Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Lambung Kosong, Penyakit Enggan Nongkrong

0 Pendapat 00.0 / 5

"Kebanyakan penyakit dapat disembuhkan dengan lapar dan mengosongkan lambung"
-Sayyidina Ali bin Abi Thalib as-

Puasa memiliki sejuta manfaat, termasuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tak hanya penyakit ringan, penyakit keras atau kronis bisa sembuh dengan puasa rutin. Dengan puasa, kita lebih bisa memilih makanan dan mengatur pola makan. Tak heran, jika puasa bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahkan di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia Timur, puasa dijadikan sebagai terapi kesehatan dan sebagai pengobatan penyakit.

Penyakit yang dapat diatasi dengan berpuasa seperti: Kanker, Diabetes melitus, Hipertensi, Batu empedu, Maag, Jerawatan dan penyakit kulit, Eksim, Obesitas, Ginjal, Kolesterol tinggi, dan lain-lain.

Dalam lembaran ayat suci Al-Qur'an. Tepatnya pada surat Al-Insan Ayat 5-12, diriwayatkan bahwa pada suatu hari, Sayidina Ali bin Abi Thalib as, Siti Fatimah sa, Al Hasan as, Al Husain as dan Siti Zainab sedang bersiap-siap untuk berbuka puasa atas nadzar yang telah diucapkan demi kesembuhan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain.

Tak ada hidangan yang tersedia kecuali untuk masing-masingnya sepotong roti kering.

Saat hendak berbuka , Ketika roti telah dipersiapkan untuk dimakan, terdengar suara ketukan pintu rumah mereka. Maka dibukakanlah pintu itu terlebih dahulu. Yang datang adalah seorang miskin, yang meminta sesuatu untuk dimakan, sebab ia tak mempunyai makanan sedikit pun.

Ia berkata, “Wahai penghuni rumah kecintaan Rasulullah saw! Aku adalah seorang miskin yang tak punya apa-apa, bahkan untuk berbuka puasa pada hari ini. Tolonglah aku, wahai pribadi-pribadi mulia. Berbagilah denganku atas rezeki yang diberikan Allah kepada kalian. Semoga Allah memuliakan kalian karenanya.”

Sayidina Ali diam sejenak, sambil memandang anggota keluarganya yang lain. Seisi rumah berpandang-pandangan. Namun, tak lama, segera beliau mengambil roti bagiannya, dan bergegas hendak menyerahkannya kepada si miskin, tapi langkahnya terhenti.

Sayidina Ali sangat terharu, seisi rumah nya ternyata melakukan hal yang sama. Mereka menyerahkan bagiannya masing-masing, dan akhirnya mereka hanya berbuka dengan meminum segelas air putih.

Hari berikutnya, kejadian serupa terulang kembali. Kali ini yang datang adalah seorang muslim yang baru saja dibebaskan oleh kaum kafir setelah ia ditawan beberapa lama. Dan hari kedua itu pun, mereka hanya berbuka dengan meminum segelas air putih.

Sampailah pada hari yang ketiga. Ketika keluarga ini tengah bersiap-siap menunggu saat berbuka, mereka dikejutkan oleh ketukan pintu. Ketukan itu sebenarnya sangatlah perlahan.

Sayidina Ali, berjalan membukakan pintu. Tamunya adalah seorang bocah. “Aku adalah seorang yatim. Ayahku telah lama meninggal dunia, ibuku bekerja sendirian. Sedang aku, sudah beberapa hari ini perutku kosong, tak kemasukan makanan apa-apa,”
kata bocah itu sembari memelas dengan wajah tertunduk.

Sayidina Ali bergegas mengambil sepotong roti yang menjadi bagiannya. Namun Seisi rumah serempak mengikuti langkahnya.
Sayidina Ali menoleh ke belakang, dengan perasaan terharu....

“Sungguh bagaimana mungkin seorang ibu akan merasa kenyang, sementara ia tahu puteranya menggigil karena menahan lapar?” kata Siti Fatimah sambil memberikan roti bagiannya.

“Wahai ayah. Ambil juga bagianku, aku tahu bahwa seorang anak yang lebih kecil usianya daripadaku harus berjuang menahan lapar?” kata Al Hasan as, sambil memberikan bagiannya.

“Wahai ayah, ambil lah bagianku, untuk seorang sahabatku yang harus menanggung lapar, diluar” kata Al Husain menyambung ucapan kakaknya.

Tidak lama berselang, Zainab yang usianya masih sangat kecil sambil menangis, mendapati ibunya dan memeluknya seraya bertutur,
“Wahai ayah. Ambil juga bagianku. Aku tidak mau makan sendirian, sementara kakakku Al Hasan dan Al Husain tidak makan. Aku tidak lagi lapar ibu. Berikan bagianku kepada anak itu, teman kakakku Hasan dan Husain.”

Semua Roti pun diserahkan, dan kembali mereka berbuka hanya dengan segelas air, di hari itu. Saat keesokan harinya Rasulullah saw mengetahui Keadaan Ahlul Bayt nya saat menjenguk mereka.

Rasulullah saw terperanjat melihat keadaan Ahlul bayt as, terutama melihat cucu-cucunya yang masih kecil terkulai tanpa tenaga. Beliau memeluk cucunya dan berdoa, “Ya Allah, tolonglah keluarga Muhammad saw.” lalu diangkatlah oleh Allah swt kedua penyakit cucunda Rasulullah saw.

Dan ada satu petuah juga mengenai masalah lambung dari keturunan Rasulullah saw, yang bernama Sayyidina Ali bin Musa arRidho yang berbunyi:

و من أراد أن لا تؤذیه معدته‏ فلا یشرب‏ بین طعامه ماء حتى یفرغ، و من فعل ذلک رطب بدنه، و ضعفت معدته، و لم تأخذ العروق قوه الطعام

Seseorang yang ingin tidak melukai lambungnya, diharapkan tidak langsung meminum air setalah makan(antara dan setalah makan) hingga makanan tercerna dengan baik. Siapa pun yang melakukan ini(minum), tubuhnya akan basah dan lambungnya akan menjadi lemah dan Pembuluh nadinya tidak menerima energi dari makanan.

Oleh karenanya diharapkan bagi yang suka kuliner makanan, untuk memberi jarak waktu antara makan dan minum demi kesehatan.