Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Telaah atas Ilmu dalam Quran dan Ilmu Nabi Muhammad saw (Bagian 1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Semua tema tentang Baginda Nabi Muhammad saw merupakan topik yang selalu hangat untuk dikaji. Salah satunya terkait ilmu beliau saw, misal apakah kita harus terima jika suatu kejadian disebut tertuang dalam kitab-kitab tharikh atau di kutub sittah, bahwa Nabi Muhammad saw tidak mengerti masalah pertanian? Terkait perkebunan kurma, seputar bagaimana mengelola pohon kurma, waktu tanam, pengawinan bunga dll. Dapat dipahami jika kita menerima kejadian ini tanpa membuka ruang kritik bahwa Ilmu Nabi itu terbatas hanya masalah “agama” saja, beliau tidak mengerti masalah teknis penanaman pohon kurma, zaitun atau tanaman lainnya. Tulisan ini tidak bermaksud mengajukan debat dengan dengan pihak mana pun. Tulisan ini hanya ungkapan kegelisahan dan ingin memberikan sudut pandang lain terkait ilmu Nabi Muhammad saw sesuai yang penulis pahami.

Berangkat dari kegelisahan hati tentang pernyataan seseorang terkait terbatasnya ilmu Nabi saw, penulis penasaran dan menelisik sebenarnya Ilmu Nabi saw itu seperti apa? Disini ada beberapa opsi yang penulis tawarkan dan bisa jadi bahan perenungan bersama:

    1. Ilmu Nabi Muhammad saw adalah Ilmu Alquran itu sendiri.
    2. Semua Ilmu secara keseluruhan ada dalam Quran
    3. Semua ilmu ada dalam Quran tapi Nabi tidak memilikinya, Nabi saw hanya mengutip darinya.
    4. Semua ilmu ada dalam Quran dan Nabi juga memilikinya.
    5. Semua ilmu ada pada Nabi saw tapi tidak dengan Quran.
    6. Semua ilmu ada dalam Quran tapi hanya sebatas untuk jalan hidayah.

1. Ilmu Nabi Muhammad saw adalah Ilmu Alquran itu sendiri

Ilmu Quran disini adalah ilmu tentang agama semata. Jadi baik Nabi saw maupun Quran keduanya sama-sama tidak mengetahui sesuatu pun selain ilmu syariat agama. Jika disebut demikian maka bermakna bahwa Nabi hanya memiliki Ilmu tentang Quran, fikih, aqidah, sejarah dan semacamnya, jelas dengan batasan-batasan tertentu saja. Hal ini akan tertolak karena ada ayat-ayat yang menjadi kunci penting dalam ilmu kedokteran, misalnya ayat yang memerintahkan untuk makan dan minum dengan tidak berlebih-lebihan, berita kejadian masa mendatang yaitu kekalahan Romawi dalam catatan sejarah dll.
غُلِبَتِ الرُّومُ

    Telah dikalahkan bangsa Romawi,

في‏ أَدْنَى الْأَرْضِ وَ هُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ

    di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang,

في‏ بِضْعِ سِنينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَ مِنْ بَعْدُ وَ يَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ

    dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka)[1]

2. Semua Ilmu secara keseluruhan ada dalam Quran

Pernyataan ini juga menuai pro kontra, sebab banyak akan kesulitan ketika diminta menunjukkan rumus pembuatan Nano teknologi, teknologi cloning, ilmu komputer, ilmu pembuatan terowongan dibawah laut, ilmu tentang 5 G dan lainnya di dalam ayat-ayat Quran. Para ilmuan juga tidak ada yang menjadikan Quran sebagai rujukan utama dan pertama dalam penelitian ilmu fisika yang mereka pelajari, begitu juga dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Sekilas pernyataan semua ilmu secara keseluruhan ada dalam Quran sulit dipertahankan. Mengingat kandungan terbesar dari ayat-ayat Quran adalah ayat yang berisikan kisah nyata yang pernah terjadi dimasa lampau, walau ini pun diperdebatkan ada yang menyatakan bahwa kejadian dalam Quran adalah benar-benar pernah terjadi, ada juga yang berpandangan bahwa itu tidak benar-benar terjadi (merupakan kisah fiktif) yang diadakan dengan tujuan agar menjadi pelajaran. Menurut hemat penulis, kisah yang benar-benar terjadi akan memberikan efek yang lebih kuat kepada pembaca Quran, jika kisah yang diuraikan Quran adalah kisah fiktif maka pembaca bisa mengatakan buat apa mempercayai hal yang hanya diada-adakan. Seperti kasus mengapa yang dikirim untuk memberi hidayah manusia mengapa dipilih  dari seorang manusia bukan malaikat, dalam hal dijawab langsung bahwa jika utusan itu adalah seorang malaikat maka manusia juga akan mencari-cari alasan, mengatakan karena utusannya berupa malaikat maka kami tidak bisa menirunya, bagaimana mungkin manusia biasa bisa meniru malaikat.[2]Tetap saja musyrikin akan mengingkari dan meragukannya.

Memang Quran memiliki sifat Quranun Mubin, yakni semua kitab langit seperti taurat, zabur, dan injil. Selain itu diantara tiga kitab ini tidak ada yang menyatakan bahwa semua ilmu ada dalam kitab zabur, injil atau dalam kitab taurat.

Bersambung ke bagian dua..

CATATAN:

[1] Qs Rum: 2-4.

[2] “Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan ia berupa seorang laki-laki dan (jika Kami jadikan ia berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu.” (al An’am: 09)