Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Menelaah Ayat Penghuni Khutamah

1 Pendapat 05.0 / 5

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
ٱلَّذي جَمَعَ مالاً وَ عَدَّدَهُ
yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (tanpa memperhatikan mana harta yang halal dan mana yang haram).
يَحْسَبُ أَنَّ مالَهُ أَخْلَدَهُ
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkan dirinya.
كَلاَّ لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
Sekali-kali tidaklah seperti yang ia sangka! Sesungguhnya ia benar-benar akan dilemparkan ke dalam neraka Huthamah.
وَما أَدْراكَ مَا الْحُطَمَةُ
Dan tahukah kamu apa nerakah Huthamah itu?
نارُ اللهِ الْمُوقَدَةُ
(Neraka Huthamah adalah) api Allah yang membara,
ٱلَّتي‏ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
(yang) membakar sampai ke hati.
إِنَّها عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ
Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
في‏ عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ1
di atas tiang-tiang yang panjang.
Dalam surat yang pendek ini disinggung tentang para pengumpat dan pencela. Tidak hanya itu bahkan ganjaran bagi mereka pun dijelaskan disini dalam beberapa ayat setelahnya.
Mengumpat dalam tinjauan bahasa
Kata Mengumpat berasal dari kata “umpat”/um·pat/[2] kata benda yang bermakna: Perkataan yang keji (kotor dan sebagainya) yang diucapkan karena marah (jengkel, kecewa, dan sebagainya); Sinonim dengan kata cercaan; makian; dan sesalan.
Mengumpat/meng·um·pat/[3] adalah kata kerja yang memiliki makna:  1. mengeluarkan umpat(an); memburuk-burukkan orang; mengeluarkan kata-kata keji (kotor) karena marah (jengkel, kecewa, dan sebagainya); 2. mencerca; mencela dengan keras; 3. mengutuk orang karena merasa diperlakukan kurang baik lalu memaki-maki orang yang memperlakukan kurang baik itu.
Telaah Ayat
Mengumpat dan mencela adalah tindakan yang ditujukan kepada orang lain agar orang lain menjadi sakit hati dan marah. Jadi tujuannya memang untuk membuat orang yang dicerca, dicela atau diumpat menjadi marah dan sakit hatinya. Surat al Humazah memperingatkan kita untuk tidak memiliki sifat mengumpat, kebiasaan mencela dan menyakiti hati orang lain dengan mencerca.
Ketika kita lihat pada ayat-ayat surat Al-Humazah. Pada ayat 6-7
 
نارُ اللهِ الْمُوقَدَةُ
(Neraka Huthamah adalah) api Allah yang membara,
ٱلَّتي‏ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
(yang) membakar sampai ke hati.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Neraka Khutamah adalah sebuah neraka dimana api yang ada disana tidak hanya membakar dan menyiksa jasad, lebih dari itu api neraka Huthamah juga membakar sampai ke hati. Ini gambaran betapa dahsyatnya penderitaan orang yang gemar mencaci dan mengumpat orang lain.
Siapakah Pengumpat itu?
Siapakah yang disebut-sebut sebagai pengumpat. Pada ayat ini kita akan mendapatkan gambaran.
ٱلَّذي جَمَعَ مالاً وَ عَدَّدَهُ
Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (tanpa memperhatikan mana harta yang halal dan mana yang haram).
Orang-orang yang mencintai harta benda dunia secara berlebihan, menjadikan kepemilikan harta benda sebagai sebuah kesempurnaan dan kebahagian dalam kehidupan. Para pengumpul harta benda dunia memiliki sensitivitas yang tinggi terkait segala hal yang berhubungan dengan uang. Ketika menjual barang dia menggunakan modal seminimal mungkin, tapi mengharapkan keuntungan semaksimal mungkin tanpa melihat halal atau haram cara menjualnya, merugikan orang lain atau tidak cara kerjanya. Disini sangat mungkin keluar kata kata celaan atau umpatan terhadap bawahan, dimata dia tidak ada yang sempurna, para kuli panggul yang memindahkan barang diperas tenaganya tapi uang lelahnya tidak proporsional, mereka sudah bekerja keras dimata pedagang tipe ini selalu terlihat lamban, pedagang ini akan terus mencela mencari alasan sehingga bisa mendapatkan tenaga kerja dengan biaya semurah mungkin.
Orang tipe ini ketika akan membeli barang maka dia tidak sungkan untuk mencela barang yang ia minati, tujuannya agar barang itu bisa dibeli dengan harga yang lebih murah. Dia tidak mempedulikan apakah ketika dia seperti itu akan menyakiti hati pemilik barang atau tidak, hal terpenting adalah dia mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga yang jauh lebih murah, sehingga dia bisa mendapatkan jumlah uang yang lebih banyak.
يَحْسَبُ أَنَّ مالَهُ أَخْلَدَهُ
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkan dirinya.
 كَلاَّ لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
Sekali-kali tidaklah seperti yang ia sangka! Sesungguhnya ia benar-benar akan dilemparkan ke dalam neraka Huthamah.
Mereka mengira bahwa banyaknya harta akan mengekalkan dirinya, ketika sakit bisa berobat, ketika anaknya ingin sekolah ditempat bergengsi dia bisa membayarnya. Ketika ada yang menjual tanah dia bisa membelinya. Mereka mengira harta itu segala-galanya bagi mereka, tanpa peduli bahwa jika mereka mati maka mereka tidak bisa ikut menikmati tumpukan harta itu, mereka yang harus menanggung dosa karena tipu muslihat demi mengumpulkan harta tetapi anak-anak mereka menikmati manisnya harta benda itu.
Semua itu secara tegas ditolak dimata Allah, cara pandang yang menilai uang dan harta benda sebagai kesempurnaan dan tujuan hidup itu sangkaan yang keliru dimata Tuhan. Para pengumpul harta yang mengumpulkan dengan cacian dan umpatan itu diganjar dengan neraka Huthamah. Neraka yang turut menyiksa hingga hati manusia. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, di atas tiang-tiang yang panjang[4]
Semoga ini menjadi penyemangat agar kita berhati-hati dengan lisan kita, menjaga agar tidak menyakiti hati orang-orang yang kita ajak berinteraksi.
---------
CATATAN:
[1] Qs Al Humazah [104]:1-9.
[2] Web KBBI online dengan kata kunci umpat.
[3] Web KBBI online dengan kata kunci mengumpat.
[4] Qs AlHumazah [104]: 8-9.