Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Manusia dan Menempatkan Pelindung[1] Terbaik

1 Pendapat 05.0 / 5

Sekarang beberapa remaja cukup menikmati dengan menyebut dirinya sebagai generasi Ambyar. Kelompok anak-anak remaja putra dan putri patah hati, generasi mundur alon-alon, generasi galau, tidak pusing dengan masa depan, menghabiskan waktu dengan ketidakjelasan, generasi tanpa memiliki impian, generasi yang salah dalam memilih tempat berlindung atau melampiaskan kegalauan hati.

Allah swt sebagai pencipta manusia sangat mengerti dengan semua kebutuhan yang dimiliki manusia. Termasuk apa-apa yang dibutuhkan manusia diusia remaja. Bukan hanya itu, Allah bahkan juga sudah menyiapkan apa saja yang secara primer maupun sekunder dibutuhkan manusia. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung, manusia tanpa adanya oksigen dalam 30 menit saja sudah tidak mampu bertahan. Allah pun menempatkan manusia di bumi, sebuah planet yang penuh dengan oksigen dan sumber-sumber alami produsen oksigen.

Andai ada kekurangan dan kerusakan seperti kasus kabut sehingga orang kesulitan bernafas, itu tidak lain adalah karena adanya unsur kesalahan dari manusia itu sendiri. Membakar hutan, membuka lahan, demi keserakahan pribadi dan perusahaan yang dikelola. Demi mendapat jumlah uang yang lebih berlipat lagi. Orang-orang yang meyakini uang sebagai pelindung terbaik.

Secara jelas manusia diperintahkan Allah untuk berlindung, qul a’uzu…, katakanlah “aku berlindung…., kepada apa dan siapa berlindung?, jelas diperintahkan berlindung kepada yang paling bisa melindungi, Yang Maha kuasa.

Kejadian meminta perlindungan dalam Quran bisa kita lihat dalam kisah Nabi Nuh as. Beliau sudah berdakwah hampir 1000 tahun namun yang mengikuti ajaran beliau hanya segelintir saja, Allah menguji Nabi Nuh as, Dia menyuruh sang Nabi untuk membuat kapal ditengah-tengah daratan yang jauh dari sungai atau laut, beliau harus sabar mendengar ejekan dan cercaan dari kaumnya sendiri, disebut pandir, bodoh, gila, kurang kerjaan dan semacamnya, lalu dihari yang dijanjikan ternyata pada awalnya langit tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa akan segera hujan, namun setelah itu Allah memerintahkan langit dan bumi untuk mengeluarkan air sehingga terjadi banjir bandang. Ketika banjir sudah benar-benar terjadi, ternyata anak Nabi Nuh sendiri ada yang tidak beriman kepada beliau, ketika diajak naik kapal anak itu berkata, aku akan mencari gunung yang lebih tinggi (dan aku akan selamat), ajakan Nabi Nuh ini sebenarnya bukan ajakan seorang ayah kepada anaknya, lebih kepada ajakan seorang Nabi kepada umatnya, namun pemuda itu meyakini adanya pelindung yang lebih unggul dengan penalarannya sendiri, dia yakin gunung bisa mengalahkan banjir, padahal Allah dengan mengajaknya naik ke atas perahu bukan menyuruh naik ke gunung sedang berkata bahwa banjir ini akan melampaui gunung juga. Akhirnya anak durhaka itu pun ikut binasa bersama orang-orang kafir lainnya.

(Bersambung)