Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Cinta adalah Kendaraan dalam Berdakwah

1 Pendapat 05.0 / 5

Islam memandang jalan dakwah hanya dengan satu jalan yaitu jalan cinta. Tiada dakwah kecuali dengan cinta. Bukankah Rasulullah saw telah menggambarkan dengan sempurna bagaimana dakwah yang dibalut dengan cinta yang luar biasa kepada umat hingga Allah swt menurunkan firman-Nya,
فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” (QS.Al-Kahfi:6)
Seorang Da’i tidak akan sukses dalam dakwahnya apabila tidak ada rasa cinta dalam hatinya kepada umat ini. Seakan nafasnya selalu berhembus seraya memikirkan keselamatan orang lain di dunia dan nasib mereka kelak di akhirat. Dan tidak ada hati yang lebih mencintai umat ini melebihi hati Baginda Nabi saw. Hingga Allah swt menegur beliau agar tidak terlalu dalam memikirkan umatnya yang enggan menerima dakwah.
Hati mulia ini seakan terbelah dan menderita dengan kesedihan yang mendalam ketika melihat seorang hamba lebih memilih jalan Iblis daripada memilih jalan keselamatan yang beliau tawarkan.
Mungkin kita bertanya-tanya darimana sumber kesedihan dan penyesalan yang menghinggapi hati Rasul saw?
Semua kesedihan itu bersumber dari besarnya cinta beliau kepada manusia. Rasul saw tidak ingin melihat satu pun hamba Allah yang sengsara. Beliau mengharapkan semua umat ini bisa selamat.
حَرِيصٌ عَلَيۡكُم
“(dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu.” (QS.At-Taubah:128)
Inilah rahasia dibalik keberhasilan seorang Da’i. Jiwa yang tulus dan menginginkan keselamatan bagi orang lain.
Lalu tiba-tiba ada sekelompok orang yang mengaku Da’i membawa nama Allah dan nama agama suci ini. Kemudian dengan mudah mencaci kelompok lain, menghinakan ajaran lain bahkan mengkafirkan yang satu agama dengan mereka. Bahkan dengan berani men-cap orang lain dengan sebutan “Ahli Neraka” padahal rahmat Allah begitu luasnya.
Mereka lupa bahwa agama ini adalah agama cinta dan dakwahnya harus disampaikan dengan cinta.
Dimana letak cintanya pada umat ini apabila lisannya selalu mengucapkan umpatan dan caci maki?
Dimana letak kepeduliannya kepada umat ini bila kata-katanya tidak berusaha menyelamatkan yang kafir namun malah mengkafirkan yang muslim?
Kepedulian, rasa cinta dan harapan agar umat ini selamat adalah nilai dari dakwah itu sendiri. Coba lihat cara dakwah para Nabi, yang mereka tuju adalah hati manusia. Mereka menyentuh hati manusia dengan menyampaikan hikmah yang mudah dipahami.
Tujuannya hanya satu, bukan kepentingan kelompoknya, bukan ingin mencari pengikut, namun hanya ingin melihat orang lain meraih hidayah dan keselamatan.
Bukankah Nabi saw ketika menghadapi umat yang memusuhi bahkan memerangi, beliau berdoa :
اللَّهُم اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُون
“Ya Allah berilah petunjuk pada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Inilah hati sang Nabi. Yang penuh kasih bahkan terhadap umat yang memusuhi.
Ingatlah, dakwah tanpa cinta hanya akan melahirkan kebencian dan permusuhan.
Semoga bermanfaat…