Membidik Lailatul Qadr Kehilangan Mi’raj


إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadr.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

Dan tahukah kamu apakah malam Lailatul Qar itu?

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu malam.

تَنَزَّلُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Pada malam itu, para malaikat dan ruh turun dengan izin Tuhan mereka untuk menentukan segala urusan.

سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Malam itu (penuh) dengan kesejahteraan hingga terbit fajar

Bulan Ramadhan semakin hari terus berjalan, bulan ramadhan sebagai bulan Quran, bulan dimana hari-hari terbaiknya adalah malam-malam lailatul Qadr. Malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu merupakan permulaan turunnya Al Quran.

Normalnya semua muslim berharap mendapatkan anugrah malam lailatul qadr, satu malam yang lebih berharga dibanding seribu bulan. Berlomba-lomba mengamalkan amalan terbaik dengan membaca Quran, dzikir, mengadakan kajian, doa-doa ternama seperti Jausan Kabir, Iftititah dikumandakan, demi satu harapan, mendapat berkah lailatul Qadr, amalan-amalan itu ditakar dengan seribu kali lipat karena dilakukan pada malam-malam Qadr. Sebuah kesempatan besar untuk merapel kuantitas Ibadah yang sebelum-sebelumnya pernah tertinggal dan harus diqadha.

Malam itu (penuh) dengan kesejahteraan hingga terbit fajar

Dalam kajian irfani kita mengerti bahwa salat adalah mi’rajul mu’min, salat disebut sebagai sebuah perjalanan bagi seorang mu’min. Kedua bulan ramadan juga disebut sebagai bulan pertama bagi para Arif billah, orang-orang yang menjalankan suluk Irfani dijalan Allah Swt. Waktu untuk melakukan muhasabah prestasi ruhani diri dalam setahun perjalanan menghabiskan umur di muka bumi.

Amalan apalagi dalam bulan ramadhan ini yang melebihi amalan Mi’rajul mu’min ini. Beberapa berinisiatif bahwa selain mengkhatamkan jausan kabir, doa-doa malam bulan ramadhan juga menuntask salat 100 rakaat.

Menilik amalan-amalan sunah dalam bulan ramadhan ternyata sangat didominasi dengan amalan sunah salat, bahkan jika dikumpulkan selama satu bulan penuh maka akan terkumpul 1000 rakaat salat sunah[1] belum lagi ketika dijumlah dengan rakaat dari salat wajib harian. Sebuah jumlah fantastis dibandingkan jumlah salat harian pada bulan-bulan yang lain.

Mari kita garis bawahi pada titik ini bahwa salat sebagai mi’rajul mukmin poin kedua, amalan paling banyak yang disunahkan dibulan penuh berkah ini adalah amalan salat sunah. Memang benar dzikir juga banyak disarankan namun dalam prakteknya, melaksanakan salat jauh lebih berat dibanding sekadar membaca ribuan dzikir dan shalawat.

Secara matematis, seseorang selama menjalani ibadah malam-malam bulan ramadhan maka sedang berulang-ulang melakukan mi’raj menuju Allah Swt. Dalam hal ini Ayatullah Bahjat qudisa sirruh pernah berkata, bahwa salat adalah mi’rajul mukmin. Sebuah perjalan pergi dan kembali menuju dan dari Allah Swt.

Dua cara pandang, pertama menilai semua salat di selain bulan ramadhan adalah persiapan untuk bisa melakukan salat terbaiknya ketika sudah memasuki bulan ramadhan. Kedua menilai bahwa salat yang dilakukan di bulan ramadhan sebagai starter untuk melakukan seluruh rangkaian ibadah yang akan dijalankan selama setahun. Menurut hemat penulis dua pandangan ini sama-sama memiliki sisi baik, karena baik pandangan pertama atau kedua, masing-masing menuntut bahwa keduanya dilakukan dengan sebaik mungkin, karena hubungan keduanya sangatlah dekat. Sama-sama saling memperbaiki dan menjadikan salat seorang mukalaf menjadi semakin lebih baik.

Memperbaiki salat selama setahun, belajar step demi step, menutupi kekurangan demi kekurangan sehingga ketika sudah masuk bulan suci ramadhan maka bisa maksimal dalam beribadah, hal jelas sangat istimewa sekali, butuh kesungguhan dan keseriusan, teori sederhana namun berat untuk menjalankannya.

Teori kedua yang menyatakan salat dibulan ramadan dijadikan sebagai ajang latihan, sehingga ketika akan melakukan ibadah salat di bulan-bulan selanjutnya, maka salat itu menjadi salat yang lebih berkualitas.

Jadi perlu ada teori ketiga, jadi sama-sama serius dalam menapaki salat sebagai suatu latihan ke arah perbaikan baik di luar bulan ramadhan maupun di dalam bulan ramadhan.

Ramadhan tahun ini dan tahun berikutnya

Perlu kami tekankan disini bahwa masing-masing bulan ramadhan setiap tahun adalah berdiri sendiri-sendiri. Bulan ramadhan tahun ini bukan pengulangan bulan ramadhan tahun sebelumnya. Menjalani bulan ramadhan tahun ini lebih buruk dari tahun sebelumnya adalah sebuah kerugian.

Ketika kita gagal menjalani bulan ramadhan tahun ini maka jangan menilai itu bisa diganti dengan ramadahan tahun depan. Cara penilaian ini menurut hemat penulis perlu dirubah, hal ini bertentangan dengan konsep “Bekerjalah sekarang seolah engkau akan hidup selamanya, beribadahlah (salatlah) seakan-akan engkau akan mati esok hari”. Konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa kita harus memaksimalkan diri memanfaatkan nikmat berkesempatan menjalani bulan ramadhan, untuk apa, jelas untuk melakukan hal-hal istimewa, hal-hal terbaik dalam hidup.

Kesimpulannya memang benar kita berharap untuk mendapatkan keberkahan bulan ramadhan di malam Qadar, tapi hal itu seyogyanya tetap fokus pada ibadah-ibadah dihari lain. Khususnya ibadah salat.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita selama bulan suci penuh berkah dan rahmah ini.

Wallahu alam

CATATAN:

[1] Al Risalah Al Gharbiyah, Syaikh Mufid ra. Dua puluh rakaat pada  dua puluh malam pertama, tiga puluh rakaat pada sepuluh malam terakhir ramadhan, dalam malam-malam lailatul qadar (malam 19, 21,23) masing-masing melakukan seratus rakaat.