Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Luas dan Sempitnya Tempatmu Bergantung Pada Rahmat Allah swt !

1 Pendapat 05.0 / 5

Dikisahkan bahwa Nabi Isa as adalah seorang Nabi yang hidupnya sering melakukan perjalanan dan berkeliling ke berbagai tempat.
Dalam salah satu perjalanannya, tiba-tiba hujan turun dan Nabi Isa as segera mencari tempat untuk berteduh. Beliau melihat gua didekat situ dan segera mendekatinya.
Ketika sampai didepan pintu gua, Nabi Isa as menemukan seekor singa besar yang menutupi pintu gua tersebut. Saat itu juga beliau mengangkat tangannya dan berdoa :
“Ya Allah, Engkau berikan setiap makhluk-Mu tempat untuk tinggal dan berteduh, maka dimanakah tempat untuk aku tinggal dan berteduh?”
Kemudian Allah swt menjawab,
مَأْوَاكَ فِي مُسْتَقَرِّ رَحْمَتِي
“Tempat tinggalmu berada dalam naungan Rahmat-Ku.”
Kisah ini ingin menggambarkan kepada kita bahwa luas atau sempitnya tempat tinggal kita bergantung kepada Rahmat Allah swt didalamnya.
Apabila kita hidup di istana yang luas dengan segala fasilitas yang serba ada, namun kondisi kita jauh dari Rahmat Allah maka seluas apapun istana itu akan terasa sempit dan menyesakkan dada.
Dan apabila kita hidup di rumah yang kecil dan sederhana namun kondisi kita dekat dengan Rahmat Allah maka rumah kecil itu akan terasa luas dan menyenangkan.
Ingatkah kita dengan beberapa orang yang menolak untuk ikut berjuang bersama Rasulullah saw dan memilih untuk tinggal dirumah mereka?
Dalam perjalanannya mereka menyesali perbuatan itu dan merasakan hidup mereka begitu sempit ditengah bumi yang amat luas ini. Al-Qur’an menggambarkan kondisi mereka :
وَعَلَى ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُواْ حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ وَضَاقَتۡ عَلَيۡهِمۡ أَنفُسُهُمۡ
“Dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka.” (QS.At-Taubah:118)
Jauhnya mereka dari Rahmat Allah menyebabkan hidup mereka begitu sempit dan menyesakkan.
Lalu ingatkah kalian dengan Ashabul Kahfi yang lari dari istana-istana mereka yang megah menuju gua yang gelap. Tapi apa yang mereka dapati didalam gua tersebut?
Allah swt menceritakan dalam Firman-Nya,
فَأۡوُۥٓاْ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقٗا
“Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, *niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu* dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.” (QS.Al-Kahfi:16)
Mereka merasakan keluasan dan kelapangan yang tidak mereka dapatkan di istana. Karena didalam gua itu mereka dekat dengan Rahmat Allah swt.
Lalu ingatkah kita ketika Nabi Yusuf as memilih untuk hidup di penjara dibanding hidup di istana, karena penjara lebih baik daripada hidup di istana yang penuh fitnah dan godaan.
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِ
Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka.” (QS.Yusuf:33)
Luas dan sempitnya tempat tinggalmu bergantung dengan jauh atau dekatnya tempat itu dari Rahmat Allah swt.
Semoga bermanfaat…