Asyura, Sejarah yang 'Sengaja' Dilupakan

10 Muharram 1441 H, 10 September 2019.

Tepat 1380 tahun yang lalu, terjadi sebuah peristiwa yang amat tragis dan memilukan hati yakni terbunuhnya Imam Husain as, cucu tercinta Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga beliau di sebuah tempat bernama Karbala di Irak.

Tubuhnya dihujani dengan tusukan pedang dan anak panah serta remuk dinjak injak kaki kuda. Kepalanya dipenggal, kemudian ditancapkan di ujung tombak dan diarak berkilo kilometer. Lalu, dihidangkan di atas nampan ke hadapan 'penguasa muslim' pada waktu itu.

Imam Husain as, keluarga dan para sahabatnya diperangi dan dibantai di padang Karbala karena mereka menolak berbai'at (menyatakan sumpah setia) kepada 'penguasa muslim' pada waktu itu, Yazid bin Mu'awiyah.

Ulama Ahlu Sunnah, Jalaluddin As Suyuti mencatat di dalam kitabnya Tarikh Khulafa (182) :

فكتب يزيد إلى واليه بالعراق عبيد الله بن زياد بقتاله

'Yazid menulis kepada Ibn Ziyad wakilnya di Iraq utk membunuhnya (Husain).

Ubaidillah bin Ziyad mengakui bahwa ia diperintah oleh Yazid bin Muawiyah untuk membunuh Imam Husain as.

'Aku membunuh Al Husain atas perintah Yazid untuk membunuhnya jika tidak, ia akan membunuhku karena itu aku memilih untuk membunuh Husain' (Tarikh Kamil, 4/ 55, Mesir)

Mereka mengerahkan ribuan pasukan bersenjata untuk mengepung dan menyerang rombongan Imam Husein as beserta keluarga dan para sahabatnya.

Imam Suyuthi melanjutkan :

فوجه إليهم جيشا أربعة آلاف عليهم عمر بن سعد بن أبي وقاص

‎فقتل وجيء برأسه في طست حتى وضع بين يدي ابن زياد، لعن الله قاتله وابن زياد معه ويزيد أيضًا
‎وكان قتله بكربلاء، وفي قتله قصة فيها طول لا يحتمل القلب ذكرها، فإنا لله وإنا إليه راجعون، وقتل معه ستة عشر رجلًا من أهل بيته.

Maka dikirimlah 4 ribu pasukan di bawah pimpinan Umar bin Sa’d bin Abi Waqqash

Husein dibunuh dan kepalanya diletakkan di bejana dan dibawa ke hadapan Ibn Ziyad. Semoga Allah melaknat mereka yang membunuhnya, begitu juga dengan Ibn Ziyad dan Yazid. Husein telah dibunuh di Karbala. Dalam peristiwa pembunuhan ini terdapat kisah yang begitu memilukan hati yang tidak sanggup kita menanggungnya. Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un. Terbunuh bersama Husein 16 orang lainnya dari anggota keluarganya.”

Seorang ulama besar dari kalangan Ahlu Sunnah lainnya yang bernama Ibnu Katsir menceritakan peristiwa pembantaian dan peristiwa peristiwa sebelum dan sesudahnya ini secara jelas dan terperinci.

Mari kita ikuti cerita beliau seperti termaktub di dalam kitabnya yang terkenal Al Bidayah Wa An Nihayah, jilid 12 yang sudah diterbitkan dengan terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka Azzam, cetakan kedua, Desember tahun 2015.

PEMBANTAIAN DAN PELECEHAN JENAZAH

'......Orang orang itupun segera menyerang Husain dari semua arah. Zur'ah bin Syarik At Tamimi menebas telapak tangan kirinya dan pundaknya Husain juga terkena tebasan.

Kemudian mereka menyingkir lagi dari Husain yang dalam keadaan tertelungkup.

Kemudian datanglah Sinan bin Anas bin 'Amr An Nakha'i dan menusuknya dengan tombak hingga roboh.

Kemudian ia turun, menggorok lehernya dan mencabut kepalanya. Kemudian, ia menyerahkan kepala Husain kepada Khawali bin Yazid (hal.366-367)


Umar bin Sa'ad memanggil sepuluh prajurit berkuda untuk menginjak injak jasad Husain dengan kuda mereka hingga amblas ke dalam tanah.

Setelah itu kepalanya dibawa menuju Ibnu Ziyad oleh Khawali bin Yazid (hal.371)

Para kerabat perempuan yang menyaksikan peristiwa pembantaian Husain dan para sahabatnya itu menangis dan berteriak.

