Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (15)

Sayidah Khadijah as adalah seorang perempuan yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pribadi penuh pengorbanan. Mengkaji sejarah kehidupan Sayidah Khadijah as menunjukkan dirinya baik dalam periode Jahiliah dan setelah pengutusan nabi telah memiliki keutamaan akhlak dan kesempurnaan spiritual. Sekalipun namanya tidak disebutkan langsung dalam al-Quran, tapi banyak ayat al-Quran yang menyinggung dirinya.

Sayidah Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan Quraisy dan keluarga besar, memiliki martabat keluarga yang unik pada zamannya, dengan pemikiran panjang dan wawasan mendalam. Dia adalah wanita paling mulia dan terkaya di Quraisy, sehingga ketika karavan bisnisnya pergi ke kota Syam, biasanya seluruh karavan berbagai keluarga Quraisy sama banyak jumlahnya dengan yang dimiliki Sayidah Khadijah. 

Karena itu, semua lelaki suku Quraisy ingin menikah dengannya, dan jika Khadijah menerimanya, ia akan memiliki kekayaan yang luar biasa. Tetapi ketika ia berkenalan dengan Muhammad al-Amin Saw bisnisnya dan melihat kualitasnya sangat berbeda dari orang-orang lain, ia pun melamarnya. Khadijah yang menolak para aristokrat dan para tokoh Hijaz, justru menyatakan keinginannya yang besar untuk menikahi Muhammad dan berkata, "Wahai Muhammad! Saya tertarik dengan Anda karena kemuliaan, amanah, akhlak yang baik dan kejujuranmu." Khadijah setelah menikah dengan Nabi Muhammad Saw menyerahkan seluruh harta dan budak-budaknya kepada beliau, sehingga dapat digunakan sesuai keinginannya.

Khadijah as adalah perempuan pertama yang menerima ajakan Nabi untuk menyembah Tuhan Yang Esa dan membenarkan ucapan dan perilaku sang pembawa pesan kebenaran dan hakikat dengan mengorbankan jiwa dan harta benda. Afif, seorang pengusaha terkenal mengatakan, "Ketika saya pergi ke Masjidul Haram, saya dikejutkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Saya melihat tiga orang membungkuk dan berdiri. Saya bertanya kepada Abbas tentang mereka. Ia mengatakan, 'Orang pertama adalah sepupu saya yang mengakui kenabian. Pria yang berada di belakangnya adalah Ali, anak pamannya dan perempuan itu adalah istri Muhammad, yakni Khadijah.' Selain mereka saya tidak tahu kalau ada yang memeluk agama ini." Ali as mendeskripsikan hari-hari itu, "Di hari-hari itu selain Rasulullah Saw dan Khadijah as, tidak ada yang memeluk Islam dan saya adalah orang ketiga. Saya menyaksikan cahaya wahyu dan merasakan aroma kenabian dengan penciuman batin."

Dalam kondisi paling sensitif dari kehidupan Nabi, Khadijah selalu berada di sisinya, baik ketika kehadirannya berada menjelang diturunkan wahyu atau ketika telah menjadi seorang Nabi, ia selalu bersamanya. Perempuan penuh pengorbanan ini mengetahui keagungan risalah Nabi, sehingga seluruh kemampuannya digunakan untuk mengkonsolidasikan dan memperluas Islam. Sejauh yang dikatakan Nabi Saw dalam konteks ini, "Islam tidak tegak kecuali dengan pedang Ali dan kekayaan Khadijah." Terlepas dari status sosial yang istimewa dan kekayaannya yang luar biasa, Khadijah tidak menunjukkan sikap sekecil apa pun terhadap Nabi, yang merupakan tanda keunggulan.

Sayidah Khadijah as adalah manifestasi dari kebaikan, kesucian dan kesempurnaan seorang wanita Muslim. Dia menunjukkan bahwa bahkan dalam lingkungan yang dekaden dan bodoh, seseorang dapat hidup dengan suci dan hidup sehat dan dapat menyibak tirai takhayul dan kebodohan. Pesan Khadijah adalah bahwa untuk mencapai kebahagiaan dan keberuntungan, seseorang harus memikirkan tujuan-tujuan penting dan menanggung kesulitan jalan. Ia menghangatkan kehidupan Rasul Allah dan menemaninya dalam kesulitan. Sayidah Khadijah telah bersama Nabi selama 25 tahun dalam periode paling kritis dari Islam dan memberikan semua miliknya kepada Nabi.

