Menghapal Quran Sampai ke dalam Hati

Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [1]

Poin dari ayat diatas:

– Ayat ini menjelaskan bahwa Quran diturunkan kepada Nabi kedalam hati beliau bukan kedalam pikiran beliau berupa hafalan dalam pikiran semata.

– Allah menurunkan Quran melalui malaikat Jibril.

– Adanya kaitan antara Quran dengan kitab samawi yang sudah diturunkan sebelumnya yaitu kitab taurat, zabur, dan injil. Kitab yang diamanatkan kepada beberapa Nabi sebelumnya.

Tugas nabi adalah menyampaikan Quran tersebut kepada manusia, bukan sekedar untuk dihapalkan dalam pikiran tapi lebih dari itu yakni disampaikan kedalam hati mereka.

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.[2]

Kondisi jaman yang semakin tidak menentu, berita kerusakan moral yang sangat gencar disebarkan di medsos membuat sebagian orang tua menjadi panik, mereka berpikir keras untuk mencari jalan agar anaknya menjadi generasi terjaga.

Sebagian orang tua berkesimpulan bahwa anak harus mengenal agama sedini mungkin. Secara lebih spesifik hal ini diterjemahkan bahwa anak-anak dikirim ke pondok-pondok pesantren takhfidz untuk menghapalkan Quran.

Sejarah Sebagian Penghapal Quran

Dalam sejarah sebagian sahabat ada yang mendedikasikan diri untuk menghapal quran. Menghapal Quran dijadikan sebagai salah satu pilihan cara hidup. Menghapal dan menjaga hapalan tersebut.

Pada masa pemerintahan Imam Ali kw ada sebagian pasukan beliau yang memisahkan diri, mereka disebut-sebut sebagai kaum khawarij, orang yang telah keluar dari barisan pasukan Imam Ali Kw. Orang-orang khawarij ini adalah sekelompok orang yang getol beribadah, mereka adalah orang yang rajin mengamalkan ajaran Nabi, melakukan puasa dan ibadah-ibadah mahdah lainnya, mereka juga terkenal dengan penghapal Quran. Mendudukan Quran sebegitu tinggi dan penuh hormat. Kelompok ini, memisahkan diri dari kelompok Imam Ali as karena ada perbedaan pendapat dengan Imam Jaman waktu itu, mereka memahami Quran lebih secara lahiriah, sementara Ali As melakukan tindakan-tindakannya sesui Quran dan ajaran Nabi sebab beliau adalah kotanya ilmu, babun ilmi Nabi, Ana madinatul ilmi wa aliyun babuha, Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya.

Dengan ini walau kaum khawarij menghapal quran dengan kuat dan tekun namun mereka tidak mengamalkan yang paling penting. Dalam Quran kaum khawarij dan seluruh muslimin diperintahkan untuk taat kepada Allah, rasulullah, dan ulil amri, pada waktu itu yang menjadi ulil amri adalah Ali bin Abi Thalib, baik ulil amri sebagai imam Ahlul Bait, maupun ulil amri sebagai Khalifah keempat.

Pelajaran penting disini adalah, ketika kita menghapal Quran, atau mendukung anak keturunan kita menghapal Quran sangat utama agar tidak membelakangi ayat-ayat Quran itu sendiri. Setidaknya tetap menjaga hak dari ulil amri pilihan Allah untuk menjadi seorang Imam. Menjadi orang terdepan dan ditaati karena ketaatan kepada Allah.

Menghafal Quran adalah perkara mulia, dan dibarengi dengan pemahaman terkait para ahli Quran yakni ulil amri penjaga Quran maka akan sangat lebih bermakna.

Pengenalan kepada ulil amri ini seyogyanya juga menjadi dasar-dasar pertama sebelum masuk ke dalam dunia hifdzul quran.

Selain pengenalan kepada ulil amri, tujuan menghapal yang tidak hanya sebatas menghapal dalam alam pikiran tapi menghapal sampai ke hati juga perlu disampaikan. Tidak hanya menghapal permukaan Quran berupa rangkaian ayatnya semata, tapi juga mengamalkan isi kandungannya.

Dalam ayat disebutkan juga membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya[3]. Ini adalah modal besar dalam menjaga semangat toleransi antar umat beragama. Terkait kenyataan adanya tahrif atas kitab-kitab samawi sebelum Quran memang tidak bisa dipungkiri. Tapi hal ini tentu tidak menjadi alasan untuk menyalahkan agama lain, apalagi sampai ke tahap kebencian yang mengakar. Jika mereka pada kenyataanya berbeda keyakinan terkait kitab-kitab samawi, tapi kita masih memiliki kesamaan yakni dari sisi kemanusiaan. Ini adalah ajaran yang disampaikan ulil amri pertama yakni oleh Imam Ali bin Abi Thalib.

Menghapal Quran tetap dibarengi dengan akhlak mulia seorang muslim, dengan adab-adab utama seorang penghapal, menghapal quran bukan menjadi tujuan utama. Menghapal quran sebagaimana ilmu gramatikal nahwu sharaf juga merupakan sebuah media semata, sebuah alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

Keberhasilan menghapal lebih kepada sudah sampainya hapalan Quran kedalam hati. Menghapal quran lebih kepada pembenahan ahklak dan untuk mengamalkan akhlak mulia yang terkandung di dalam Quran.

Hal ini kami ringkas dengan kalimat, menghapal quran tidak seperti kaum khawarij dalam menghapal Quran sebab mereka tidak menghormati ulil amri di jaman mereka.

Man mata walam ya’rif imama zamanihi mata jahiliah

Barangsiapa mati dan dia tidak mengetahui imam zamannya maka dia mati dalam keadaan jahiliah.

Tidak mengetahui saja akan seperti ini apalagi menentang dan melawannya.

CATATAN:

[1] Qs Albaqarah: 97.

[2] Qs Almaidah: 67.

[3] Qs Albaqarah: 97.