Imam Hadi as mengatakan, "Alih-alih menyesal dan berduka atas kegagalan masa lalu, tutupi itu dengan mengambil keputusan dan tekad yang kuat."