Dunia Anak Siapa Menentukan(bagian1)

Anak yang masih kecil, dengan pengetahuan bawaan mereka detik demi detik menerima informasi baru. Mereka adalah makhluk yang sangat antusias dalam menerima adanya perbedaan. Mereka memiliki jiwa besar untuk mengeksplorasi segala hal disekitar mereka.

Anak tidaklah bagaikan kertas kosong. Didalam diri anak sudah ada fitrah, yaitu pengetahuan-pengetahuan dasar bekal perjalanan panjang mereka khususnya dalam melewati ujian di dunia fana. Anak-anak kecil adalah pemilik ilmu natural phylosophy. Sebuah kemampuan yang luar biasa, dimiliki oleh setiap anak yang lahir kedunia. Jiwa yang terus haus pada pengetahuaan dan hal-hal baru.

Terkait dunia yang dipilih anak ada beberapa kemungkinan:

    Anak sendiri yang menciptakan dunianya.
    Anak memilih dan menciptakan dunianya dengan bimbingan orang tua.
    Tuhan yang menciptakan dunia bagi anak atas nama takdir.

Anak sendiri secara mandiri pasti akan kesulitan untuk menentukan pilihan. Perjalanan di dunia fana sangat banyak jebakan yang sangat berbahaya. Anak secara teoritis tidak bisa melakukan pemilihan ini sendiri. Dia butuh kepada orang lain khususnya orang tuanya sendiri. Jadi anak perlu diberitahu dan anak bisa memilih sendiri diantara pilihan-pilihan itu.

Terkait pemilihan dunia orang tua bisa melihat contoh-contoh yang ada didalam Al-Qur’an sebagai pelajaran. Contoh-contoh yang dipaparkan begitu cantik dalam Al-Qur’an. Salah satunya Allah Swt berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هذَا الْأَدْنى‏ وَ يَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنا وَ إِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ…

Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun.” Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga)….[1]

Manusia-manusia ini memilih kehidupan adna(الْأَدْنى), yakni alam dunia materi, dunia fana ini. Orang-orang yang sejatinya menjadi pewaris taurat ini mereka juga yang pertama kali menyimpang. Mereka terpana oleh kemilau harta benda dunia, mereka juga tanpa rasa malu sudah melakukan perbuatan buruk dengan sengaja di depan umum. “Kami akan diberi ampun”, mereka merasa sebagai kelompok istimewa penerima warisan Taurat, karenanya mereka berhak berbuat semau mereka lalu pasti akan dimaafkan. Setelah dimaafkan ketika datang lagi dunia (harta atau kenikmatan lainnya) kepada mereka, mereka juga akan mengambilnya, walau mereka sudah berkata bertaubat meminta maaf. Begitu terus sepanjang hidupnya, sebab itulah tipikal kehidupan yang sudah mereka pilih didalam perjalanan panjang ini. Sifat rakus yang tiada hentinya. Sifat rakus yang akhirnya menutupi keinginan fitrah mereka untuk bertaubat, berhenti dan meminta ampunan. Ketika harta dan kenikmatan dunia sudah memanjakan mereka, sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, suara fitrah yang sudah redup semakin dengan mudah mereka abaikan.

“Kami akan diberi ampun”, ini juga menunjukkan bahwa mereka memilih dunia dari kehidupan akhirat itu dalam keadaan sadar, mereka tahu bahwa yang mereka lakukan itu keliru. Mereka merasa memiliki nyawa sehingga bisa menunda kapan datangnya kematian. Padahal kematian bisa datang kapan saja, bisa datang pada saat orang-orang itu sedang berniat untuk memilih dunia, atau baru saja memulai untuk memilih dunia, atau sedang dalam keemasan dalam proses itu, atau pada saat mereka sudah tidak lagi memiliki dunia lagi. Mereka lupa bahwa kematian adalah misteri, dirahasiakan untuk semua manusia sehingga manusia selalu dalam keadaan berjaga-jaga, tidak lalai dan terpukau oleh indah dan nikmatnya dunia.

“Kami akan diberi ampun”, memang beberapa orang ada yang selama hidup selalu diisi dengan semua perbuatan maksiat, setelah umur 60 tahun berhenti dan bertaubat berubah menjadi orang yang taat menjalankan ajaran agama. Namun hal ini tidak bisa menjadi tolok ukur, masing-masing individu memiliki garis kematian masing-masing.

Ada yang perlu disadari bahwa selama kehidupan tidak sedikit perbuatan haram dihukumi haram karena menyangkut kepentingan orang banyak. Jika perbuatan haram itu berhubungan dengan orang banyak untuk bertaubat maka harus meminta maaf kepada mereka. Taubat akan diterima ketika orang-orang yang dizalimi memaafkan kesalahannya. Dalam hal ini ada kondisi dimana orang yang dizalimi sudah meninggal dunia atau sangat sulit ditemui. Jika demikian maka dia tidak memiliki kesempatan lagi untuk bertaubat secara total.

Orang tua selayaknya memaparkan contoh-contoh orang yang telah memilih kehidupan dunia dibanding akhirat. Menceritakan betapa banyak kemungkinan yang sangat merugikan bagi orang yang memilih kehidupan dunia dan berencana untuk bertaubat di detik-detik akhir kehidupannya.

Kehidupan kaum Saba yang bergelimang harta lantaran tanaman yang penuh dengan buah-buahan dan akhirnya kehidupan itu sirna setelah didatangkan bencana  besar, akibat mereka tidak mau bersyukur.

Kehidupan Qorun orang yang bekerjakeras demi mengumpulkan harta benda dunia, harta yang menurutnya hanya hasil kerja kerasnya semata, tidak ada hubungan dengan Allah SWT sehingga tidak mau mengeluarkan zakat mal.

Kehidupan Firaun, harta melimpah ruah, tubuh sehat tidak pernah sakit sehingga merasa pantas menjadi Tuhan, dia juga memiliki tentara ribuan bersenjata lengkap. Namun sekali hantam mereka lenyap didalam lautan tidak bisa memberikan sedikit perlawanan pun. Mereka memilih dunia dibanding mengikuti jalan Musa as.