Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Remaja dan Pengambilan Keputusan Karir

1 Pendapat 05.0 / 5

Setiap individu dalam menjalankan kehidupannya pasti pernah dihadapkan pada suatu situasi dimana “dia” harus memilih. Pilihan itu bisa 2, 3, 4 bahkan lebih dari itu. Setelah memilih individu tersebut harus menerima dan bertanggung jawab atas segala risiko dan konsekuensi atas pilihannya. Salah satunya adalah Pengambilan Keputusan Karier. Karier dapat diartikan sebagai suatu cita-cita yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan suatu bidang pendidikan, pekerjaan maupun profesi tertentu. Menurut Judge et. al., (2016) dalam membuat keputusan karier, seseorang tidak hanya perlu mengidentifikasi minat, preferensi dan apa yang ingin ditekuni, tetapi juga hal apa yang saat ini dikuasai, serta kemampuan dan keterampilan apa yang ingin dan perlu untuk dikembangkan.

Apa pentingnya hal ini untuk dibahas? Hal ini menjadi penting untuk dibahas karena keputusan karier, memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan untuk gaya hidup individu, kepuasan pribadi dan pekerjaan, serta produktivitas dan kontribusi seseorang kepada masyarakat (Amir & Gati, 2006).

Remaja sebagai bagian dari tahapan perkembangan juga menghadapi hal ini. Menurut Hurlock, masa remaja merupakan masa yang sangat berhubungan dengan penentuan kehidupan di masa depan. Pada fase ini, remaja dituntut untuk memenuhi tugasnya dalam menentukan karier. Pada siswa sekolah menengah, salah satu bentuk realitas pengambilan keputusan karier masa depan ialah memilih jurusan di Perguruan Tinggi (Farnia, Nafukho, Petrides, 2018).

Idealnya menjelang akhir tahun Sekolah Menengah, siswa kelas XII SMA sudah dapat mengidentifikasi jenis pekerjaan ataupun jurusan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta potensi yang dimilikinya. Namun pada kenyataannya, sebagian besar siswa masih merasa kesulitan untuk memilih dan memutuskan arah pilihan kariernya ke depan. Penelitian yang dilakukan oleh Youthmanual, selama dua tahun yang melibatkan lebih dari 400.000 profil dan data siswa dan mahasiswa di seluruh Indonesia, menemukan fakta bahwa 92% siswa SMA/SMK sederajat masih merasa kesulitan dan bingung dalam menentukan kariernya, dan belum tahu akan menjadi apa kedepannya dan sebanyak 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan. Remaja  yang mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karier akan merasa tidak nyaman dengan karir yang dipilihnya sehingga remaja tersebut akan menunjukkan kinerja dan kepuasan yang rendah, merasa tidak bahagia dan gagal.

Menurut Gati, Krausz & Osipow (1996) ada tiga dimensi kesulitan keputusan karir yaitu:

1. Kurangnya Kesiapan (Lack of Readiness)

Kurangnya kesiapan disebabkan oleh beberapa aspek:

 1. Kurangnya motivasi individu untuk mem­buat keputusan karier
 2. Keraguan terhadap keputusan yang diambil
 3. Keyakinan disfungsional, individu yang memiliki keyakinan yang disfungsional mengalami distorsi persepsi, yang membuat individu memiliki pemikiran yang keliru mengenai hal tertentu yang berkaitan dengan pengambilan keputusan karier.
 4. Kurangnya Informasi (Lack of Information)

Aspek kurangnya informasi dalam proses pengambilan keputusan memiliki 4 kategori kesulitan yang meliputi :

    1. Kurangnya pengetahuan mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan.
    2. Kurangnya informasi mengenai diri sendiri (lack of information about self).
    3. Kurangnya informasi pekerjaan (lack of knowledge about occupation), yaitu kurangnya informasi mengenai karier, karakteristik, serta alternatif-alternatif yang ada mengenai karier.
    4. Kurangnya informasi mengenai cara memper­oleh informasi tambahan (lack of ways additional information), situasi dimana individu tidak memiliki informasi yang cukup mengenai cara mendapatkan informasi tambahan terkait dengan diri sendiri maupun kariernya.
    5. Informasi yang tidak Konsisten (Inconsistent Information). Aspek ini mengacu kepada informasi yang tidak dapat diandalkan dan adanya konflik baik internal maupun eksternal.
    6. Informasi yang tidak dapat diandalkan (unreliable information), yaitu ketika individu memiliki informasi yang bertentangan mengenai dirinya dengan suatu pilihan kariernya.
    7. Konflik internal (internal conflict), ketika individu memiliki kebingungan dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang dianggap sama-sama penting.
    8. Konflik eksternal, (external conflict) yaitu adanya kesenjangan antara preferensi individu dengan preferensi yang dikemukakan oleh orang terdekat, atau adanya perbedaan opini dari orang-orang terdekat mengenai karier dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, secara umum kesulitan pengambilan keputusan karier dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    1. Faktor Internal

a. Tipe Kepribadian

Menurut Saka & Gati, (2007) tipe kepribadian berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan karier. Tipe kepribadian individu dengan kestabilan emosional memiliki tingkat kesulitan pengambilan keputusan karier yang lebih rendah, baik sebelum maupun selama proses pengambilan keputusan (Albion & Fogarty, 2002).

b. Eksplorasi Karir

Eksplorasi karier adalah proses pengumpulan informasi terkait karier, baik tentang diri sendiri maupun tentang karakteristik lingkungan karier (Stumpf, Colarelli, & Hartman, 1983). Individu dengan tingkat perilaku eksplorasi karier yang tinggi tidak memiliki kesulitan dalam pengambilan keputusan karier (Xu et al., 2014).

c. Kecerdasan Emosi

Beberapa hasil penelitian mendukung hubungan antara kesulitan pengambilan keputusan karier dan kecerdasan emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Farnia, Nafukho, Petrides melaporkan bahwa remaja yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi cenderung mengalami kesulitan pengambilan keputusan karier yang lebih rendah dibanding dengan rekan-rekan mereka yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah.

d. Jenis Kelamin

Penelitian oleh Javed & Tariq (2016) melaporkan bahwa remaja laki-laki cenderung mengalami kesulitan pengambilan keputusan karier yang lebih rendah dibanding remaja perempuan.

2. Faktor Eksternal

a. Ekspektasi/Harapan Orang Tua

Pertimbangan dan harapan yang terkait dengan keluarga dapat menciptakan konflik dan dilema, namun pada saat yang sama dapat memberikan makna dan dukungan vital kepada individu (Young., et.al, dalam Leung., et.al, 2011)

b. Pola Asuh Orang Tua

Dari tiga jenis pola asuh orang tua (permisif, otoriter, dan otoritatif). Menurut hasil penelitian Koumoundourou, Tsaousis & Kounenou, (2010) melaporkan bahwa ada hubungan signifikan antara pola asuh otoriter orang tua dengan kesulitan pengambilan keputusan karier.

Dari penjelasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa remaja harus menyiapkan dirinya sebaik mungkin, mencari informasi tentang kemampuan yang dimiliknyai dan informasi lengkap terkait karir yang akan dia pilih nantinya. Orang tua hendaknya dapat memberikan motivasi, arahan dan dukungan penuh terhadap pilihan dari Ananda tercinta.