Menimbang Kisah Imam Husain dengan Ahsanul Qashas dalam Al-Quran Bagian 1

Dihari-hari menjelang Arbain Imam Husain as 1441 H, mari kita telaah dan coba kita telisik dua kejadian penting, kisah Nabi Yusuf as yang disebut-sebut sebagai kisah terbaik dalam AlQuran dan kejadian yang terjadi di Karbala pada tahun 60 H. Pada kisah Nabi Yusuf dia tidak dizalimi secara fisik, beliau tidak dipukuli hingga memar apalagi ditebas dengan pedang hingga berdarah-darah, beliau dizalimi dengan cara dibuang dan dijual sebagai budak serta dimasukkan kedalam penjara. Sementara dalam kejadian Karbala Imam Husain, keluarga dan sahabat beliau dizalimi secara fisik sampai pada kematian serta dizalimi secara non fisik dengan prilaku durjana terhadap anak-anak kecil khususnya Ali Asghar yang dipanah didepan mata.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِما أَوْحَيْنا إِلَيْكَ هذَا الْقُرْآنَ وَ إِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغافِلينَ

Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.[1]

Dalam kisah Nabi Yusuf as dia berhadapan dengan orang berkuasa zalim yang memiliki hak atas dirinya karena dia menjadi budak orang tersebut. Sementara orang yang dihadapi Imam Husain as adalah pemerintah yang memiliki kekuasan luas, disebut-sebut sebagai khalifah karena kekuasaannya setara dengan kekuasaan sahabat Abu Bakar, sahabat Umar dan Sahabat Utsman maupun Imam Ali bin Abi Thalib semasa menjadi pemimpin kekhalifahan. Yazid memiliki banyak pasukan dan didalamnya banyak mata-mata yang ada diberbagai tempat yang dikuasai. Disebutkan bahwa waktu itu penyimpangan atas nama agama dilakukan dengan terang-terangan. Orang-orang awam tidak bisa melaksanakan ajaran Islam secara bebas. Mereka pun lambat laun dibuat kebingungan dengan adanya ribuan hadis palsu yang bertebaran ditengah-tengah kaum muslimin, penguasa memesan hadis khusus yang memuat keutamaan mereka atas nama Rasulallah Saw. Masyarakat bingung untuk mengetahui ajaran mana yang benar-benar Islam. Disebutkan bahwa pada masa kekuasaan Yazid pemerintah punya kuasa untuk merubah salat Jumat, dilaksanakan di hari Jumat atau di hari Rabu.

Kondisi diatas tidak dialami Nabi Yusuf as, beliau tidak menghadapi sebuah sistem pemerintahan yang zalim, satu hal yang berat bagi Nabi Yusuf as adalah dia dibuang di sumur sendirian padahal dia masih kecil, atas kesabaran dan sifat pemaaf Nabi Yusuf as terhadap saudara yang sudah iri dan menyakitinya, dia bisa keluar dari sumur, ditolong rombongan saudagar, dia akhirnya dibawa saudagar ke kota dan dijual sebagai seorang budak, kejadian pahit yang ternyata menakdirkan beliau untuk hidup dengan nyaman di kerajaan besar, negeri Mesir, memiliki kedudukan yang tinggi dipemerintahan.

Kesengsaraan dan kezaliman yang dirasakan Nabi Yusuf as yang kedua adalah ketika beliau harus bertahan menjaga keimanannya, menjaga diri dari godaan yang biasanya menjadi media penghancur para pemuda, ujian berupa godaan wanita-wanita cantik yang mengajak berbuat asusila. Dia memilih bersabar dalam ketaatan kepada Allah Swt. Akhirnya Allah memberi pertolongan, Nabi Yusuf memiliki kesempatan untuk terhindar dari semua cobaan itu disuruh masuk kedalam penjara, dari hidup serba kecukupan berpindah menjadi hidup tanpa memiliki harta dunia. Dalam kisah Nabi Yusuf as, beberapa pertentangan dan kebalikannya dapat dengan jelas kita temukan. ada kesengsaraan dan juga kebahagiaan, ada perpisahan dan juga pertemuan, ada difitnah dan dibuang ke dalam sumur ada penghargaan tinggi dan juga pujian setinggi langit(Qs Yusuf ayat 4).