Zainab ikut meratapi saudaranya itu. Ia berkata sambil menangis, 'Muhammadku !. Muhammadku !. Semoga malaikat langit bershalawat padamu. Ini dia Husain di padang pasir bersimbah darah, terpotong potong tubuhnya.

Wahai Muhammad !. Puteri puterinya ditawan dan keturunanmu dibantai !'. Demi Allah, ratapannya itu membuat menangis setiap kawan dan lawan (hal.379).

Kepala Husain tergeletak di depan Ibnu Ziyad. Ia menyodok nyodok kepalanya dengan tongkat di bagian giginya. Maka, Zaid bin Arqam berkata kepada Ibnu Ziyad, 'Singkirkan tongkatmu itu dari kedua giginya itu. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku pernah melihat kedua bibir Rasulullah mencium kedua gigi itu. Kemudian orang tua itu menangis (hal. 373-374)

Kemudian ia (Ibnu Ziyad) memerintahkan agar kepala Husain dipajang di Kufah dan diarak ke berbagai sudut kota Kufah. Kemudian, ia mengirimkan kepala Husain dan para sahabatnya melalui Zahr bin Qais kepada Yazid bin Mu'awiyah di Syam (hal 375)

Ketika kepala Husain diletakkan di hadapan Yazid dan disampingnya ada Abu Barzah, Yazid menusuk nusuknya dengan tongkat.....dan menyentuh nyentuhkan tongkatnya pada bibir Husain sambil berkata. 'Kepala kepala ini telah terpenggal'. Abu Barzah berkata, 'Singkirkan tongkatmu karena aku pernah melihat Rasulullah menciumnya' (hal.378)

Yazid memajang kepala Husain di Damaskus selama tiga hari. Setelah itu kepala Husain diletakkan di gudang senjata hingga masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik.

Saat diambil, kepalanya telah menjadi tulang yang berwarna putih. Iapun mengkafaninya, memberinya wewangian, menshalatinya dan memakamkannya di kuburan kaum muslimin (hal. 404-405)

RASULULLAH DAN SAHABAT MENANGIS

Sebelum meninggal dunia, Nabi Muhammad saw telah memperoleh berita dari 'langit' akan terjadinya peristiwa ini.
Malaikat Jibril  menyampaikan kejadian ini kepada beliau yang kemudian mengabarkannya kepada para sahabatnya.

Di dalam berbagai riwayat diceritakan, setiap mengenang peristiwa itu, Nabi saw selalu bersedih, berduka dan bahkan  menangis bersama para sahabatnya

Sebagian dari riwayat riwayat tersebut saya sajikan di bawah ini. Masih dari kitab Al Bidayah wa An Nihayah, Ibn Katsir.

1. 'Pada suatu hari aku (Ali bin Abi Thalib) menemui Rasulullah SAW dalam keadaan menangis. Lalu, aku bertanya , 'Wahai Nabiyullah, apakah ada seseorang yang membuatmu marah ?. Mengapa engkau menangis ?. Beliau menjawab, 'Tidak ada, tetapi baru saja Jibril pergi dari hadapanku. Dia menceritakan kepadaku bahwa Husain akan terbunuh di seberang sungai Efrat, ( disebuah tempat bernama Karbala).'

Setelah itu beliau bersabda, 'Apakah kamu mau mencium bau tanahnya ?'. Aku menjawab, 'Ya'. Lalu, beliau mengambil segenggam tanah dan memberikannya kepadaku dan akupun tidak sanggup menahan keluar airmataku'.

Hadist ini diriwayatkan Imam Ahmad di dalam kitabnya Al Musnad (1/85). Berkaitan dengan hadist ini, di dalam catatan kaki nomor 762, penulis (Ibn Katsir) menuliskan 'sanadnya sahih' (hal.392-393)

2. At Tirmidzi meriwayatkan, dari Salma,katanya, 'Aku menemui Ummu Salamah (istri Nabi) dan saat itu ia sedang menangis. Aku bertanya, 'Apa yang membuatmu menangis ?'. Ia menjawab, 'Aku bermimpi melihat Rasulullah dalam keadaan rambut dan jenggotnya berdebu. Lalu, aku bertanya, 'Ada apa denganmu, ya Rasulullah ?'. Beliau menjawab, 'Aku baru saja menyaksikan pembunuhan Husain'

HR At Tirmidzi (3771), sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir dalam kitab Tarikh Dimasyq (14/238) dari jalur At Tirmidzi (hal.396).

