Kisah Seorang Menantu yang Ingin Membunuh Mertuanya

Seorang gadis baru saja menikah dengan lelaki pujaannya. Ia mulai menjalani kehidupan baru dirumah suami bersama ibu mertuanya.
Tak lama berselang, ia mulai tidak mampu menghadapi mertuanya. Tidak ada hari tanpa teriakan, kemarahan dan perdebatan.
Sang suami menjadi bingung dan sedih menghadapi keadaan ini. Ia sulit untuk bersikap antara menghadapi istri atau ibunya sendiri.
Semakin hari kondisi semakin runyam. Sang menantu tidak menemukan solusi dari suaminya, pertikaian antara mertua dan menantu ini semakin memanas.
Akhirnya wanita itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia pergi kepada temannya yang seorang apoteker untuk meminta racun agar mertuanya segera berangkat menuju kematian.
Sang apoteker mendengar curhatan wanita ini dengan seksama. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya dan membawa satu potong ayam yang telah dilumuri racun. Ia pun berpesan,
“Ayam ini telah aku lumuri racun. Tapi hasilnya tidak langsung terlihat. Racun ini akan bekerja perlahan-lahan dan membutuhkan waktu sehingga engkau tidak dicurigai sebagai pembunuh mertuamu.”
Kemudian ia melanjutkan, “Ingat, kau harus berhati-hati dalam hal ini. Selama proses racun itu bekerja kau harus sering memberi mertuamu makanan-makanan yang lezat. Perlakukan ia seperti ibumu agar tidak seorang pun yang mencurigaimu ketika racun itu telah membuatnya mati.”
Wanita itu mendengar dengan seksama pesan dari temannya itu. Ia segera pulang dan menyuguhkan makanan beracun itu kepada mertuanya. Hari terus berlalu dan ia melayani mertua dengan pelayanan yang terbaik sepertia ia melayani ibunya sendiri. Semua itu ia lakukan agar tak seorang pun yang mencurigainya.
Setelah berjalan selama beberapa bulan, suasana rumah itu menjadi hangat dan penuh cinta. Mertua yang galak itu kini sangat menyayangi menantunya. Sang suami pun begitu senang luar biasa.
Ketika semuanya menjadi indah, ia kembali kepada temannya itu. Tapi kali ini ia malah memohon untuk diberi penawar racun agar mertuanya tidak mati. Karena semua kini telah berubah menjadi jauh lebih baik.
Apoteker itu tersenyum dan berkata,
“Adikku, aku sama sekali tak memberi racun di makanan itu. Aku hanya melumurinya dengan air.”
Wanita itu terkejut dengan penjelasan temannya itu.
Sang apoteker melanjutkan, “Racun itu sebenarnya ada di otakmu. Dan Alhamdulillah kini engkau telah membuangnya.”
Kisah ini memberi pelajaran yang sangat berharga bagi kita bahwa seringkali rumitnya yang kita alami disebabkan oleh pola pikir kita yang selalu negatif. Keburukan seseorang tak akan berubah apabila kita membalasnya dengan keburukan pula. Tapi hati yang keras bisa menjadi luluh dengan kebaikan yang terus menerus.
Dalam kisah ini kesalah pahaman bisa bermula dari kedua pihak, dari sikap mertua ataupun sikap istri. Dari pola pikir mertua terhadap menantunya, atau juga bisa dari prasangka menantu kepada mertuanya.
Karenanya Al-Qur’an selalu berpesan untuk membalas sikap buruk dengan sikap yang lebih baik. Allah swt berfirman,
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS.Fushilat:34)
Semoga bermanfaat….