إِذْ قالَ يُوسُفُ لِأَبيهِ يا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَباً وَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لي‏ ساجِدينَ

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Hai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”[2]

Raaituhum li saajidin, kulihat semuanya bersujud kepadaku.[3] Jadi Nabi Yusuf pada masa-masa kejayaanya mendapatkan penghormatan begitu rupa, termasuk dari saudara dan ayahnya.

Secara lahiriah Imam Husain as sejak kecil sudah penuh penderitaan, hidup serba kekurangan karena keluarga suci ini membiasakan berbagi kepada tetangga dan para sahabat, kelebihan harta lebih banyak diberikan kepada fakir miskin, janda dan yatim piatu, beliau hidup dalam konsep tetangga dulu baru anggota keluarga. Beliau pernah tiga hari berpuasa hanya sahur dan berbuka menggunakan air putih bersama ayah, ibu dan saudaranya, alasanya karena selama tiga hari itu berturut-turut ada orang yang kelaparan dan datang meminta dengan mengetuk rumah Imam Ali ini. Diakhir hayat beliau harus menghadapi penderitaan lahir dan batin yaitu ketika kejadian Karbala berlangsung, ketika sahabat dan keluarga bergelimangan darah dan beliau tidak memiliki kuasa penuh secara lahiriah untuk menolong mereka. Pilihan yang ada adalah bersabar sebesar-besarnya, kondisi seperti itu namun beliau tetap melihat para pembantai itu sebagai umatnya yang butuh bimbingan dan pertolongan. Ini dapat kita lihat dalam ucapan beliau ini“Masih adakah orang yang akan menolong aku” kalimat ini beliau lontarkan hingga akhirnya tidak bisa berbicara lagi, kalimat ini bukan berarti beliau sedang mengiba dan berharap agar beliau ditolong. Sebaliknya itu adalah kalimat agar orang-orang yang menyerang beliau itu tertolong ketika nanti hari kiamat datang, ketika tidak ada yang bisa menolong kecuali amal perbuatan yang baik dan syafaat sang Nabi. Masih adakah orang yang akan menolong aku yakni masih adakah orang yang ingin tertolong ketika bergabung dengan barisanku, masih adakah orang yang ingin masuk ke sirotol mustaqim, masih adakah orang yang berminat dengan Surga yang hakiki.

Setelah menguraikan sepintas dua kisah diatas mari sedikit kita masuk ke pembahasan kita, dalam Al-Quran kisah Nabi Yusuf as disebut sebagai ahsanul qashas.

Disebutkan juga bahwa Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya, Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)[4]

Dalam kisah Nabi Yusuf as, beliau secara berulang-ulang ditolong secara lahiriah oleh Allah SWT. Beliau ditolong dari sumur, ditolong dari teror untuk berbuat zina, ditolong dari penjara, ditolong dengan dipertemukan dengan orang tuanya, ditolong dengan mendapat limpahan harta dan kesuksesan dalam karir pemerintahan.

Kisah ini dilabeli dengan kisah terbaik dalam Al-Quran. Sekarang kita melihat pada kisah tragedi Karbala, Imam Husain as ditinggalkan oleh ratusan orang yang awalnya bergabung dengan karapan beliau. Beliau dikhianati oleh penduduk kufah, beliau harus melihat saudara dan sahabat bergelimangan darah, beliau tahu setelah itu para wanita dan juga anak-anak kecil akan dihinakan dijalan-jalan, dari satu kota ke kota yang lain, dan bahkan beliau juga harus meneguk cawan syahadah. Apakah ini bermakna beliau tidak ditolong Allah SWT? Jawaban pertanyaan ini akan kita ulas pada kelanjutan tulisan ini.

CATATAN:

[1] Qs Yusuf: 3.

[2]   QS Yusuf: 4.

[3] Bersujud disini seperti sujudnya malaikat kepada Nabi Adam as, jadi sujud yang bukan berarti menyembah tapi memberikan penghormatan yang sungguh-sungguh atas perintah Allah SWT.

[4] Mukmin: 51