Bagaimana Cara Hidup dalam Masa Krisis?

Kita terbiasa hidup dalam suasana damai dan tentram. Menjalani rutinitas sehari-hari dengan nyaman dan sibuk bersolek diri untuk menunjukkan penampilan terbaik.

Kemudian tiba-tiba keadaan berubah. Datang suatu musibah atau bencana yang memaksa kita hidup dalam kondisi kritis. Keadaan menjadi serba darurat dan serba terbatas.

Dalam sekejap kehidupan ini berubah dan merubah kondisi kejiwaan seseorang. Yang awalnya ceria menjadi murung, yang awalnya tenang menjadi mudah emosi, yang dulunya dermawan menjadi kikir. Masa kritis bagaikan penyaring yang memaksa manusia untuk menampilkan kepribadian aslinya. Dalam kondisi nyaman mungkin ia bisa berpura-pura tapi dalam kondisi kritis hal itu akan sulit sekali.

Lalu bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai cara menghadapi kondisi kritis ini?

Bila kita bertanya kepada Al-Qur’an maka akan kita temukan sebuah isyarat bahwa :

“Dalam kondisi apapun, tetaplah bergerak, tetap optimis, jangan sampai beratnya situasi membuatmu lemah, malas dan acuh tak acuh.”

Simak beberapa contoh dibawah ini :

1. Nabi Yusuf as menjalani masa kritis ketika dilemparkan ke dalam sumur yang gelap. Dia dipaksa berpisah dari ayahnya dan harus menjalani kehidupan sebagai budak yang dijual.

Tak berhenti disitu, cobaan demi cobaan datang menimpa Yusuf hingga beliau harus dipenjara tanpa kesalahan.

Tapi apa yang dilakukan Nabi Yusuf as?

Beliau tetap menjalani hidup seperti biasa dan selalu beradaptasi dengan kondisi terbaru yang harus dihadapinya.

Seberat apapun kondisinya, Nabi Yusuf as tetap menjadi orang yang berakhlak dan sopan dengan semua orang sehingga dicintai para penghuni penjara.

2. Lihatlah Nabi Musa as dengan kehidupannya yang berbalik 180 derajat.

Dimana sebelumnya beliau hidup di istana bersama orang-orang dekatnya dan mendapat fasilitas yang luar biasa, lalu kini harus lari ke negeri yang tidak beliau kenali. Tiada saudara dan tiada kerabar yang bisa membantu.

Dalam kondisi yang sangat mengerikan ini, Musa tetaplah Musa. Apapun kondisinya beliau tetap membantu dua wanita untuk mengambilkan air. Bahkan lebih dari itu, beliau menjalani hidup sebagai buruh biasa yang menjaga kambing tuannya selama 10 tahun.

Nabi Musa as langsung beradaptasi dengan kondisi yang beliau hadapi. Bila sebelumnya beliau di istana kini beliau menjadi buruh di Negeri yang tak dikenali. Namun beratnya kondisi tidak merubah sifat kebaikan beliau.

3. Bukankah Sayidah Maryam pernah berada dalam kondisi yang sangat berat dan kritis. Hingga Al-Qur’an mengabadikan salah satu perkataan beliau :

قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا

(Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS.Maryam:23)

Dalam kondisi semacam ini tiba-tiba datang perintah Allah yang melarang Maryam untuk bersedih dan memerintahkan Maryam untuk menjalani aktifitas seperti makan, minum dan menenangkan diri seperti biasanya.

فَنَادَىٰهَا مِن تَحۡتِهَآ أَلَّا تَحۡزَنِي قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا – وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا –
فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ

Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau.” (QS. Maryam:24-26)

Ayat-ayat semacam ini ingin menegaskan bahwa dalam kondisi apapun hendaknya kita mampu beradaptasi dan tetap dalam kondisi sadar serta menjalani aktifitas seperti biasa. Jangan sampai sulitnya keadaan menjadikan kita lupa dan kebingungan.

Hari ini kita menghadapi sebuah krisis yang menimpa dunia. Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk mampu beradaptasi dan menghadapi segala kondisi dengan tenang. Bila harus dirumah, maka kita tidak akan keberatan untuk berdiam didalam rumah demi kebaikan kita dan kebaikan orang lain.

Pada intinya, Al-Qur’an mengajak kita untuk bisa beradaptasi dalam menghadapi berbagai kondisi. Jangan pernah putus asa walau seberat apapun keadaannya. Lakukan aktifitas seperti biasa dengan menyesuaikan kondisi yang sedang menimpa.

Dan jangan lupa, jadikan momen krisis untuk kembali kepada Allah karena semua akhir dan penyelesaian dari masa krisis ini hanya ditangan-Nya. Jadikan ini sebagai ladang untuk saling berbagi dan berbuat baik untuk sesama.

Semoga bermanfaat.