Sabar dalam Meninggalkan Maksiat Adalah Amalan Terbaik dibulan Ramadan

Sabar adalah suatu pengorbanan sesuatu yang kita sukai, yang hormati, yang berharga demi menggapai suatu hal tanpa disertai keluh kesah dan tetap dalam kondisi tegar.
Ada yang menyebutkan bahwa sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sabar juga sering dikaitkan dengan tingkah laku positif yang ditonjolkan oleh individu atau seseorang.
Dalam sebuah pernyataan pendek, dikatakan bahwa sabar itu “…seperti namanya, adalah sesuatu yang pahit dirasakan, tetapi hasilnya lebih manis daripada madu.”
Sabar ada tiga bentuk:
    Sabar dalam menghadapi musibah
    Sabar dalam menjalankan ketaatan
    Sabar dalam menjauhi maksiat

Sabar dalam menghadapi musibah yakni sabar dalam menghadapi cobaan hidup, berbagai musibah yang ada, tetap tegar dan percaya ada hikmah kebaikan dibalik itu semua.
Sabar dalam menjalankan ketaatan yakni sabar ketika menjalankan amalan yang diperintahkan Allah Swt.
Sabar dalam menjauhi maksiat yakni bersabar dalam menjauhi berbagai larangan yang diberikan Allah Swt.
Sabar dihadapan musibah pahalanya lebih besar dibanding sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhkan diri dari dosa pahalanya lebih tinggi dibanding kesabaran dalam ketaatan. Jadi orang yang mampu bersabar dalam meninggalkan perbuatan dosa memiliki derajat paling tinggi dibanding jenis sabar lainnya.
Bersabar dalam menjauhi maksiat tentu tidak sederhana. Sabar dalam hal ini lebih berat dan lebih sulit dibanding sabar yang lain.
Dalam Quran disebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar.
Ali bin Abi thalib pernah bertanya kepada Nabi Saw, Amalan apa yang paling utama dibulan ini (Ramadan)? Beliau menjawab amalan itu adalah bersabar dalam meninggalkan maksiat.
Kita tahu bahwa bulan Ramadan adalah bulan istimewa, bulan ini semua amal baik seperti sadaqah, shalat, baca Quran, silaturahmi, mendapat ganjaran yang berlipat ganda, jauh lebih besar dibanding dihari-hari biasa. Nah disini Ali bin Abi Thalib bertanya diantara semua amalan baik pada bulan sangat baik ini mana amalan yang paling utama? Jawabannya adalah perbuatan seorang hamba yang berusaha keras dan penuh kesabaran dalam menjauhi maksiat.
Dalam contoh lain, dalam haji ke baitullah al haram di Mekah, jika para jamaah haji tidak memiliki tiga ciri-ciri ini maka Allah tidak akan memperhatikan mereka:
1. Meninggalkan dosa.
2. Hilm yakni kesabaran untuk tidak marah.
3. Akhlak mulia yang dengannya dia bisa hidup bersinergi dengan masyarakat.
Disini kesabaran untuk meninggalkan dosa juga menjadi salah satu sarat sehingga haji dan umrah seseorang diperhatikan Allah Swt.
Siapa saja yang melakukan Haji ke Mekah dia akan mendapat cahaya haji selama dia bisa bersabar untuk tidak berbuat dosa. Meninggalkan perbuatan dosa.
Disini dapat dipahami juga bahwa ketika melakukan ibadah haji, tapi masih  merugikan orang lain, masih berbuat dosa, tidak bisa menahan diri dari marah. Haji itu kehilangan nyawanya, kehilangan inti yang bisa memberikan efek positif ketika pulang dari pelaksanaan ibadah haji selama beberapa hari.
Ketika puasa pun tidak jauh berbeda, jika berpuasa namun kita belum bisa bersabar dan menahan diri dari berbuat dosa puasa yang dijalankan akan kehilangan nyawa, efek yang seharusnya ada tidak akan muncul pada ruhani kita.
Pertanyaan Ali bin Abi Thalib adalah kunci isyarat bagi kita semua, bukan karena beliau tidak tahu tapi sedang mengajari kita, betapa besar dan bernilainya meninggalkan perbuatan dosa khususnya pada saat berpuasa.
Jangan sampai ada yang berpikir berbuat dosa saat berpuasa hanya membuat kita kehilangan pahala dari puasa, tapi perlu digaris bawahi bahwa inti dari amalan ibadah puasa adalah meninggalkan perbuatan dosa. Dengan meninggalkan dosa kita akan berhak untuk mendapatkan hadiah hari raya, berhak untuk ikut bergembira karena sebulan penuh sudah meinggalkan semua perbuatan dosa, dan itu akan menjadi kebiasaan diri, dan akan diteruskan pada bulan-bulan lainnya. Meninggalkan dosa menjadi salah satu karakter yang terbentuk selepas puasa usai.
Mengapa bersabar dalam menjauhi perbuatan dosa itu sulit
Kondisi kita yang memiliki musuh dari luar maupun  musuh dari dalam yang setiap membisiki kita, menggiring kita kepada berbagai perbuatan maksiat membuat pekerjaan kita dalam menjauhi masksiat semakin sulit. Ada hawa nafsu hewani ada juga setan yang telah berjanji untuk menguji ketaan manusia sepanjang hayat mereka.
Dalam Quran kita dapati bahwa setan disebut sebagai musuh yang nyata, musuh nyata yang menyesatkan dan ada beberapa ayat lain seputar itu yang menjelaskan bahaya dari musuh ini. Inilah mengapa meninggalkan perbuatan dosa bukan suatu hal yang mudah.
Memang hal yang tidak mudah namun dengan ketekunan dan latihan, melakukan sedikiti demi sedikit, dengan kegigihan sembari meminta pertolongan Allah Swt insyaAllah hal itu menjadi terasa ringan untuk dilakukan.