Menurut tradisi Islam, Nabi Saw menggunakan harta Khadijah untuk membantu membebaskan para pengutang, anak yatim dan orang miskin. Kedermawanan Khadijah begitu besar dan tulus sehingga Tuhan menghormatinya, dan menyebutkan pekerjaan Khadijah yang luar biasa ini menyebutnyadalam barisan nikmat-nikmat besar-Nya yang diberikan kepada hamba pilihannya, Muhammad. Dalam ayat 8 surat al-Dhuha Allah Swt berfirman, "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan." Yakni, harta Khadijah as adalah milik Allah dan pekerjaan Khadijah diterima di sisi Allah.

Wanita itu tidak hanya dirampas hak-haknya di hari-hari Jahiliah dan sebelum pengutusan Nabi, tetapi hidup dalam kondisi yang paling menyedihkan. Di beberapa suku mereka dikubur hidup-hidup sebagai aib. Khadijah, pada waktu itu, dengan menganut agama Islam, membuktikan bahwa seorang wanita tidak hanya memiliki hak untuk hidup dan harus mengklaim hak-haknya, tetapi ia dapat mencapai tahap yang dapat dilakukan oleh Nabi Saw dengan kebajikan dan usaha. Sayidah Khadijah termasuk salah satu dari empat wanita terpilih di alam semesta dan Tuhan telah berulang kali memberikan salam dan penekanan khusus lewat malaikat Jibril as.

Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw, "Malam ketika aku melakukan Mikraj dan ketika akan kembali, Jibril kembali menemuiku. Kepadanya aku berkata, "Wahai Jibril! Apakah engkau ada keperluan?" Jibril menjawab, "Keperluan saya untuk menyampaikan salam dari Allah kepada Khadijah as yang harus engkau sampaikan kepadanya. Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Jibril kepada Khadijah, dengan segera Khadijah menjawab, "Demikianlah Allah adalah Salam, dan Salam adalah keselamatan berasal dari-Nya dan Salam menuju kepada-Nya dan Salam kepada Jibril."

Keutamaan lain dari Sayidah Khadijah adalah posisi di surga yang dijanjikan kepadanya oleh Tuhan. Nabi Saw juga telah berulang kali memberi kabar gembira kepada Khadijah as dan mengatakan, "Di surga, Anda memiliki rumah di mana Anda tidak akan melihat penderitaan." Khadijah as dalam komunitasnya menjadi teladan perempuan yang unggul dan memiliki dampak signifikan pada pengembangan sifat-sifat manusia yang baik. Kedermawanan, martabat, pengorbanan, ketekunan, tinjauan ke masa depan, kebijaksanaan, perhatian pada yang membutuhkan, kasih sayang, dan ketekunan adalah di antara kebajikan-kebajikan baik yang menghiasi sejarah hidup wanita yang terkasih ini. Karena itulah, dia adalah mitra yang paling cocok untuk Nabi Muhammad. Tentu saja, Sayidah Khadijah memiliki peran penting dalam kehidupan Nabi Saw.

Pernikahan adalah perjanjian sakral dan sarana pertumbuhan dan transenden. Islam menekankan pembentukan lembaga yang berharga ini dan Nabi Saw tidak menemukan dasar yang lebih menguntungkan bagi Allah daripada pernikahan. Sambil mendesak orang untuk menikah, memberikan rasa aman kepada masyarakat dan berkontribusi pada kelangsungan hidup generasi yang bersih, ia menekankan mempertahankan dan memperkuat pusat keluarga.

Rasulullah Saw merekomendasikan agar pasangan menjaga lingkungan hidup yang hangat dan akrab. Karena keluarga adalah sekolah pertama yang membesarkan anak-anak yang sehat dan kompeten, salah satu keutamaan Khadijah adalah bahwa dia adalah ibu dari perempuan yang mulia dan terhormat seperti Fathimah. Kedua perempuan besar ini sangat dekat satu sama lain. Sebelum kelahirannya, Fathimah berbicara kepada ibunya dan ketika semua wanita Quraisy meninggalkan Khadijah sendirian, dia menghibur hatinya dan menghiburnya dalam kesulitan. Khadijah juga mencintai Fathimah karena dia sadar akan status putrinya.

Khadijah selalu mencintai Nabi dan tidak menyesal bahkan menikahi Muhammad Saw, bahkan selama masa-masa paling sulit (selama di Syi'ib Abi Talib). Nabi juga selalu setia kepada Khadijah, sehingga dia banyak menangis setelah kematian Khadijah. Sampai saat-saat terakhir hidupnya, dia selalu mengingat Khadijah dan selalu mengingat pengorbanannya untuk dirinya sendiri.