Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Selama Ghaibah Kubra Bagaimana Imam Mahdi Afs Mencukupi Kebutuhan Hidup

1 Pendapat 05.0 / 5

Disebutkan bahwa Imam Mahdi Afs setelah selesai masa ghaibah sughra beliau memasuki ghaibah kubra, dimana pada fase ini tidak ada seorang wakil pun yang langsung menjadi wakil beliau.

Beberapa timbul pertanyaan, lalu bagaimana beliau mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apakah beliau juga bekerja sebagaimana umumnya manusia? Atau bagaimana?

Dalam sumber-sumber rujukan baik al-Quran maupun riwayat dari Nabi Saw dan Maksumin as tidak ada pernyataan yang menjelaskan hal ini secara detail. Penjelasan yang ada adalah bahwa beliau juga hidup dengan umumnya manusia, beliau hidup diantara manusia tapi tidak ada yang mengenal beliau sebagai Imam Mahdi, sebagaimana disampaikan oleh Imam Shadiq as, “Shahib az zaman karena kemiripannya dengan Nabi Yusuf as, dimana saudara-saudara Yusuf walau sudah besar dan juga berpengalaman, sebelumnya juga hidup bersama Nabi Yusuf (dari semasa Nabi Yusuf as bayi hingga anak-anak), ketika mereka datang ke Mesir dan bertemu dengan Nabi Yusuf as, mereka sama sekali tidak mengenali Nabi Yusuf as sebagai adik mereka, mereka tidak akan mengenal Nabi Yusuf kecuali Nabi Yusf sendiri yang memperkenalkan sendiri kepada mereka. Lalu mengapa masyarakat ada yang menolak bahwa Allah Swt juga mempraktikkan ini kepada Shahib Az Zaman Afs. Beliau juga hidup ditengah-tengah manusia, beliau juga pergi ke pasar, berjalan diantara mereka hanya saja manusia tidak ada yang mengenalnya. Demikianlah cara hidup Imam Mahdi Afs sampai nanti ketika beliau diperintahkan untuk memperkenalkan diri beliau kepada halayak.”

Dari sini jika kita tidak mencari-cari tahu terkait kehidupan pribadi Imam Zaman maka hal itu lebih baik bagi kita.

Tidak ada keraguan bahwa kehidupan beliau baik selama masa Ghaibah atau nanti ketika beliau sudah hadir ditengah-tengah kita dan memimpin dunia (semoga Allah mempercepat hal itu) maka tata cara hidup beliau tidak akan jauh berbeda dengan para leluhur beliau. Kita tahu bahwa leluhur beliau adalah petani, peternak, para pekerja keras dan dari hasil kerjanya sebagian besar disedekahkan kepada yang membutuhkan. Jadi beliau juga tidak hanya seorang yang maksum, tapi beliau juga tinggi dalam ketaqwaan dan dalam menjalani hidup bukan orang yang dipermainkan dunia. Bukan orang yang akan risau karena pendapatan yang banyak atau sedikit seperti manusia pada umumnya. Seperti kita tahu bahwa Allah menjadi penjamin bagi siapa saja yang berusaha dan percaya kepada-Nya, termasuk dalam urusan kehidupan. Disebutkan bahwa jika taqwa itu dibagi menjadi sepuluh maka sembilan bagian darinya adalah dalam mencari nafkah yang halal. Jadi jelas bahwa beliau tidak menganggur. Sebagian umur dari Nabi Saw digunakan untuk beternak menggembalakan hewan peliharaan. Sebagian Nabi juga bekerja sebagai tukang kayu, ada juga yang bekerja sebagai pedagan. Nabi Daud as dengan pemerintahan yang sangat kuat dan luas, beliau mendapatkan banyak masukan dari bekerja sebagai pandai besi. Beliau membuat pedang dan perisai. Nabi Sulaiman yang bahkan memiliki pemerintahan seluruh bumi, beliau juga bekerja.

Tapi perlu kita garis bawahi bahwa pekerjaan paling penting para Auliya adalah sebagai karyawan Allah Swt, bekerja mengabdi kepada-Nya. Sebaik-baik pengabdi-Nya adalah Nabi Muhammad Saw.

Allah yang Maha Pemberi Rizqi suatu ketika juga menunjukkan kebesaran-Nya, pada kisah Sayidah Maryam ibunda Nabi Isa as dan salah satu wanita teladan yang diberikan jaminan surga oleh Allah SWT beliau dalam ruangan namun selalu ada makanan berupa buah-buahan.

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَکَفَّلَهَا زَکَرِیَّا کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیْهَا زَکَرِیَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ یَا مَرْیَمُ أَنَّى لَکِ هَـذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ یَرْزُقُ مَن یَشَاء بِغَیْرِ حِسَابٍ

“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”

Bahkan juga kita dapati untuk masyarakat yang sikapnya kurang ajar, hanya mementingkan hawa nafsu dari bani Israil juga mendapatkan makanan langsung dari langit. Hal ini secara jelas dijelaskan dalam ayat-ayat Alquran Surat AlBaqarah. Jadi andai Imam Zaman juga mendapat keberkahan ini hal itu bukan hal aneh. Misalnya beliau harus menyelsaikan banyak urusan demi menuntun umat manusia yang sudah terlanjur parah.

Diantara umat manusia karena kesibukannya juga ada yang hanya berinvestasi lalu mereka mendapatkan jatah dari saham mereka setiap bulan atau bahkan setiap hari. Berinvestasi adalah perbuatan halal, hasilnya juga halal.

Tetapi kembali kita tekankan bahwa kehidupan Imam Zaman itu tidak berbeda dengan pendahulu beliau. Jadi bisa saja nanti atau bahkan sekarang Imam Zaman juga bertani, beternak dll demi mencukupi kehidupan beliua pribadi.

Kasus dan pertanyaan seputar pekerjaan Imam Mahdi as ini juga berlaku dalam menjawab apakah Imam Mahdi afs sudah menikah dan memiliki anak?

Ada sebuah standar dalam menjalani hidup, kita sebagai manusia yang memiliki akal pikiran jelas akan memiliki banyak pertanyaan dalam hidup, namun tidak semua pertanyaan perlu kita risaukan. Ada sebagian pertanyaan yang perlu kita sortir, jadi kita tanyakan ulang kepada diri kita, jika kita mengetahui jawaban dari pertanyaan itu apakah kita akan masuk surga atau menjadi masuk neraka atau tidak ada efeknya sama sekali, kita tahu apakah Imam Mahdi afs punya istri atau tidak tidak berpengaruh kepada aqidah kita.

Rujukan:

https://www.porseman.com/article/174360