Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengapa Orang Lain Tidak Mengetahui Kelahiran Imam Keduabelas?

1 Pendapat 05.0 / 5

Dr. Fahimi: Biasanya ketika seorang anak lahir, maka kerabat, tetangga, dan para sahabat akan mengetahuinya. Bahkan ini pun benar untuk seseorang yang sangat dihormati. Dengan sendirinya, tidak ada perselisihan tentang keberadaan seorang anak dari orang tersebut. Bagaimana bisa orang percaya bahwa masyarakat tidak mempunyai informasi perihal seorang anak dari Imam Hasan al-Askari padahal ia punya wewenang di tengah-tengah mereka dan mereka niscaya meragukan akan ihwal peristiwa itu dan berselisih satu sama lain tentangnya?

Tn. Hosyyar: Anda benar bahwa secara normal situasi itu persis sebagaimana yang telah Anda uraikan. Akan tetapi, Imam Hasan al-Askari sejak awal telah memutuskan bahwa ia tidak akan mempublikasikan informasi apapun tentang kelahiran putranya. Selain itu, keputusan semacam itu dibuat ketika Nabi saw masih hidup dan ketika para imam lain dihadapkan dengan suatu situasi di mana kerahasiaan tentang kelahiran merupakan tanda-tanda dari imam terakhir. Kami mempunyai sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Imam Zain al-Abidin menubuatkan bahwa: “Kelahiran al-Qâ’im kami akan tersembunyi dari manusia dan akan menyebabkan orang-orang berkata bahwa ia tidak lahir sama sekali, sehingga ketika ia mengambil komando tak seorang pun berbai’at di atas lehernya.”

Dalam hadis lain, Abdullah bin Atha meriwayatkan:

Aku berkata kepada Imam al-Baqir: “Para pengikut Anda di Irak begitu banyak. Demi Allah, tak seorang di keluarga Anda memiliki kedudukan seperti Anda. Mengapa Anda tidak bangkit?” Imam berkata: “Wahai Abdullah, Anda telah membiarkan omong kosong memasuki pikiran Anda. Demi Allah, aku bukanlah pemimpin yang dijanjikan dari urusan tersebut.” Aku bertanya: “Lantas, siapakah pemimpin urusan tersebut?” Imam menjawab: “Carilah dari orang yang kelahirannya akan tersembunyi dari manusia. Dialah pemimpinmu.”

Dr. Fahimi: Mengapa Imam Hasan al-Askari menyembunyikan kelahiran putranya dari manusia sehingga mereka jatuh dalam keraguan dan kebimbangan serta tersesat dalam masalah imamah?

Tn. Hosyyar: Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, cerita al-Mahdi yang dijanjikan berkembang luas di kalangan Muslimin dari sejak awal kelahiran Islam. Hadis-hadis dan riwayat-riwayat tentang subjek tersebut telah disampaikan oleh Nabi dan pembenaran lebih jauh atas riwayat-riwayat ini oleh para imam telah beredar di kalangan Muslimin. Para penguasa zaman itu juga sangat mengetahui hadis dan riwayat yang menyebutkan bahwa al-Mahdi yang dijanjikan berasal dari keturunan Fathimah dan Husain. Bahkan, hadis-hadis ini menyebutkan kehancuran semua pemerintahan zalim oleh al-Mahdi, yang akan mendirikan pemerintahan yang adil dan persamaan di seluruh dunia. Akibatnya, mereka mengkhawatirkan kelahiran dan kemunculan al-Mahdi yang dijanjikan dan memutuskan untuk menghentikan bahaya revolusi al-Mahdi. Karena alasan inilah, rumah-rumah keluarga Nabi saw, yakni Bani Hasyim, dan lebih khususnya rumah Imam Hasan al-Askari, diawasi terus menerus dan dimata-matai secara cermat oleh para agen rahasia negara Abbasiyyah.

Khalifah Abbasiyyah, Mu’tamid, telah menunjuk sejumlah bidan untuk melakukan tindakan mata-mata di keluarga Hasyimi guna mengumpulkan informasi tentang kehamilan dan kelahiran anak-anak. Ketika khalifah mendapatkan informasi tentang sakitnya Imam al-Askari, ia memerintahkan para pengawalnya mengawasi terus menerus rumah Imam. Ketika mendengar bahwa Imam as wafat, ia melakukan penyelidikan ke rumah Imam guna mencari lokasi anaknya. Selain itu, ia mengirim sejumlah bidan untuk memeriksa hamba-hamba perempuan Imam guna mengetahui apakah mereka itu hamil. Jika seorang perempuan ditemukan hamil, ia ditawan dan dipenjarakan.

Para bidan mencurigai salah satu dari hamba perempuan itu hamil dan melaporkannya kepada khalifah. Khalifah memerintahkannya untuk dikurung di sebuah kamar dan menyuruh Tahrir, pelayannya, mengawasinya secara ketat. Ia tidak membebaskannya sampai ia yakin bahwa perempuan itu tidak membawa anak Imam. Ia tidak berhenti pada Ahlulbait Imam Hasan al-Askari. Sebaliknya, segera setelah pemakaman Imam usai, ia memerintahkan agar rumah-rumah itu diselidiki dan diawasi ketat.

Sekarang, Anda bisa memahami mengapa Imam Hasan al-Askari, yang hidup dalam keadaan berbahaya tersebut, tidak bisa melakukan apapun selain menyembunyikan kelahiran putranya dari manusia sehingga anaknya akan tetap bebas dari rencana-rencana jahat mereka. Nabi dan para penerusnya yang sah, para imam, menubuatkan kondisi-kondisi ini dan mengabarkan kepada orang-orang kelahiran Imam Keduabelas secara rahasia.

Bagaimanapun, riwayat-riwayat semacam itu tidak diketahui dalam laporan-laporan sejarah. Sebagaimana Anda maklum, ketika Fir’aun tahu bahwa seorang anak akan lahir di kalangan Bani Israil yang akan mengakhiri kerajaannya, ia berusaha mencegah bahaya tersebut dan mengirim para agennya mengawasi secara ketat semua perempuan hamil dan membunuh semua bayi laki-laki serta menahan semua anak perempuan yang dilahirkan. Semua tindak kejahatan ini tidak menyampaikannya kepada tujuan. Allah menjadikan kelahiran Musa tetap tersembunyi sehingga tujuan Ilahi bisa terpenuhi.

Menyangkut Imam Hasan al-Askari, meski dalam situasi bahaya, ia tetap mengabarkan kelahiran putranya kepada sejumlah sahabat dan para pengikutnya yang amanah sehingga mereka akan terus menerima petunjuk. Sebab itu, ia meminta mereka merahasiakan masalah itu dari para musuh dan meminta agar mereka tidak menyebutkan namanya sekalipun.