Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sudahkah Kita Menghadap Kepada Rasulullah saw

1 Pendapat 05.0 / 5

Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk datang menghadap Rasulullah saw agar mereka memohon ampun kepada Allah dan agar beliau memohonkan ampun untuk mereka. Karena doa Rasulullah saw pasti akan diterima oleh Allah swt.

Allah swt berfirman,

وَلَوۡ أَنَّهُمۡ إِذ ظَّلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ جَآءُوكَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ ٱللَّهَ وَٱسۡتَغۡفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُواْ ٱللَّهَ تَوَّابٗا رَّحِيمٗا

“Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzhalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS.An-Nisa’:64)

Sementara dalam ayat yang lain Allah swt mengecam orang-orang munafikin yang ketika mendapat perintah untuk menghadap kepada Rasulullah saw agar Rasul memohonkan ampunan untuk mereka namun mereka enggan karena sombong dan congkak.

Allah swt berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ وَرَأَيۡتَهُمۡ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan menyombongkan diri. (QS.Al-Munafiqun:5)

Dua ayat ini memberikan kepada kita sebuah pemahaman yang sangat penting tentang kehadiran seseorang ke hadapan Rasulullah saw. Hadir untuk mengunjungi beliau dalam rangka memohon agar beliau rela memohonkan ampunan kepada Allah swt bagi kita umatnya.

Ayat ini berlaku disaat beliau hidup maupun disaat beliau telah wafat. Karena dalam ayat-ayat lain Al-Qur’an telah berulang kali menjelaskan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian hanyalah pintu untuk berpindah ke alam lainnya. Disana mereka juga bisa mendengar dan melihat.

Bukankah Al-Qur’an menjelaskan bahwa para Syuhada’ tidaklah mati. Merek tetap hidup seperti dalam firman-Nya,

وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ

“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS.Al-Baqarah:154)

وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki.” (QS.Ali ‘Imran:169)

Bukankah didalam Surat Yasin kita diceritakan bagaimana orang yang syahid dibunuh karena membela para Rasul itu berkata :

قِيلَ ٱدۡخُلِ ٱلۡجَنَّةَۖ قَالَ يَٰلَيۡتَ قَوۡمِي يَعۡلَمُونَ – بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ

Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.” (QS.Ya-Sin:26)

Apabila kemuliaan semacam ini dimiliki oleh orang-orang yang syahid, maka bagaimana dengan Sayyidul Wujud Muhammad saw?

Selain itu kita dapat temukan banyak sekali dalil-dalil dari riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw akan menjawab salam dari siapapun yang mengirimkan salam untuk beliau.

Salah satunya adalah :

مَا مِن أَحَدٍ يُسَلِّم عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ السَّلَام

“Tidak seorang pun mengucap salam padaku kecuali Allah akan mengembalikan Ruhku hingga aku menjawab salam mereka.”

صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُم تَبلُغُنِي حَيثُ مَا كُنتُم

“Bersolawatlah kepadaku karena sungguh solawat kalian sampai kepadaku dimanapun kalian berada.”

Bahkan dalam setiap solat kita selalu mengatakan :

السَّلَامُ عَلَيكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Dan salam ini bukan sekedar ucapan biasa. Namun salam ini adalah sebuah salam yang nyata dari seorang yang hidup didunia kepada Nabinya yang juga masih hidup di alam lainnya.

Ayat dan riwayat ini cukup untuk menekankan bahwa kita tetap diperintahkan untuk mendatangi Rasulullah saw dan menziarahi beliau agar beliau memohonkan ampunan bagi kita semua.

Selain itu, kedatangan kita kepada Nabi saw adalah bukti kecintaan dan penghormatan kita kepada beliau.

Bahkan ketika kita membaca ayat tentang adab dihadapan Nabi untuk tidak mengangkat suara dihadapan beliau, sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini berlaku di masa hidup ataupun di masa beliau telah wafat. Kita tetap diperintahkan menjaga adab dihadapan makam suci beliau.

Allah swt berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS.Al-Hujurat:2)

Dan Subhanallah ayat ini masih tertulis di atas pusara suci beliau sebagai isyarat bahwa penghormatan kepada Nabi tetap harus di jaga karena beliau masih tetap hidup walau di alam yang lainnya.

Belum lagi kita sering mendengar berbagai riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw selalu mendapat laporan dari setiap perbuatan umatnya di hari Senin dan Kamis dan dalam riwayat lain di hari Jum’at.

Maka sungguh beruntung siapa yang telah mendatangi makam suci Nabi saw. Dan sungguh beruntung pula siapa yang selalu berziarah kepada Nabi saw walau dari jauh sekalipun.

Dekatkan jiwa kita kepada Rasulullah saw dengan selalu berziarah kepada beliau dan memperbanyak solawat untuk beliau.

Semoga bermanfaat.