Menyelami Samudera Sayyidina Husein

Dalam rangka memperingati jatuhnya bulan Muharram, khususnya sebagai pengingat atas syahadah Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib yang wafat pada 10 Muharram 61H, kami menyusun artikel ini, yang berisi testimoni atau pengakuan tokoh-tokoh dunia tentang keagungan Sayyidina Husein dan bagaimana perjuangannya memberi inspirasi bagi manusia.

 

Secara jujur, tokoh-tokoh dunia Barat dan Timur mengakui heroisme Sayyidina Husein dalam peristiwa di medan Karbala. Kekaguman para tokoh dunia terhadap kepahlawannya telah ditunjukkan lewat berbagai bentuk apresiasi, entah lewat tulisan berupa buku, artikel, syair-syair pujian, kutipan-kutipan singkat (quotes), hingga dalam bentuk aksi sosial.

 

Charles Dickens berkata, “Jika Husein berperang karena hasrat dunia, maka aku tak mengerti mengapa saudaranya, istrinya, dan anak-anaknya menemaninya. Husein berkorban murni demi Islam.”

 

Kita dapat melihat bagaimana perjuangan Sayyidina Husein menjadi pembangkit semangat dan inspirasi bagi tokoh-tokoh revolusi di seluruh dunia. Nama-nama besar seperti Mahathma Gandhi, Soekarno, Dalai Lama, Mao Ze Dong, Che Guevara, hingga filosof sekuler asal Jerman Friedrich Nietzche mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialaminya.

 

Dalam pandangan Dalai Lama, perjuangan Sayyidina Husein adalah bentuk nyata dari keberlanjutan risalah yang dibawa datuknya, Nabi Muhammad SAW. Dalai Lama berkata, “Jika sekiranya agama Budha memiliki dua tokoh agung seperti Ali bin Abi Thalib dan putranya Husein, serta memiliki kitab Nahjul Balaghah dan peristiwa Karbala, maka niscaya tidak akan tersisa manusia di muka bumi kecuali menjadi penganut Budha.

 

Thomas Carlyle, tidak hanya mengagumi Nabi Muhammad SAW, tetapi ia membaca sejarah secara menyeluruh, termasuk kisah yang dialami Sayyidina Husein. Ia mengatakan, “Pelajaran terbaik yang dapat kita peroleh dari tragedi Karbala adalah bahwa Sayyidina Husein dan sahabat-sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat kepada Tuhannya. Mereka menggambarkan bahwa keunggulan kuantitas tidak lagi dianggap ketika telah nampak jelas kebenaran dan kebatilan. Kemenangan Sayyidina Husein adalah ketika dia tidak menghiraukan jumlah pasukannya yang sedikit. Dari itulah yang membuat saya benar-benar kagum.”

 

Seorang penulis Kristen berkebangsaan Suriah, Antoine Bara, menghabiskan waktu selama enam tahun untuk melakukan penelitian tentang Sayyidina Husein. Empat tahun dihabiskan mempelajari berbagai macam referensi, dua tahun sisanya ia gunakan untuk menyusun buku yang berjudul Imam Hussein In Christian Ideology.

 

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 17 bahasa dan telah dicetak lebih dari 20 kali. Ketika ditanya tentang penyusunan buku tersebut, apakah itu murni riset atau keinginan khusus belaka, ia mengatakan, “Kedua-duanya. Pada awalnya, menulis buku bertujuan ilmiah akan tetapi ketika saya semakin menyelami lebih dalam dan lebih luas tentang topik sejarah ini, tumbuh sebuah perasaan kebesaran Sayyidina Husein pada diri saya. Manusia ini telah mengorbankan dirinya untuk agama, prinsip-prinsip, dan menyelamatkan Muslim dari penyimpangan dari Islam guna memastikan berlanjutnya pesan dan penyampaiannya dari satu generasi ke generasi lain.”

 

Ketika orang-orang dari belahan dunia mengapresiasi buku tersebut dan ingin menerjemahkannya, Antoine Bara langsung menyetujui dan tidak mengambil keuntungan dari situ. Ia mengatakan, “Saya tidak menulis buku itu demi profit, melainkan karena keyakinan saya kepada Sayyidina Husein AS.”

 

Ada sekian banyak pernyataan dan apresiasi yang berkaitan dengan perjuangan Sayyidina Husein. Antoine Bara mengatakan bahwa Sayyidina Husein bukan hanya milik umat Muslim, melainkan milik seluruh dunia. Bara mengatakan bahwa Sayyidina Husein adalah “hati nurani agama”.

 

Allahumma shalli alaa Sayyidinaa Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad…