Ifrath dan Tafrith Penyebab Muncul Kelompok Anti Toleransi

Dampak jika manusia bertindak ifrath atau tafrith
Kelompok intoleran adalah kelompok yang tertipu konsep ifrath atau tafrith. Mereka berlebih-lebihan dalam menjalankan agama atau pemikiran yang dianut, sehingga tidak memiliki toleransi kepada penganut dan pemeluk agama maupun keyakinan yang berbeda. Penilaian bahwa hanya mereka saja yang benar, hanya mereka saja yang ahli surga, menilai bahwa pahaman lain adalah sesat dan ahli neraka membuat sebagian orang sewenang-wenang kepada orang yang berbeda pandangan. selalu menaruh curiga kepada pihak lain. Idiologi yang kuat dalam menentang bahkan melawan. Kelompok teroris sangat mungkin tumbuh dari ide pemikiran ini. Karena ingin masuk surga dengan instan mereka melakukan aksi-aksi bunuh diri ke tempat-tempat ibadah. Menyangka bahwa jika mereka mati pada saat melakukan aksi pembunuhan masal orang tidak bersalah ini akan mendapat surga, disambut oleh bidadari-bidadari.
Mereka mengira sedang berbuat baik untuk islam, sedang melakukan dakwah, sementara pihak non muslim, ateis, humanis, dan berbagai pihak lain menilai bahwa tindakan itu adalah tindakan pandir, tindakan yang menggambarkan agama Islam sebagai agama sangar, agama marah, agama yang berisi sadisme dan kekerasan.
Bukan menjadikan non muslim menjadi ingin masuk Islam sebaliknya tindakan bom bunuh diri malah menjauhkan umat manusia dari Islam, islam phobia menjamur akibatnya. Islam menjadi agama yang dibenci dan dicaci.
Jadi Islam yang dipahami dan dijalankan secara Ifrath maupun tafrith hasilnya akan merugikan nama Islam sendiri.
Indonesia, toleransi, ifrath dan tafrith
Indonesia adalah negara yang berlandaskan kepada asas yang bertentangan dengan ifrath maupun tafrith.
Sila pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah dua sila yang mendukung konsep anti ifrat maupun tafrith, konsep yang berbuah pada sikap toleran dan saling menghargai dan menghormati. dua sila yang menjadi penyokong terwujudnya sila ketiga persatuan Indonesia. Siapa saja yang ingin menjadi warga Indonesia maka dia punya hak dan kewajiban untuk bertoleransi. Toleransi adalah harga mati. Sebuah kekayaan bangsa besar Indonesia yang membuat berbagai Negara berharap kalau saja hal ini dimiliki mereka. Berbagai Negara ingin belajar dari Pancasila dan Bhineka tunggal ika.
لَكُمْ دينُكُمْ وَ لِيَ دينِ
Lakum dinukum waliyadin
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku[1]
Ayat yang berbunyi bagimu agamamu bagiku agamaku adalah ayat yang mendukung agar kita berlaku seimbang, tidak bertindak ifrath dan tafrith dalam bersikap kepada pemeluk agama atau pemikiran yang berbeda. Ayat yang seharusnya tidak menjadi justis bahwa hanya agama kita saja yang benar. Ayat ini menjelaskan bahwa perbedaan pandangan dan pemikiran adalah hal yang wajar, pandangan yang berpengaruh pada prilaku hidup sehari-hari. Idiologi yang berpengaruh dalam kehidupan pribadi dan sosial secara menyeluruh.
Lakumdinukum bukan berarti kita disuruh mengkafir-kafirkan dalam artian mengejek dan merendahkan aqidah dan landasan agama, madzhab atau kepercayaan orang lain.
Lakukdinukum, adalah gambaran bahwa masing-masing orang secara merdeka dalam memilih idiologi pandangan hidupnya. Secara merdeka dalam menjalankan agama dan kepercayaanya, dan ini secara jelas dicantumkan dalam undang-undang kita untuk saling menghormati kepercayaan masing-masing. Sebuah kekayaan bangsa yang tida tara.
Jadi Indonesia adalah bangsa yang sebenarnya dibangun dari landasan kuat yang menegasi konsep ifrath dan tafrith.
Lakumdinukum, bukan berarti kita berbuat musyrik karena sudah ikut serta meyakini tuhan atau sembahan yang disembah orang orang yang memiliki keyakinan yang berbeda, tapi kita melihat secara lebih dewasa lebih melihat dari sisi bahwa jika kita bukan saudara seagama setidaknya kita saudara dalam kemanusiaan.[2]
Pandangan Quran yang melarang perbuatan ifrath maupun tafrith
Banyak sekali ayat al-Quran yang menentang tindakan ifrath maupun tafrith, kadang disebut jangan berlebih-lebihan, jangan melampaui batas, perintah untuk tidak menyepelekan ajaran dan kepercayaan orang lain. Berdialog dan berdebat antar dua pandangan atau ajaran yang berbeda dengan didasari sikap saling menghargai dan menghormati dan rasa persaudaran dalam kemanusiaan akan jauh lebih memberikan kesan berharga dibanding dialog tanpa landasan ini. Tidak ada pihak yang merasa dikerdilkan, kemuliaan agama islam akan lebih nampak dari sikap dewasa dalam menghadapi adanya suatu perbedaan.
Kita juga sering kali diperintahkan untuk berbuat adil, semua ayat yang memerintahkan kita untuk berbuat adil adalah perintah agar kita tidak ifrath maupun tafrith. Ejawantah dari berbuat adil adalah dengan tidak bertindak ifrath maupun tafrith. Jadi keadilan dan keseimbangan sebagai salah satu buah dari tindakan yang tidak ifrath maupun tafrith.
Ifrath di jaman sekarang
Kehidupan manusia sekarang juga selalu beriringan dengan pilihan untuk berbuat ifrath dan tafrith atau berlaku adil. Kadang satu sisi ingin bertindak adil kepada orang lain tapi harus tidak adil kepada keluarga sendiri, kadang ingin berbuat adil kepada seseorang dengan menolongnya ternyata hasilnya sebaliknya, sebab cara yang kita gunakan tidak tepat, tidak sesuai dengan situasi dan kondisi, tidak sesuai dengan selera atau kebiasaan orang yang ingin kita tolong.
Meninggalkan perbuatan ifrath dan tafrith pun harus berdasarkan ilmu, tanpa ilmu kita akan salah dan keliru dalam menilai. Keadilan berasal dari ilmu dan kebijaksanaan. Tanpa ilmu kita menilai sudah meninggalkan ifrath tafrith ternyata kita masih melakukannya.
Sekarang ini banyak kondisi yang menjebak manusia untuk berbuat ifrath, perbuatan yang kadang dikemas dengan nama hobi. Hobi selfie ekstrim yang tidak jarang mengantarkan manusia kepada kebinasaan, hobi pamer tindakan yang ekstrim baik dari makanan, climbing, menyelam, dll sering dilakukan secara ekstrim hanya demi meraup banyaknya perhatian. Hanya ingin mendapatkan viewer yang lebih banyak, ingin menjadi viral di medsos akhirnya melakukan tindakan diluar kemanusiaan, tindakan asusila dan menyimpang.
Kesimpulan
Madzhab tengah al amru baina amrain yaitu pihak yang tidak terlalu berlebih-lebihan dan juga tidak terlalu berkekurangan adalah jawaban, pilihan terbaik yang layak disosialisasikan. Bukan hanya perbuatan terlebih lagi dalam ranah pemikiran.
 
 
CATATAN :
 
[1] Alkafirun [109]: 6.
[2] Kalimat bijak dari maksumin as.