3. Ibnu Abbas berkata, 'Aku bermimpi melihat Rasulullah membawa botol berisi darah lalu beliau bersabda, 'Tahukah kamu apa yang dilakukan umatku sepeninggalku ?'. 'Mereka membunuh anakku Husain dan ini adalah darahnya dan darah para sahabatnya. Aku akan membawanya ke hadapan Allah....' (hal.396)

Sebagai tambahan.

Al Hakim meriwayatkan dalam Al Mustadrak 3/176, dengan sanad bersambung kepada Ummul Fadhl binti Al Harits :

'Bahwa ia masuk menemui Rasulullah saw lalu berkata, 'Wahai Rasulullah aku bermimpi buruk malam ini'.

Nabi saw bertanya, 'Apa itu ?'

Ia menjawab, 'Sangat mengerikan'.

Nabi saw, 'Apa itu ?'

Ummul Fadhl berkata, 'Aku melihat dalam mimpiku seakan sepenggal dari jasad anda terpotong dan diletakkan di pangkuanku'

Nabi saw bersabda, 'Mimpi indah yang engkau lihat. Insya Allah Fatimah akan melahirkan seorang bocah dan ia akan berada di pangkuanmu'

Lalu, Fatimah melahirkan Husain dan ia berada di pangkuanku seperti yang disabdakan Rasulullah saw.

Kemudian pada suatu hari aku masuk menemui Rasulullah saw dan akupun menyerahkan Husain dan aku letakkan ke pangkuan beliau.

Lalu, ketika aku menoleh, maka tiba tiba aku saksikan kedua mata Rasulullah saw mencucurkan air mata.

Ia berkata, 'Wahai Nabi Allah, semoga ayah dan ibuku sebagai tebusan bagi anda, apa yang anda alami ?'

Nabi saw bersabda, 'Jibril datang menjumpaiku dan mengabarkan kepadaku bahwa kelak umatku akan membunuh putraku ini'

Aku bertanya, 'Putra Anda ini ?'

Nabi saw bersabda, 'Ya. Dan jibrilpun membawakan untukku segenggam tanah dari tanah (tempat terbunuhnya) Husain berwarna merah'

Al Hakim berkata, 'Ini adalah hadist sahih berdasarkan syarat syaikhain (Bukhari dan Muslim), hanya saja mereka berdua tidakmeriwayatkannya.


PENDAPAT PARA TOKOH

Terkait dengan Asyura, Ernest Hemingway seorang sastrawan Kristen berkebangsaan Amerika pernah menulis :

'Sesungguhnya kesedihan yang disebabkan oleh tragedi Husein masih menyala di setiap dada manusia tercerahkan dikarenakan tragedi itu begitu memilukan yang telah dilakukan oleh kelompok manusia yang haus akan darah orang orang yang tak berdosa'

Tidak hanya Ernest Hemingway saja yang bertutur tentang Husein as dan Asyura, juga para tokoh dan sastrawan dunia lainnya seperti Guevara, Dalai Lama, Franklin D Rosevelt, George Zaidan, Gothe, Ho Chi Minh, Jawaharlal Nehru, Jenderal De Gaulle, Kurt Waldheim, Mahatma Gandhi, Tollstoy, Soekarno dan masih banyak lagi.

Namun anehnya, mayoritas kaum muslimin hampir hampir tidak mengenal peristiwa Asyura ini atau bahkan boleh jadi 'sengaja' melupakannya.

Motinggo Busye, penulis novel Indonesia terkenal, mengatakan :

'Peristiwa syahidnya Imam Husein bukan saja tragis, tetapi juga sangat ironis karena terjadi hanya beberapa tahun dari wafatnya kakek beliau, Muhammad saw.

'Belum pernah terjadi di masa jahiliyah, adanya pembunuhan yang lebih keji dan lebih sadis daripada peristiwa pembantaian Imam Husein dan keluarganya di Karbala'......

'Dan, lebih dari itu adalah, kemana para sahabat Nabi yang masih hidup, kemana para tabi'in yang hidup pada masa itu ?'.

Bukankah mereka diminta Nabi saw untuk menjaga dan menghormati Ahlulbait (Keluarga) beliau ?.

Husein as adalah salah seorang Ahlulbait Nabi Muhammad saw.

'Aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku....aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku.... aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku', demikian pesan Nabi sebelum beliau wafat.

---

Kalau mayoritas umat Islam bergembira ria setiap memasuki tanggal 1 Muharram yang menandai dimulainya tahun baru Islam serta mensunnahkan puasa di hari Asyura (10 Muharram), sudahkah mereka juga mengikuti dan mencontoh Nabi saw dengan mengenang dan turut berduka atas syahidnya Husein as di padang Karbala ?.

Salam