Bulan Ramadhan Waktu Tepat untuk Melatih Niat Ksatria

Ada macam-macam hijrah
Salah satunya adalah hijrah akhlak, yakni dari akhlak yang buruk menuju akhlak mulia, dari perbuatan buruk, dari lingkungan buruk, dari lingkungan tidak produktif, dari lingkungan pasif. Awalnya buku yang kita baca tidak baik, teman yang kita datangi teman yang memberi efek negatif ke kita, lalu kita tinggalkan dan mencari pengganti yang lebih baik, ini juga disebut hijrah dari keburukan. Perpindahan demi memiliki akhlak yang lebih baik.
Pada dasarnya setiap orang pada umumnya terjebak pada satu keburukan. Disini orang itu ketika ingin hijrah dia harus merubah arah hatinya dengan penuh perjuangan. Perlu melakukan pengorbanan sesuatu yang sebelumnya sangat dia hargai. Sesuatu yang sangat mengikat hidupnya.
Ada juga yang jatuh cinta pada seseorang, cinta ini adalah cinta yang tidak pas, cinta yang akhirnya membawa kepada dosa. Cinta atas dasar hawa nafsu belaka. Ketika ingin lepas dari cinta ini tetap saja butuh perjuangan berdarah-darah, bisa jadi cinta atas dasar hawa nafsu ini sudah cukup alot dan mendarah daging.
Kadang Luasnya Hati Manusia tidak sepadan dengan isi yang dimasukkan padanya
Hati manusia sangat luas namun beberapa mengisi ambisi hati dengan hal-hal yang mentah, dia ingin memiliki mobil dengan kecepatan sekian per jam, ingin memiliki ponsel dengan kualifikasi demikian, ingin memiliki rumah lengkap dengan kebun sayur dan buah-buahan, dan masih banyak lagi keinginan hati selain keinginan untuk mengisinya dengan cinta kepada Allah Swt.
Awalnya memiliki akhlak buruk jadi berperangai baik, awalnya mengkonsumsi miras dan narkotik jadi tidak. Perubahan ini juga bukan hal yang mudah, butuh proses.
Ketika kita menjalankan ibadah haji, kita untuk beberapa hari atau tepatnya dalam beberapa jam dilarang melakukan beberapa perbuatan yang mana perbuatan itu jika tidak kondisi ikhram boleh kita lakukan. Hasilnya banyak yang berhasil melewati ini, karena mereka benar-benar meniatkan hati, menggunakan jiwa ksatria dalam menjalankan niatnya.
Disebutkan bahwa hijrah terbaik adalah hijrah dari apa-apa baik ucapan atau tindakan yang tidak disukai Allah Swt.
Ali bin Abi Thalib berkata bahwa muhajirin yang hakiki adalah mereka yang meninggalkan prilaku-prilaku buruk.
Hasil akan didapat jika manusia menunjukkan niatan hati dengan semangat ksatria
Disinii manusia ditantang untuk berjiwa kesatria, mengambil keputusan besar yang pasti sangat berpengaruh bagi kehidupan dunia akhiratnya. Kita semua adalah keturunan Nabi Adam as, kita tahu beliau keluar dari taman surga karena melakukan sesuatu yang tidak disukai Allah Swt. Ketika kita telisik dalam hal ini Nabi Adam sebenarnya hanya karena tidak berniat lalu menjalankan niat itu. Niat untuk tidak memakan apa yang tidak disukai Allah Swt tersebut.
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَىٰ آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا[1]
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
Anak-anak muda kita juga banyak yang seperti itu, ketika dilarang merokok, dilarang melihat film yang jelek mereka menjawab “Saya tidak bisa”, sebenarnya disini bukan masalah bisa dan tidak bisa, tapi para pemuda itu tidak berniat untuk melakukannya, belum bersikap ksatria dalam menjalankan niatan hatinya.
Begitu juga masalah melihat yang haram, ini juga tergantung pada niat ksatria. Semua ucapan saya tidak bisa, saya tidak mampu, itu adalah kebohongan, coba lakukan dengan menguranginya sedikit demi sedikit. Berubah tidak serta merta, kalau serta merta bisa jadi akan mental bahkan akan lebih buruk lagi amalnya, namun jika dilakukan sedikit demi sedikit maka hasilnya akan lebih istiqamah, lebih kuat.
Ketiadaan Hijrah dan pengaruhnya
Orang yang tidak mau hijrah dari keburukan yang mengikat hatinya sering kali juga melibatkan orang-orang disekitarnya. Keterlibatan yang dipaksakan. Dalam satu kerumunan ada beberapa orang yang tidak merokok, karena dia tidak mau hijrah meninggalkan rokok, orang yang tidak merokok terpaksa harus ikut menghisap asap yang mengepul dari batang rokoknya. Anak dan istri yang tidak merokok harus juga menanggung hidangan asap dirumah mungil mereka.
Beberapa pimpinan dengan keterikatan hati pada keburukan hati mereka memberi keputusan sesuka hati mereka. Melarang anak dengan umur tertentu untuk ujian SD, padahal tidak sedikit anak yang belum berusia 12 tahun sudah mampu untuk mengikuti ujian SD, anak muda berumur 20 tahun dilarang menikah alasannya karena dia belum selesai kuliah dan belum bekerja. Hari minggu harus libur, hari ini harus begini, semua harus seragam, semua harus begini dan begitu tanpa menimbang kepentingan berbagai pihak positif dan negatifnya.
Pintu perkembangan, pintu kreativitas, pintu produktifitas, pintu silaturahmi, dan banyak pintu bisa terkunci hanya karena seorang pemimpin daerah atau apalagi pemimpin pusat yang tidak bisa hijrah dari keburukan pribadinya.
Ketiadaan hijrah bisa berdampak pada diri sendiri khususnya dan orang-orang sekitar serta lingkungan sekitar. Baik dalam kehidupan di Dunia maupun dalam kehidupan diakhirat.
CATATAN:
[1] Surat Thaha: 115