Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Manusia dan Menempatkan Pelindung[1] Terbaik (selesai)

1 Pendapat 05.0 / 5

Dalam kehidupan ini kita juga sering dihadapkan dengan dua pilihan untuk dijadikan sebagai pelindung, menjadikan Allah sebagai pelindung atau menjadikan logika matematik kita sebagai pelindung, misal ada yang sedang bekerja ditempat maksiat, dia mendapat gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perbulannya ketika dia bekerja disana, dia berpikir bahwa jika dia keluar dari tempat bekerjanya itu maka anaknya akan kehilangan rizki, disini dia lalai bahwa Allah adalah sebaik-baik penjamin, Dia menjamin rizki setiap manusia, bahkan semua makhluk yang ada diseluruh alam semesta. Uang yang ia dapatkan di tempat maksiat bukanlah sebuah rizki, uang dari tempat-tempat seperti itu sulit menjadikan seseorang mendapat keberkahan, rumah tangga pun tidak akan bahagia, selalu gelisah, selalu terjadi seteru, anak-anak kurang mendapat perhatian dan selamanya, rizki Allah adalah rizki yang membawa keberkahan dalam keluarga.

Allah adalah sebaik-baik pelindung, manusia semuanya sudah dijamin rejekinya oleh Allah swt.

Allah berfirman
وَ يا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّماءَ عَلَيْكُمْ مِدْراراً وَ يَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلى‏ قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمينَ

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa“. [2]

Jika manusia mau beristighfar dan bertaubat maka bagi mereka disediakan limpahan rizki, dalam ayat ini disebut yursilu sama’a midrara, menurunkan hujan yang sangat deras, ini adalah gambaran limpahan rizki dari Allah, seperti kita baca dalam surat albaqarah,
وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن

….dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala jenis buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.[3]

Namun sayang karena sering kali manusia mengedepankan logika dan matematika materiil mereka dari Allah, berulang-ulang Allah memerintahkan untuk hanya kepadanya bersandar, menjadikan Dia sebagai wakil karena Dia adalah sebaik-baik wakil. Namun tidak dihiraukan.
إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ رَبِّي وَ رَبِّكُمْ ما مِنْ دَابَّةٍ إِلاَّ هُوَ آخِذٌ بِناصِيَتِها إِنَّ رَبِّي عَلى‏ صِراطٍ مُسْتَقيمٍ

Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku berada di atas jalan yang lurus.[4]

Seyogyanya kita bertawakal kepada Allah karena Dia Yang Paling Kuasa, tidak ada yang berada diluar-Nya,  semua rizki berasal dari-Nya. Dari sini seyogyanya semua hal kita kembalikan kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, melakukan iyyaka nasta’in kepada-Nya dalam segala hal, ketika sakit hati kita mengadu kepada-Nya, sungguh tidak bijak untuk membiarkan diri menjadi generasi sakit hati, generasi yang tertolak dan hidup berlarut-larut dalam ketidak pastian. Indonesia adalah bangsa maju tak gentar, bukan mundur alon-alon, dengan keyakinan kuat pada-Nya, singkirkan rintangan, tidak perlu menyerah, cari inovasi baru, kalau melamar ditolak lamar lagi yang lain sampai dapat, sambil dipersiapkan yang seharusnya dipersiapkan. Semoga pemuda-pemudi Indonesia dan seluruh dunia menjadi generasi yang optimis dan senantiasa berpikir positif.

CATATAN:

[1] Berlindung dalam KBBI – ber·lin·dung adalah kata kerja yang bermakna, menempatkan dirinya di bawah (di balik, di belakang) sesuatu supaya tidak terlihat atau tidak kena angin, panas, dan sebagainya; bersembunyi. (https://kbbi.web.id/perlindungan ) Jadi berlindung adalah memanfaatkan pihak lain baik benda atau non bendawi yang diyakini bisa memberikan keamanan dari gangguan atau keburukan suatu hal.

 

[2] Hud : 52.

[3] Al Baqarah: 22.

[4] Hud: 56.