Tanda Cinta Qanbar kepada Tuannya

Kelahiran tiga manusia agung dalam Islam pada awal pekan Sya’ban; yang pertama adalah Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, lahir pada 3 Sya’ban tahun keempat hijrah. Yang kedua adalah adiknya (saudara seayah), Abul Fadhl al-‘Abbas bin Ali bin Abi Thalib, lahir pada 4 Sya’ban tahun 16 hijriyah. Yang ketiga adalah putranya, Imam Ali bin Husein Zainul Abidin, lahir pada 5 Sya’ban pada tahun 36 H.

Kesamaan historis di antara mereka, selain lahir di Madinah pada awal pekan bulan yang sama dan mereka adalah putra-putra Ali bin Abi Thalib, pasca kematian Muawiyah, mereka pun pergi bersama dalam satu kafilah meninggalkan kota Nabi saw. Karena Imam Husein menolak baiat kepada Yazid bin Muawiyah yang memberinya pilihan; baiat atau mati! Hingga perjalanan mereka sampai di Karbala, Irak, Imam Husein dan para putra Abu Thalib serta para sahabat yang setia membelanya mencapai kesyahidan, dibunuh, dan -para wanita syuhada dalam satu kafilah Husaini di dalamnya adalah Sayidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib, Imam Ali Sajjad dan putri-putri ‘Alawi- ditawan, oleh pasukan Ibnu Ziyad atas perintah Yazid.

Mengenai kelahiran Imam Husein, ketika Sayidah Fatimah melahirkan putranya yang mulia ini, Rasulullah saw bergegas datang ke rumah Sayidina Ali. Beliau berkata kepada Asma bin ‘Umais: “Hai Asma`, bawalah putraku kemari!”. Maka Asma` membawa al-Husain yang telah dibedong kain putih kepada beliau. Nabi saw langsung menyambut cucunya ini dengan sukacita dan menggendongnya. Lalu beliau mengazaninya di telinga kanannya dan mengiqamatinya di telinga kirinya.

Setelah itu beliau memangkunya, dan menangis. “Mengapa Anda tiba-tiba menangis?”, tanya Asma heran.

Beliau saw menjawab, “Putraku ini… Sepeninggalku nanti akan dibunuh oleh kelompok lalim. Mereka itu tidak akan mendapat syafaatku.” (‘Ilam al-Wara bi A’lam al-Huda, 1/427). Lalu Rasulullah saw menoleh kepada Sayidina Ali dan berkata, “Namai dia Husain.”

Tujuh hari kemudian, beliau datang lagi untuk mengaqiqahi putra Fatimah Zahra ini, dengan menyembelih seekor domba, dan oleh beliau agar memotong rambut al-Husain, lalu bersedekah perak seberat rambutnya, sebagaimana agar mengkhitannya.

Suka dan Duka Imam Ali dengan Kelahiran Al-Abbas  

Mengenai Abul Fadhal al-‘Abbas, dalam sebuah riwayat diceritakan oleh Qanbar pelayan Imam Ali -secara ringkas- berikut ini:

Suatu hari kami bersama Imam di dalam Masjid Nabi saw. Saat beliau sedang memberi nasihat tentang akhirat, seorang Arab badui datang, mengucapkan salam, mencium tangan Imam dan duduk di hadapannya. Beliau bertanya, “Ada keperluan apa hai saudara Arab?”

“Anda lebih mengetahuinya wahai Amirul mu`minin” , jawabnya.

Ketika itu, Imam menoleh kepada Qanbar dan menyuruhnya pergi ke rumah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Sayidah Zainab, agar mengambil sebuah kantong di satu tempat. Sampai di sana, Fidhah pelayan rumah Imam membukakan pintu, lalu disampaikanlah pesan beliau kepadanya. Di tengah Qanbar menunggu di depan pintu, ia mendengar suara yang menggembirakan dari dalam rumah.

Fidhah berkata, “Telah lahir bagi Amirul mu`minin seorang putra yang tampan bagai rembulan.., dari (isteri beliau) Ummul Banin Fatimah binti Hizam al-Kilabiyah.., dan Sayidah Zainab berpesan, agar kamu sampaikan kabar gembira ini kepada Amirul mu`minin”

Qanbar sangat gembira dan mengucapkan selamat kepada Fidhah atas kabar yang amat menyenangkan ini. Pastilah Qanbar akan menyampaikan itu kepada Imam. Tanpa mengulur waktu Qanbar segera kembali dengan membawa pesanan beliau. Setelah Imam memenuhi hajat orang Arab badui tadi, beliau langsung menoleh kepadaku dan berkata, “Ada gerangan apakah hai Qanbar? Aku melihat tanda jelas kegembiraan di wajahmu!”

“Benar tuanku”, jawab Qanbar penuh semangat. “Aku membawa kabar gembira untuk Anda!”

“Apakah itu wahai Qanbar?”, tanya beliau. “Semoga Allah menggembirakanmu dengan surga bagimu!”

Setelah Qanbar menyampaikannya berikut pesan dari Sayidah Zainab, yaitu agar memberi nama, gelar dan julukan bagi putranya yang baru lahir. Imam senang sekali mendengarnya. Dengan wajah berseri-seri, beliau berterima kasih kepada Qanbar atas kabar gembira yang dia sampaikan ini. Lalu berkata, “Hai Qanbar, putra yang lahir ini memiliki kedudukan yang agung di sisi Allah. Nama dan kuniah serta gelar dia banyak.. Ayo kita berangkat ke rumah, wahai Qanbar, untuk melaksanakan apa yang disunnahkan Rasulullah saw bagi putraku yang lahir ini”

Sampai di rumah dan setelah melaksanakan sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw ketika al-Hasan dan al-Husain lahir, Imam memandangi putranya yang dari Ummul Banin ini, lama. Teringat apa yang telah dikabarkan Rasulullah saw kepadanya dari sisi Allah swt melalui Jibril as, mengenai bagaimana kesyahidan putra kebanggaannya ini dalam membela imamnya, al-Husain, di Karbala. Beliau pun menangis..”.

 

Referensi:

1-A’lam al-Hidayah (5) & (6) / al-Ma’ma’ al-‘Alami li Ahlilbait, Qom.

2-Al-Khashaish Al-‘Abbasiyah/ Ayatullah M.Ibrahim an-Kulbasi an-Najafi.