Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Perjuangan Pemikiran Imam Sajjad as(2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Sejarah mencatat bahwa para imam maksum masing-masing mengadopsi cara tertentu dalam menunaikan risalah dan tanggung jawabnya. Namun, misi, pesan, dan tujuan mereka sama sekali tidak ada perbedaan satu dengan yang lain. Pada periode imamah Imam Sajjad as, situasi sudah tidak memungkinkan untuk memulai sebuah perlawanan baru terhadap Dinasti Bani Umayyah. Pukulan berat dirasakan masyarakat sejak hari pertama perampasan posisi khalifah, pecahnya perang Siffin, Jamal, dan Nahrawan serta periode kelam kekuasaan Mu’awiyah dan Yazid, dan juga peristiwa syahidnya Imam Husein as dan para sahabatnya di Karbala.

Pesimisme dan keputusasaan telah menghantui masyarakat akibat tekanan masif para penguasa Bani Umayyah. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad as tidak bisa terang-terangan – seperti yang dilakukan Imam Baqir dan Imam Shadiq – mengajari dan mendidik murid-muridnya, dan juga tidak memungkinkan untuk menyusun kekuatan terhadap penguasa zalim, seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib as.

Dua persoalan ini bisa membuat pemikiran Syiah di bidang budaya, sosial, dan politik terlupakan untuk waktu yang lama. Di sini, diperlukan sebuah gerakan ijtihadi untuk memperluas ufuk pemikiran kaum Muslim dalam kerangka ajaran Islam dan inilah yang dilakukan oleh Imam Sajjad as ketika itu. Ia menyadari bahwa masyarakat telah menyimpang dan mereka terpasung oleh kemewahan dunia, kerusakan politik, moral, dan sosial, serta kondisi represif yang tidak mungkin untuk memulai sebuah gerakan baru.

Oleh karena itu, Imam Sajjad memanfaatkan media doa untuk menjelaskan sebagian dari akidahnya dan kembali membangunkan masyarakat agar mereka perhatian pada masalah makrifat, ibadah, dan penghambaan. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad fokus pada masalah ibadah dan salah satu pengaruh sosial terpenting adalah terciptanya hubungan masyarakat dengan Allah Swt lewat doa.

Hubungan kontinyu dengan Tuhan dan munajat kepada-Nya akan membuka ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Jelas bahwa dimensi spiritual ini muncul dari kebutuhan fitrah manusia kepada Allah Swt. Kegiatan ibadah ini akan mempengaruhi kehidupan manusia dan membawa manfaat bagi mereka. Orang-orang yang sujud dan ruku' di hadapan keagungan Tuhan, mereka akan memperoleh kemuliaan jiwa dan terhormat.

Di tengah situasi kritis ini, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad melakukan upaya luas untuk mentansfer makrifat agama kepada masyarakat melalui untaian doa. Ia menjelaskan banyak tujuan dan misinya dalam format doa dan munajat. Doa-doa Imam Sajjad kemudian dikumpulkan dalam kitab Sahifah Sajjadiyah, yang dianggap sebagai khazanah makrifat Ilahi setelah al-Quran dan Nahjul Balaghah.

Banyak dari ulama dan perawi hadis menimba ilmu dari Imam Sajjad as. Sebut saja, Ibn Shihab al-Zuhri, meskipun ia loyalis Bani Umayyah dan ulama besar Sunni, tapi ia termasuk salah seorang ulama yang berguru kepada Imam Sajjad dan ia memuji Imam dalam banyak ucapannya.

Doa-doa Imam Sajjad as menjelaskan tentang berbagai peristiwa yang terjadi masa itu. Sahifah Sajjadiyah adalah simbol irfan yang bersumber dari pemikiran epistemologi Imam Sajjad, yang dikenal sebagai Zabur Al Muhammad Saw. Dengan mempelajari kitab ini, seseorang dapat mengenali keagungan ibadah yang dilakukan dengan penuh makrifat oleh sang imam.

Sahifah Sajjadiyah adalah sebuah mahakarya yang selalu mendapat perhatian dari para ulama, peneliti, dan tokoh di Dunia Islam. Lewat kitab ini, Imam Sajjad mengajari semua orang di seluruh masa, dan setiap individu akan mencapai derajat tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Dari mihrab ibadah, Imam telah mendirikan sebuah madrasah pengajaran yang akan mengantarkan orang-orang mengenal hakikat.

Ilmuwan Amerika dan penerjemah kita Sahifah Sajjadiyah, Profesor William Chittick mengatakan, "Sahifah ini mengajarkan banyak pelajaran di berbagai bidang mulai dari tauhid sampai masalah sosial… Imam (dalam Sahifah) menyinggung perkara syariat dalam makna yang luas. Ia selalu menekankan pentingnya mengikuti perintah Allah yang terdapat dalam al-Quran dan hadis untuk kehidupan individu dan sosial. Sahifah juga memuat banyak pelajaran sosial yang khas dan juga perintah yang umum, termasuk urgensitas untuk menegakkan keadilan di masyarakat."

Dengan bait-bait doanya, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad tidak hanya mengajarkan budaya Syiah kepada para pengikutnya pada masa itu, tapi juga mewariskan mutiara berharga ini kepada masyarakat Syiah setelahnya.