Rasulullah saw Wafat di Sisi Imam Ali

Madinah diliputi resah. Para sahabat yang berkumpul di sisi rumah Rasulullah saw, menangis, berharap keadaan beliau membaik. Namun setiap kabar yang keluar dari dalam rumah Nabi, ialah kondisi kesehatannya yang semakin buruk. Mereka ingin sekali menjenguk Nabi mereka, melihatnya dari dekat. Namun keadaan tak mengizinkan mereka untuk masuk ke dalam. Hanya yang dari Ahlulbaitnya saja lah yang boleh keluar masuk kamar Rasulullah saw.

Saat itu, Sayidah Fatimah duduk di sisi ayahnya yang terbaring lemah. Menatap wajah sang ayah yang berkeringat di dahi dan pipinya. Dalam tangis bercucuran dan kesedihan yang mendalam, ia melantunkan syair:

و أبيض يستسقى الغمام بوجهه   ثمال اليتامى عصمة للأرامل; (Artinya kira-kira demikian) Demi kehormatan wajahnya nan bercahaya, mendung diminta turunkan hujan. Ia lah pribadi pengayom anak yatim dan para janda.

Seketika Rasulullah saw membuka kedua matanya, dan bersuara: “Duhai putriku sayang, itu perkataan paman Abu Thalib.. Ucapkanlah (firman Allah):

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Sayidah Fatimah di sepanjang hari-hari akhir hayat Rasulullah saw, selalu berada di sisi sang ayah yang berbaring sakit di tempat tidurnya. Ia tak mau berpisah sesaat pun dengan beliau. Tiba-tiba Nabi saw memberi isyarat kepada putrinya agar kepala dia mendekat di mulut beliau, untuk berbicara dengannya.

Pada saat itu, tak seorang pun mendengar suara beliau yang sangat lemah, dan tak tahu apa yang beliau sampaikan kepada putrinya. Sayidah Fatimah menangis pilu setelah itu. Bercucuran airmata. Kemudian Rasulullah saw membisikkan lagi kepadanya, dan membuat wajah putrinya berubah cerah dan tersenyum gembira.

Adalah dua hal berlawanan yang menimbulkan rasa heran dan penasaran bagi mereka yang menyaksikan fenomena itu. Sayidah Fatimah pun tak menjawab ketika ditanya oleh mereka, mengapa dirinya sedih kemudian gembira pada saat itu? Namun sepeninggal Rasulullah saw, Sayidah Fatimah atas desakan Aisyah mengungkapkan rahasia itu, dan berkata kepadanya:

أخبرني رسول الله ص انه قد حضر اجله و انه يقبض في وجعه هذا فبكيت.

ثم أخبرني أني أول أهله لحوقا به فضحكت.

“Rasulullah saw memberitahuku bahwa ajalnya telah tiba dan beliau akan wafat dalam sakitnya ini, maka aku menangis. Kemudian beliau memberitahuku, bahwa aku lah orang pertama dari keluarganya yang akan menyusul beliau, maka aku gembira.”

 

Pesan Terakhir Rasulullah saw

Rasulullah saw di sela masa sakitnya memberikan perhatian besar kepada umatnya, dalam senantiasa membimbing mereka. Beliau di hari-hari akhir hayatnya berwasiat kepada mereka: “Shalatlah… shalatlah! Berikan perhatian pada budak-budak yang kalian miliki, berilah mereka pakaian, kenyangkan perut mereka dan berkatalah lembut dengan mereka!”. (Ath-Thabaqat 2/254)

Diriwayatkan, Umar bin Khatab pernah ditanya oleh Ka’ab al-Ahbar tentang pesan terakhir dari Rasulullah saw. Ia berkata, “Tanyalah Ali!”. Maka dia kemudian bertanya kepadanya.

Imam Ali menjawab: “(Saat) Aku sandarkan beliau ke dadaku dan aku letakkan kepala beliau di antara dua bahuku, beliau bersabda: “Shalat… shalat!”. (ibid 2/262)

Juga diriwayatkan, pada detik-detik akhir hayat Nabi saw, beliau membuka kedua mata dan berkata, “Panggilkan saudaraku!”.

Mereka memahaminya bahwa yang beliau maksud adalah Ali. Maka mereka memanggilnya. Setelah datang, beliau saw berkata kepadanya, “Mendekatlah kepadaku!”. Maka ia mendekat. Lalu beliau menyandar ke badannya dan berbicara dengannya. (ibid 2/263)

Mengenai hal tersebut, Ibnu Abbas pernah ditanya: “Apakah Rasulullah saw wafat di pangkuan seseorang?”

Ia menjawab, “Beliau wafat dalam bersandar ke dada Ali.”

Demikian dikuatkan oleh Imam Ali sendiri di salah satu khutbahnya, menegaskan: و لقد قبض رسول الله و إن رأسه لعلى صدري .. و لقد وليت غسله و الملائكة أعواني; “Rasulullah saw wafat dan kepala beliau di atas dadaku.. Sungguh aku yang memandikan beliau dan para malaikat yang membantuku.” (Nahjul Balaghah 197)

Pada senin tengah malam, 28 safar 11 hijriyah, ruh suci Rasulullah saw melepas menuju Tuhannya. Seketika suara tangis dari dalam kamar beliau melambung serentak, terdengar oleh orang-orang di luar rumah Sang Nabi saw. Tak lama kabar wafat beliau pun menyebar di seluruh penjuru Madinah.

 

Referensi:

“Sayidul Mursalin” 2/Ayatullah Syaikh Subhani