Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah Orang Gila dan Seorang Lelaki yang Tidak Menikah

1 Pendapat 05.0 / 5

Tingkah laku orang dalam menjalani hidup di dunia begitu macam-macam dan juga aneh-aneh, ada yang menyembunyikan identitasnya serapat mungkin ada juga yang bangga dengan identitasnya supaya dikenal banyak orang dan itu adalah pilihan pribadi masing-masing. Termasuk pilihan berpura-pura menjadi gila, karena akan dipaksa menjabat sebuah jabatan.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu al-Qasim an-Naisaburi dalam karyanya Uqala al-Majanin. Bahwasanya Abu Ma’syar pernah berkata, ada seorang lelaki yang bersumpah untuk tidak menikah sampai dia telah berkonsultasi dengan seratus orang. Dan si lelaki tersebut telah berkonsultasi dengan 99 orang dan tinggal membutuhkan satu orang lagi yang perlu dimintai pendapat untuk mencapai jumlah 100 orang. Lalu dia keluar rumah untuk bertanya kepada orang yang akan pertama kali ditemuinya.

Setelah keluar rumah, si lelaki tersebut melihat orang gila yang memakai kalung dari tulang, mukanya hitam, menaiki rotan seolah sedang menaiki kuda dan membawa tombak. Lelaki tersebut kemudian menyalami orang gila itu, dan menyatakan keinginannya untuk bertanya. Orang gila tersebut kemudian berkata; “Tanyakan apa yang penting. Tinggalkan pertanyaan yang tidak perlu. Dan jangan hiraukan tombak di kuda ini”.

Lelaki itu kemudian berkata; “Demi Tuhan, dia seorang yang gila”. Kemudian si lelaki menjelaskan kepada orang gila tersebut tentang apa yang akan ditanyakannya. Sang lelaki kemudian berkata; “Aku lelaki yang beranggapan bahwa perempuan itu hanya menyulitkan. Makanya aku bersumpah untuk tidak menikah, kecuali berkonsultasi dengan seratus orang dan engkau adalah orang yang keseratus”.

Orang gila itu kemudian berkata; “Ketahuilah! Perempuan itu ada tiga macam: pertama baik untukmu (laka). Kedua, berbahaya bagimu (‘alaika). Ketiga, tidak baik untukmu dan juga tidak berbahaya bagimu.” Kemudian orang gila tersebut menjelaskan tentang maksud ucapannya itu, dan dia berkata; “Perempuan yang baik untukmu adalah perempuan terpuji yang tidak pernah disentuh pria. Dia adalah perempuan baik untukmu dan tidak berbahaya buatmu. Jika perempuan itu melihat lelaki baik, dia memuji. Jika dia melihat lelaki buruk, dia berkata; lelaki memang semacam itu.”

Kemudian si gila itu melanjutkan penjelasannya; “Adapun perempuan yang berbahaya bagimu dan tidak baik untukmu adalah perempuan yang punya anak selainmu. Dia perempuan yang membuka pakaian untuk lelaki lain dan bersetubuh untuk mendapatkan anak dari lelaki lain juga. Adapun perempuan yang tidak baik untukmu dan tidak berbahaya bagimu adalah seorang janda. Jika dia melihat lelaki baik, dia mengatakan “Demikianlah yang seharusnya”. Jika dia melihat lelaki buruk, dia merindukan suaminya yang pertama.”

Mendapat jawaban seperti itu, tentu saja si lelaki heran. Karena apa yang diucapkan oleh orang gila tersebut adalah makna-makna terkait hadis Nabi SAW dalam memilih perempuan untuk dinikahi dan banyak tertulis dalam kitab-kitab fikih. Kemudian lelaki tersebut mengatakan sambil bertanya; “Engkaulah orang yang kucari selama ini! Apa yang mengubahmu menjadi seperti yang aku lihat seperti saat ini?” Orang gila tersebut kemudian berkata; “Bukankah aku telah memberitahumu untuk tidak menanyakan perkara yang tidak perlu?” Kemudian si lelaki tersebut bersumpah untuk tidak bertanya lagi, namun orang gila tersebut kemudian berkata; “Aku dipaksa menjadi  hakim (qadhi). Lalu aku memilih menjadi apa yang kau lihat daripada menjadi seorang hakim.”

Orang yang memilih gila daripada menjadi hakim tersebut, tentu saja mempunyai alasan tersendiri dengan pilihannya dan telah mempertimbangkan resikonya yaitu akan dianggap gila beneran. Walaupun suatu saat akan terbuka identitasnya. Di sisi lain, sebagai seorang manusia kita bisa mengambil hikmah dari manapun datangnya termasuk dari orang gila sekalipun. Karena kita tidak tahu apa yang disembunyikan dibalik masing-masing orang.