Orang Yang Menyangkal Sesuatu Tidak Akan Bersiap Diri Menghadapinya !

Allah Swt Berfirman :

بَلۡ كَذَّبُواْ بِٱلسَّاعَةِۖ وَأَعۡتَدۡنَا لِمَن كَذَّبَ بِٱلسَّاعَةِ سَعِيرًا

“Bahkan mereka mendustakan hari Kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari Kiamat.” (QS.Al-Furqan:11)

Ketika manusia mendustakan (menyangkal) sesuatu dan tidak mempercayainya, maka ia tidak akan mengambil persiapan untuk menghadapinya.

Orang yang menyangkal suatu penyakit misalnya, tentu ia tidak akan mencari obat untuk menyembuhkannya.

Orang yang menyangkal adanya malam, tidak akan bersiap diri dengan lampu penerangan.

Orang yang menyangkal kematian, tidak akan mempersiapkan bekal untuk menghadapinya.

Begitupula seseorang yang menyangkal adanya hari kiamat tidak akan berpikir untuk mempersiapkan diri dengan amal kebaikan sebagai pegangan dan pelindungnya dalam menghadapi hari yang menakutkan itu.

Persiapan dalam menghadapi hari kiamat membutuhkan usaha yang melelahkan, belum lagi kita dituntut untuk melawan hawa nafsu bila ingin mendapat perlindungan di Hari itu. Sedangkan orang yang mendustakan hari kiamat, mustahil akan meninggalkan keinginan hawa nafsunya demi sesuatu yang tidak ia yakini.

وَكَذَّبُواْ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُمۡۚ وَكُلُّ أَمۡرٖ مُّسۡتَقِرّٞ

“Dan mereka mendustakan (Muhammad) dan mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.” (QS.Al-Qamar:3)

Karenanya kita melihat pada akhir ayat diatas bahwa Allah swt Berfirman :

وَأَعۡتَدۡنَا لِمَن كَذَّبَ بِٱلسَّاعَةِ سَعِيرًا

“Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari Kiamat.”

Orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat akan merasakan panasnya api neraka, karena api kedustaan yang ia nyalakan di dunia tidak menyala secara sempurna, dan ia akan merasakan panasnya api itu secara total di alam akhirat nanti.

Ya, orang yang mendustakan sesuatu tidak akan bersiap diri untuk menghadapinya. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengaku meyakini Hari Kiamat tapi mereka tidak mempersiapkan apa-apa?

Dia meyakini bahwa kematian itu sangat dekat, tapi ia tidak pernah mempersiapkan diri untuk datangnya ajal.

Dia meyakini bahwa ia akan kembali kepada Allah tapi ia tidak pernah berusaha untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Dia meyakini bahwa ketika ia bersedekah dan membantu sesama maka Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda, tapi ia tetap saja memelihara sifat kikirnya.

Lalu bagaimana kita?

Jawabannya ada pada hati kita masing-masing. Cukuplah ayat-ayat berikut ini sebagai renungan kita.

Allah swt Berfirman :

مَا سَلَكَكُمۡ فِي سَقَرَ – قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ – وَلَمۡ نَكُ نُطۡعِمُ ٱلۡمِسۡكِينَ – وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلۡخَآئِضِينَ – وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ – حَتَّىٰٓ أَتَىٰنَا ٱلۡيَقِينُ

”Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?

Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang me-laksanakan shalat, dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin, bahkan kami biasa berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai datang kepada kami kematian.” (QS.Al-Muddatstsir:42)

Semoga bermanfaat.